Saat ini Woozi tengah menenangkan ibunya. Ia pun cemas namun ibunya lebih penting. Dengan penuh perhatian, Woozi memeluk seraya mengusap lengan ibunya pelan.
"Bang Yoongi itu kuat, bu."
"Iya ibu tau, tapi situasi ini mengingatkan ibu pada ayah kalian. Ia menurunkan penyakitnya pada Yoongi."
"Ibu, baik ayah atau bang Yoongi itu sudah suratan takdir."
"Nak, ibu...ibu sangat khawatir."
"Percayalah bu, semua akan baik-baik saja. Kita sama-sama berdoa ya, bu."
"Gimana kalau-"
"Liat aku, bu!"
Woozi menyentuh wajah ibunya lembut. Pandangan mata ibunya terlihat sayu, ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong.
"Tuhan gak akan ngasih cobaan melebihi kemampuan umatnya. Ibu ingat pernah bilang itu ke bang Yoongi pas abang ditinggal kak Rose? Keluarga kita telah melalui banyak hal, termasuk kehilangan ayah. Tapi aku yakin Tuhan itu baik, bu."
Perkataan Woozi lebih menenangkan perasaan ibu. Ya, seberat apapun cobaan yang saat ini mereka alami, mereka masih memiliki Tuhan.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan ICU. Ibu dan Woozi segera menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana kondisi anak saya, dok?"
"Pak Yoongi baru saja siuman setelah menjalani tes lab dan operasi. Penyebab kejang-kejang yang dialami oleh pak Yoongi tadi siang, ada kemungkinan karena alergi obat."
"Alergi obat?"
"Iya pak, Woozi. Sebelumnya saya selalu memberikan obat dengan dosis yang sama. Tapi sepertinya kondisi pak Yoongi semakin melemah. Sehingga obat yang seharusnya menjadi penawar sakit, malah menyerang."
"Mengapa sampai dilakukan operasi, dok?"
"Ada luka pada organ dalam terutama lambung. Hal itu cukup fatal mengingat pak Yoongi juga memiliki magg kronis."
Kaki ibu lemas, ia berpegangan pada Woozi. Dengan sigap, Woozi berusaha menenangkan ibunya.
"Untung saja lukanya tidak terlalu parah. Tapi tetap saja, apabila terlambat ditangani maka akan berakibat fatal."
"Dok, kapan anak saya akan sembuh?"
"Kami tim medis akan berusaha sebaik mungkin, bu. Saya juga sudah mengganti obat-obatan yang harus dikonsumsi pak Yoongi. Lalu apabila hasil pemeriksaan lab lebih lanjut telah keluar, kami akan memfokuskan penyembuhannya."
"Dok, saya mohon bantu anak saya. Saya mohon sembuhkan anak saya."
Dokter itu menatap ibu Yoongi iba, ia memegang punggung tangan ibu Yoongi. "Saya hanya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Hanya kepada Tuhan kita meminta pertolongan, bu. Mari kita berdoa bersama-sama. Tentu saya juga akan melakukan tugas saya sebaik mungkin."
"Terimakasih, dok."
"Iya sama-sama bu, pak Woozi. Baiklah, kalau begitu saya permisi."
Setelah dokter itu pergi, ibu dan Woozi segera menemui perawat. Mereka harus menggunakan jas medis khusus saat mengunjungi Yoongi.
Setelah masuk ke dalam ruang ICU, ibu dan Woozi berdiri di samping ranjang. Wajah Yoongi terlihat pucat sekali, tubuhnya pun terlihat semakin hari semakin kurus.
"Hati aku sakit liat kamu seperti ini, bang. Kamu harus kuat, kamu pasti bisa," ucap Woozi dalam hatinya.
Tentu Woozi sedih, namun ia tidak ingin memperlihatkannya. Ia tidak ingin menambah kesedihan ibunya, tak mudah bagi ibunya melewati semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Twin - Asahi Ryujin
Fanfictionft. Yoongi Bagaimana jika kamu bersama saudara kembar yang kamu benci, dikirim liburan ke sebuah desa yang jauh dari ibu kota, susah sinyal dan hanya menggunakan fasilitas terbatas? Begitulah yang harus dijalani oleh Asahi dan Ryujin selama libur ku...