34 - Kebenaran itu menyakitkan

351 60 14
                                    

Yoongi hanya diam, hal itu membuat Asahi dan Ryujin keheranan. Mengapa begitu sulit menjawab pertanyaan seperti itu? Begitu pikir Asahi dan Ryujin. Sampai akhirnya terdengar suara ketukan pintu dari luar lalu asisten rumah tangga masuk ke dalam kamar.

"Permisi, tuan. Ibu perawat sudah menunggu, katanya beliau harus berangkat ke rumah sakit secepatnya. Apakah hari ini jadi check-up?"

"Masuk saja."

"Baik, tuan. Saya akan memberitahukan pada ibu perawat."

Setelahnya asisten rumah tangga itu keluar dari kamar dan menghampiri perawat yang dimaksud itu. kemudian keduanya berjalan bersama masuk ke kamar Yoongi.

"Maaf karena anda harus menunggu."

"Tak apa, pak Yoongi. Baiklah, saya akan melakukan pengecekkan seperti biasa."

Melihat perawat itu mengeluarkan beberapa alat medis dan hendak memeriksa kondisi tubuh Yoongi, Ryujin melepaskan pelukannya pada Yoongi lalu turun dari kasur. Kini Ryujin berdiri di samping Asahi.

Perawat itu memeriksa hal-hal dasar yang biasa dilakukan oleh tim medis. Kemudian mengeluarkan cairan infusan dan jarum suntik.

"Hari ini harus diinfus lagi ya, pak," Yoongi menganggukkan kepalanya.

Perawat itu mulai menyuntik punggung tangan kiri Yoongi dan untungnya langsung berhasil, infus bisa terpasang dengan benar. Perawat itu juga mengeluarkan beberapa obat dan menyimpannya di atas meja samping kasur.

"Jadwal kemoterapi hari besok pukul 14.00 siang ya, pak. Kami akan mengirimkan ambulance sebelum jam dua."

"Baik, terima kasih, bu perawat."

"Iya sama-sama, pak. Um, saya harus segera ke rumah sakit. Kalau begitu, saya permisi."

"Iya."

Hening – selepas perawat itu pergi, tidak ada seorang pun yang berbicara.

Yoongi bingung harus mulai dari mana, ia khawatir Asahi dan Ryujin tidak bisa menerima kabar buruk tentang kondisinya. Asahi dan Ryujin pun kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini.

"Um, nak," akhirnya Yoongi buka suara.

"Ada yang harus kalian ketahui. Tapi apa papah boleh minta sesuatu dari kalian?" tidak ada tanggapan.

Yoongi tersenyum pahit, menghela nafas berat lalu melanjutkan. "Sebelumnya papah minta maaf, nak. Papah sedang menjalani perawatan intensif, papah memang sakit."

DEG – Perkataan Yoongi membuat perasaan Asahi dan Ryujin tak karuan. Berarti inilah jawaban dari rasa risau yang dirasakan Asahi dan Ryujin, begitu pikir mereka.

"Apa? Papah bercanda, kan? Baru beberapa menit yang lalu papah bilang kalau papah baik-baik aja. Tolong, jangan buat Ryujin takut."

"Papah bukanlah ayah yang baik, papah telah membohongi kalian. Kalian boleh membenci papah."

"Enggak-enggak. Aku sama Asahi pulang ke sini buat nyiapin kejutan ulang tahun papah, bukan ini. Bukan untuk mendengar kabar ini."

"Sekali lagi papah minta maaf, nak. Mungkin beribu-ribu maaf pun tak mampu membalasnya. Tapi papah mohon dengarkan papah dulu, nak."

"Apa aku harus mendengar omong kosong ini?"

Ryujin dan Yoongi sama terkejutnya saat mendengar perkataan Asahi. Begitulah Asahi, terkadang ia tidak pernah mengoreksi ucapannya sebelum berbicara.

"Harus berapa kali papah menutupi apa yang seharusnya aku dan Ryujin tau lebih awal? Apa papah gak percaya kita? Oh atau rumor itu emang benar? Kita bukan anak papah?"

My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang