04 - Diam-diam perhatian

849 132 42
                                    

Yoongi berhasil mengejar Asahi, kini keduanya berada di ruang keluarga. Awalnya Asahi bersikeras tetap ingin pergi namun Yoongi selalu berusaha menahannya.

"Asahi."

"Aku pengen sendiri. Kalau papah ngejar aku cuma mau bahas itu lagi, mending gak usah."

"Asahi, dengarkan papah!" titah Yoongi dengan suara sedikit lebih tinggi.

DEG – Asahi langsung menatap Yoongi.

"Hanya kamu dan Ryujin harta yang papah miliki satu-satunya. Selama ini papah gak pernah menuntut apapun dari kamu, jadi tolong kabulkan permintaan papah."

"Aku ngantuk," balas Asahi sembari berjalan pergi.

Walau Yoongi menahannya, Asahi mengacuhkan ayahnya. Namun baru berjalan beberapa langkah, Asahi merasakan genggaman tangan Yoongi terlepas dari lengannya. Ia langsung membalikkan badannya dan terkejut setelahnya.

"Pah, papah kenapa?"

Yoongi tengah terduduk di lantai dengan memegangi kepalanya dan wajahnya terlihat pucat. Melihat itu, tentu Asahi langsung membantu Yoongi untuk berdiri.

"Papah gapapa?"

"Papah gapapa nak, uhuk!"

Yoongi mulai batuk, bahkan beberapa kali. Yoongi membalikkan badannya seraya menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat Asahi menyadari sesuatu.

"Sebentar ya nak."

Setelah berkata begitu, Yoongi berjalan cepat menuju kamar mandi terdekat. Setelah berada di dalam, Yoongi segera menyalakan kran wastafel lalu membasuh darah yang mengalir keluar dari mulut dan hidungnya.

Dirasa sudah bersih, Yoongi segera mengambil tisu yang berada tak jauh dari wastafel. Kemudian ia menatap pantulan dirinya di depan cermin.

"Bertahanlah!" ucapnya dalam hati.

TOK TOK TOK – terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar mandi.

Setelah merapikan penampilannya, Yoongi berjalan keluar dan ternyata Asahi menunggunya di depan pintu.

"Ada apa pah? Kenapa..."

"Debu, ya papah kan alergi debu. Um, ini sudah malam lebih baik kamu tidur ya nak. Besok ada jadwal ujian?" Asahi menganggukkan kepalanya.

"Papah pergi duluan ya, good night boy," ucap Yoongi sembari mengusap rambut Asahi lalu berjalan pergi dari sana.

Asahi menatap kepergian Yoongi sampai benar-benar tak terlihat lagi. Awalnya Asahi curiga karena ayahnya bertingkah aneh namun ia tidak ingin berpikiran yang tidak-tidak.

Arloji yang dipakai Asahi sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Ia tidak sempat belajar namun ia tak mengkhawatirkannya sama sekali. Asahi tergolong mahasiswa yang sangat pintar di kampusnya.

Saat berjalan menuju kamarnya, tiba-tiba ia teringat Ryujin. Kedua kakinya selalu bergerak melawan perintah pikirannya yang memintanya untuk tidak usah menemui Ryujin. Di sini sekarang, Asahi memperhatikan Ryujin yang tengah tertidur di sofa.

"Bisa-bisanya tetep tidur padahal cuacanya dingin gini," monolog Asahi sembari menggelengkan kepalanya.

Ada satu hal yang menarik perhatiannya, Asahi mengambil sebuah foto yang ada dalam genggaman tangan Ryujin.

"Ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang