11 - Damn it!

596 106 46
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar membangunkan Ryujin dari tidur nyenyaknya. Saat hendak mencari ponsel yang biasa disimpan di sampingnya, tangannya menyentuh sesuatu.

Perlahan tapi pasti, Ryujin membuka matanya dan seketika kedua bola matanya langsung terbuka lebar saat melihat sepasang kaki manusia tepat berada di hadapan wajahnya.

BUG – Tanpa disengaja, Ryujin menendang sesuatu yang berada di dekat kakinya. Seketika ia langsung bangun dan terkejut melihatnya.

"Argh!"

Seorang laki-laki berteriak saat ia mendapatkan satu tendangan di wajahnya. Dengan cepat ia bangun dan duduk sembari memegangi wajahnya.

"Ngapain lo ada di kamar gue, ha?!" teriak Ryujin.

"Lo yang ngapain pake nendang muka gue segala, ha?!" teriak Asahi balik.

Ya, laki-laki itu adalah Asahi. Masih ingat bukan? Semalam saat mati lampu, Asahi menemani Ryujin di kamar.

"Salah lo sendiri, kenapa lo tidur di kasur gue? Kan lo tidur di situ!" Ryujin berseru sembari menunjuk sofa.

"Coba lo pikir ulang lagi lah, ukurannya aja gak muat sama tinggi gue. Wajar dong kalau gue cari tempat yang lebih nyaman."

Ryujin menghembuskan nafas kesal, "Kenapa harus di kasur gue? Lo kan bisa keluar dan tidur di kamar lo sendiri."

"Whatever," balas Asahi sembari bangun dari duduknya.

"Jangan harap lo bisa tidur di sini lagi!" ancam Ryujin.

"Gak usah kepedean! Gue gak akan pernah sudi nginjek kamar lo lagi!" balas Asahi ketus, setelahnya buru-buru keluar dari kamar Ryujin.

Ryujin memeras selimut dengan perasaan kesal. Kejadian ini sungguh merusak suasana hatinya, padahal masih sepagi itu. Sebenarnya tidak ada salahnya bagi Asahi dan Ryujin tidur bersama. Malahan saat kecil, mereka sering melakukannya.

"Dia pikir gue sama dia masih bocah apa, ha? Ya emang sih kita sedarah tapi..., argh lupain! Gara-gara si Asahi mood gue jadi jelek. Nyesel gue udah baik sama dia semalem!" gerutu Ryujin.

Bukan hanya Ryujin yang sedang menggerutu kesal, Asahi pun begitu. Ia berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah sembari terus memegangi pipinya.

"Tendangan si Ryu emang gak usah diraguin sih, mantap banget rasanya. Hoam, aww!"

Setiap Asahi menguap atau membuka mulutnya lebih lebar, pipinya terasa lebih sakit.

"Udah gila kayaknya, main nendang aja. Mana nendang aset berharga gue lagi. Nyesel banget gue udah nolongin dia semalem," gerutu Asahi sambil mengusap pipinya.

Sesampainya di bawah, Asahi berjalan menuju dapur. Namun di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Yoshi yang baru keluar dari kamar mandi.

"Akhirnya lo bangun juga, Ryujin kemana? Gak turun, As?"

"Gak usah sebut nama orang itu lagi!"

"Ha?"

Asahi malas membahas soal Ryujin, sehingga ia mengabaikan Yoshi lalu kembali berjalan. Yoshi kebingungan, namun kini ia berjalan menyusul Asahi.

"Apa mereka bertengkar lagi?" batin Yoshi.

"Oh iya As, ada Kazuha tuh."

Perkataan Yoshi menghentikan langkah kaki Asahi, "Sepagi ini?"

"Iya, dia bawain kita sarapan. Gue seneng banget karena gak harus masak," balas Yoshi sembari tersenyum.

"Om Woozi udah berangkat?"

My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang