24 - Prioritas utama

544 81 25
                                    

Seorang perawat memasuki ruang rawat inap. Ia membagikan makanan untuk sarapan bagi tiga pasien di ruangan tersebut.

"Silahkan," ucap perawat itu.

"Terima kasih," balas Ryujin sembari menerima satu buah nampan berisi makanan dan minuman.

Ryujin menyimpan nampan tersebut di atas meja lalu mengambil segelas air putih hangat dan membantu Asahi untuk duduk. Asahi duduk sembari bersandar pada penyangga kasur.

"Minum dulu, Sa."

Setelah Asahi meminum air hangat tersebut, Ryujin menyimpan kembali gelasnya di atas meja samping ranjang. Kemudian membawa tempat makan berisi nasi dan lauk pauknya, lalu duduk di kursi samping ranjang.

"Makan ya, nanti langsung minum obat."

"Lo gak makan, Ryu?"

"Gue belom lapar kok, Sa."

Ryujin mulai menyuapi Asahi memakan sarapannya. Setelah suapan pertama, Ryujin tidak langsung menyuapi, ia menunggu reaksi tubuh kakaknya.

"Gimana? Masih mual, Sa?" Asahi menggelengkan kepalanya.

"Bagus, berarti lanjut ya?" Asahi menganggukkan kepalanya.

Pasalnya semalam Asahi muntah-muntah setelah makan malam. Menurut dokter hal tersebut wajar terjadi, tubuh Asahi belum siap menerima apapun. Alhasil Asahi mendapatkan asupan energi hanya dari cairan infusan.

"Ryu."

"Iya, Sa."

"Maaf."

"Maaf buat apa, Sa?"

"Harusnya hari ini balik Jakarta, kan?"

"Oh soal itu, lo gak perlu minta maaf. Kata om Woozi, dia udah ngabarin papah sama nenek soal kondisi lo. Nenek pengen lo istirahat aja sampai bener-bener sembuh."

"Gimana sama ulang tahun papah?"

"Kita tunda aja. Toh bentar lagi kita pulang, iya kan?"

Asahi menganggukkan kepalanya. "Lo ngerasain yang sama, gak?"

"Maksud lo?"

"Akhir-akhir ini gue selalu mikirin papah, rasanya kangen. Tapi ada yang lebih dari itu."

"Apa?"

"Perasaan gue gak tenang, tapi gue juga gak tau alasannya."

Ryujin menyuapi Asahi lalu berkata. "Itu yang gue rasain juga, Sa. Lo tau sendiri kan, udah dari lama gue pengen nelpon papah. Apalagi pas om woozi tiba-tiba pulang ke Jakarta."

Ryujin sempat menghentikan perkataannya lalu melanjutkan. "Walau kata om Woozi dia pulang bukan karena ada masalah dan katanya papah baik-baik aja, tapi feeling gue bilang sebaliknya."

"Ryu, gimana bengkak di bibir gue sekarang?"

"Udah lebih mendingan kok, Sa. Ruam di tangan lo juga sedikit mulai hilang."

"Gue mau pulang hari ini, Ryu."

"Eh kenapa tiba-tiba? Jangan ih, lo harus dirawat di sini sampe sembuh."

Asahi mencoba meraih tangan Ryujin dan setelah berhasil ia menggenggam jemari tangan adiknya. Selain itu Asahi juga menatap Ryujin lalu tersenyum setelahnya.

"Gue udah sehat kok, buktinya gue gak muntah lagi. Perut gue udah lebih enakan, bengkak gue udah mendingan, ruamnya juga."

"Asahi-"

"Lusa kita ke Jakarta, gue pengen banget ketemu papah. Lo juga, kan?"

Ryujin terdiam, ia hanya menatap balik Asahi. Tentu ia ingin sekali menemui Yoongi, namun ia juga mengkhawatirkan kondisi Asahi.

My Dearest Twin - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang