18 - Salahkah bila cemburu?

488 92 28
                                    

Sesampainya di rumah pak kepala desa, Asahi langsung membantu Kazuha. Mereka menyerahkan beberapa barang yang telah dipesan sebelumnya kepada orang-orang yang mengurus acara pertunangan kakak Kazuha.

Rencananya jam 16.00 sore, keluarga pak kepala desa beserta rombongan akan berangkat menuju rumah calon tunangan putra sulungnya. Asahi diajak untuk ikut ke acara.

"Gue mau pulang."

"Lo bilang pengen ikut, Ryu."

"Ga jadi."

"Kita gak bawa kendaraan sendiri, lo gak mungkin pulang sendirian."

"Ya udah kalau gitu lo pulang bareng gue, Sa."

"Gak bisa, Ryu."

"Kenapa gak bisa, Asa?"

"Gue udah bilang ke-"

"Kazuha? Belain dia aja terus," sela Ryujin ketus sembari memalingkan pandangannya.

"Kenapa lo harus marah-marah gini, Ryu?"

"Terserah."

Setelah berkata begitu, Ryujin beranjak pergi keluar dari rumah dengan tergesa-gesa. Melihat itu, Asahi segera menyusul dan menahan Ryujin agar tidak pergi.

"Ryu, tunggu!" Asahi berkata sembari memegang lengan Ryujin.

Ryujin menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan. Namun disaat melihat Kazuha berada di belakang Asahi, dengan cepat ia melepaskan tangan kakaknya.

"Gue pergi."

"Ryu, Ryujin!"

"Kak Asahi, kakak dicari ayahku."

Asahi tak langsung menjawab perkataan Kazuha. Ia masih berusaha mengejar Ryujin namun Kazuha juga berusaha menahannya.

"Kak Ryujin udah gede, kak. Kalau kak Ryujin gak mau ikut, ya gapapa. Kak Ryujin pasti bisa pulang sendiri, kak. Gak jauh dari sini ada tukang ojek kok."

"Tapi-"

"Ayo, kak!"

Kazuha menarik lengan Asahi lalu kini mereka berdua berjalan bersama masuk ke dalam rumah. Saat menunggu, Asahi mencoba menghubungi Yoshi namun panggilan tersebut tak diangkat. Sehingga ia memutuskan untuk mengirim pesan singkat.

Kak Yoshi

"Kak, Ryujin pulang sendiri dari rumah pak kepala desa. Sorry banget, gue gak bisa anter dia pulang. Please, jemput dia."

"Kenapa lo bersikeras pengen balik sih, Ryu. Gue janji setelah acara selesai, gue bakalan langsung pulang," ucap Asahi dalam hatinya.

Sedangkan kini Ryujin tengah berjalan kaki sendirian dengan perasaan kesal. Entah kesal pada Asahi, Kazuha atau hal lainnya. Terlebih ia tidak yakin bisa pulang ke rumah sendirian.

"Nasi udah jadi bubur, gue juga ogah kalau harus balik lagi. Terus sekarang gimana dong?" monolog Ryujin.

Benar apa yang dikatakan Kazuha, tak jauh dari tempat Ryujin sekarang terlihat satu pangkalan ojek di sana. Saat melihat itu, Ryujin sangat senang. Setidaknya rasa kesal yang ia rasakan sebelumnya sedikit berkurang.

"Pak, bisa antar saya?"

"Oh jelas bisa, neng," balas salah satu tukang ojek.

"Mau kemana tujuannya, neng?" lanjut tukang ojek tersebut.

"Um, kemana ya?"

Ryujin sempat terdiam, ia tidak tahu alamat rumah Woozi. Nama kampung dari desa ini saja Ryujin masih belum menghafalnya.

My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang