Tiga hari kemudian
Sekitar pukul 08.30 pagi, Woozi selesai bersiap-siap. Ia hendak berangkat ke suatu acara. Kebetulan bukan hanya Woozi yang diundang, melainkan Yoshi, Asahi dan Ryujin juga.
"Nanti kalian langsung datang ke tempat hajatan aja, ya. Om bakalan pulang sore atau malam karena harus bantu-bantu juga."
"Iya siap, om," balas Ryujin.
"Eh tapi kalau kaki kamu masih sakit, jangan dipaksain loh."
"Udah gapapa kok, om. Nih liat ya udah bisa nendang kok," balas Ryujin sembari menendang lutut Yoshi yang kebetulan ada di sampingnya saat ini.
"Heh! Kenapa gue harus jadi bahan percobaan!" Yoshi meringis kesakitan lalu menjitak kepala Ryujin.
"Liat nih om, kak Yoshi jahat."
"Heh lo duluan yang mulai, ya!"
Bukannya meminta maaf, Ryujin malah mengejek Yoshi dengan menjulurkan lidah lalu tertawa setelahnya.
"Sini lo!"
Ryujin cepat-cepat berlari saat Yoshi hendak menarik tangannya. Ia tahu, Yoshi pasti akan menjitak kepalanya lagi. Alhasil terjadilah adegan kejar-kejaran antara Ryujin dan Yoshi.
"Harus hormat sama yang lebih tua!"
"Siap, om Yoshi!" teriak Ryujin dengan nada bicara mengejek.
"Ryujin! Jangan panggil gue om, haram hukumnya!"
"Om Yoshi, om Yoshi, om Yoshi!"
"Ryujin!"
Woozi yang melihat tingkah adik dan keponakannya itu hanya bisa menggelengkan kepala saja. Walau begitu ia merasa lega, itu berarti kondisi kaki Ryujin telah membaik.
"Yoshi, Ryujin."
Mendengar Woozi memanggil keduanya, Yoshi dan Ryujin langsung menghentikan aksi kejar-kejaran itu. Mereka segera berjalan menghampiri Woozi.
"Asahi udah bangun belum, ya?"
"Kayaknya sih dia masih bikin pulau," jawab Ryujin asal.
"Sembarangan."
Ryujin, Yoshi dan Woozi kompak membalikkan badan mereka saat mendengar suara seseorang yang ternyata adalah Asahi. Asahi sedang menuruni tangga, ia juga masih mengenakan piyama warna kuning motif bebek.
"Om berangkat dulu ya anak-anak."
"Hati-hati di jalan, om."
"Siap laksanakan, keponakan om yang paling cantik," ucap Woozi sembari mengusap rambut Ryujin.
Dibilang begitu membuat suasana hati Ryujin menjadi bahagia. Bahkan ia mengantar Woozi sampai teras rumah. Setelah mengantar Woozi, Ryujin kembali masuk ke dalam rumah dan melihat Asahi dan Yoshi yang masih berada di ruang keluarga.
"Lo gak salah pakai baju kan, Sa?"
"Salah apaan, ya eng-"
Asahi menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu. Ya, motif piyama yang ia pakai. Kini pipi Asahi mulai merah semerah tomat.
"Eh lo mau kemana, As?" tanya Yoshi saat melihat Asahi hendak pergi.
"Percuma kali ganti. Udah ketauan sama kita juga," lanjut Yoshi sembari cengengesan.
"Oh jadi ini fashion style lo, Sa," Ryujin berkata sembari menahan tawanya.
Namun Ryujin dan Yoshi tak sanggup menahannya, akhirnya mereka tertawa di atas penderitaan Asahi. Namun tiba-tiba Yoshi berhenti tertawa lalu memandangi Ryujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Twin - Asahi Ryujin
Fanfictionft. Yoongi Bagaimana jika kamu bersama saudara kembar yang kamu benci, dikirim liburan ke sebuah desa yang jauh dari ibu kota, susah sinyal dan hanya menggunakan fasilitas terbatas? Begitulah yang harus dijalani oleh Asahi dan Ryujin selama libur ku...