29 - Hari menyeramkan

354 78 15
                                    

Sungguh peristiwa yang tidak ingin disaksikan oleh siapapun. Andai bisa mengulang waktu, Asahi dan lainnya memilih tidak mengunjungi Telaga. Namun apa boleh buat, walau mereka ketakutan mereka harus bertahan. Setidaknya menunggu waktu yang tepat untuk pergi dari sana.

Kaki Soojin gemetar, kedua bola matanya mulai berkaca-kaca. Sampai akhirnya air mata itu jatuh juga bersamaan dengan suara seseorang berteriak sembari merintih kesakitan. Yoshi yang berada di samping Soojin, ia mencoba menenangkan Soojin. Ia menutup pandangan Soojin dengan merangkulnya.

Melihat kondisi Soojin, Asahi segera menutup jendela. Baik Asahi maupun Yoshi harus menahan rasa takut mereka agar Soojin tidak semakin gelisah.

"Apa mereka masih berkelahi?" tanya Yoshi pelan dan Asahi menganggukkan kepalanya.

Benar saja, suara gaduh orang-orang yang sedang berkelahi masih terdengar. Asahi sempat melihat ada seseorang yang menusuk perut korban dengan menggunakan pisau. Sebenarnya Asahi dan lainnya bukan tidak ingin menolong namun mereka pun butuh pertolongan.

"Ryu, denger gue. Lo harus tenang, ya. Kita pergi secepatnya."

Jaehyuk berusaha menenangkan Ryujin yang kini terlihat semakin mengkhawatirkan. Ryujin duduk memangku kedua kakinya dengan kondisi tubuh bergetar akibat rasa takut yang ia alami.

"Ada gue di sini. Kita harus percaya kita bisa kabur," ucap Jaehyuk sembari memegangi punggung tangan Ryujin.

BUGH BUGH BUGH

Orang-orang yang datang membuat keributan itu masih memukuli orang-orang yang berada di sana, para pengunjung dan penjaga wisata. Entah apa maksud dan tujuan mereka melakukan hal keji tersebut. Tiba-tiba mereka menyerang begitu saja.

"Ayo kang, kita pindah tempat!" seru salah satu orang itu.

"Sudah beres semua?"

"Sudah."

"Bagus, kita serang wilayah lainnya. Jangan sampai ada yang tersisa. Biar mereka tau siapa kita!"

Mendengar itu, Asahi dan lainnya semakin ketakutan. Niat mereka datang ke Telaga untuk bersenang-senang, bukan untuk mati konyol seperti itu.

Asahi memberanikan diri untuk membuka jendela saung, ia hendak mengecek kondisi di luar. Bukan hanya Asahi, Jaehyuk juga. Ternyata kondisi di luar sudah sepi. Asahi dan Jaehyuk terkejut melihat beberapa orang yang tergeletak di tanah dengan bersimbah darah.

"Mereka udah pergi, kak Yoshi," ujar Asahi sembari menutup jendela kembali.

"Soojin, kita harus pergi sekarang. Lo sanggup, kan?"

Walau masih ketakutan, Soojin menganggukkan kepalanya. Ia menengadahkan kepalanya sembari mengusap air matanya. Asahi dan Yoshi pun membantu Soojin untuk berdiri. Yoshi keluar dari saung terlebih dahulu, disusul Asahi lalu Soojin.

"Arghh!" pekik Soojin saat ia terjatuh.

Ya, Soojin jatuh saat menuruni tangga kayu saung. Hal itu terjadi karena ia turun dengan terburu-buru padahal kakinya masih lemas.

Saat Soojin jatuh, Ryujin dan Jaehyuk sudah di depan saung. Mereka segera berlari menghampiri Asahi, Yoshi dan Soojin.

"Jin, lo gapapa?"

"Kaki gue, Ryu."

Ryujin segera mengecek kaki Soojin dan benar saja ada luka di sana. Rok yang dipakai Soojin sampai sobek dan lukanya cukup dalam.

"Biar gue yang mapah Soojin. Ayo, kita harus pergi sekarang!" ujar Yoshi sembari mulai memapah Soojin.

Asahi, Ryujin dan Jaehyuk berlari kecil. Namun mereka sempat berhenti berlari saat melihat orang-orang yang terkapar di tanah.

My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang