Tanpa mendengarkan Kazuha, Asahi berlari ke luar rumah. Ia mengenakan sepatunya dengan terburu-buru. Walau Kazuha berusaha menghentikannya, Asahi memilih segera pergi.
"Kak Asahi! Kak Asahi mau kemana? Tunggu, kak!"
Kazuha berlari mengejar Asahi sampai halaman depan rumah namun akhirnya ia memilih berhenti. Ia memandangi Asahi yang berlari pergi.
Walau harus berlari terus menerus sampai tempat tujuan, hal itu tidak menjadi suatu masalah bagi Asahi. Hal terpenting saat ini adalah menyelamatkan Ryujin.
Saat menemukan pangkalan ojek, Asahi berhenti di sana. Sayang seribu sayang, tak ada satupun tukang ojek yang mangkal saat ini.
"Sh*t!" umpat Asahi kesal seraya mengacak rambutnya kasar.
"Tunggu gue, Ryu," lanjut Asahi sembari mulai berlari kembali.
Beberapa warga heran melihat Asahi yang berlari tergesa-gesa seperti itu. Namun dikarenakan mereka belum begitu mengenal Asahi, tidak ada yang menegurnya.
Asahi sempat berhenti berlari untuk mengatur deru nafasnya. Lokasinya saat ini sudah memasuki jalan kampung. Perjalanannya masih jauh, namun Asahi tidak boleh menyerah begitu saja.
Bukan hanya sekali Asahi memutuskan untuk beristirahat. Asahi benar-benar merasa kelelahan dan berhenti untuk ketiga kalinya. Deru nafas tak beraturan dan perasaan cemas bercampur menjadi satu.
"Huh huh huh," Asahi masih mengatur deru nafasnya sembari menyeka keringat yang keluar dari pelipis, leher dan wajahnya.
Selagi Asahi istirahat, datang seorang laki-laki paruh baya yang mengendarai motor. Terdapat kayu bakar yang tersimpan di jok belakang motor laki-laki tersebut.
"Nak, kenapa duduk di tanah?" tanya bapak itu.
"Saya kelelahan, pak. Sedari tadi saya lari buru-buru untuk menjemput adik saya yang jatuh di dekat curug."
"Astagfirullah! Kalau begitu mari bapak bantu, nak. Sebentar, bapak turunkan kayu bakar ini terlebih dahulu, ya."
Asahi tersenyum sembari bangun dari duduknya. Ia juga membantu menggotong kayu bakar milik bapak itu.
"Kayu ini dibiarkan di sini, pak?"
"Iya nak, tidak apa-apa. Mari naik motor bapak, kita berangkat ke curug sekarang sebelum maghrib."
"Iya, pak."
Sepanjang perjalanan Asahi terlihat cemas. Ia juga menyesal karena membiarkan Ryujin pulang sendirian.
"Maafin gue, Ryu. Gue mohon bertahanlah, gue gak mau lo kenapa-kenapa. Ini semua gara-gara gue lagi," ucap Asahi dalam hatinya.
Beberapa menit kemudian, Asahi dan bapak itu sampai di rute jalan terakhir yang bisa dilalui oleh kendaraan. Asahi turun dari motor setelah bapak itu menghentikan laju motornya.
"Motor cuma bisa sampai di sini saja, nak. Apa perlu bapak antar kamu sampai ke curug?"
"Gak perlu pak, terima kasih. Saya sudah pernah ke curug sebelumnya."
"Tapi, nak."
"Diantar sampai sini saja saya sudah bersyukur sekali, pak. Berkat bapak saya bisa menolong adik saya lebih cepat. Sekali lagi terima kasih banyak, pak."
"Sama-sama, nak. Hari semakin gelap, lekas jemput adikmu, nak!"
"Iya, pak. Kalau begitu saya permisi, pak."
"Iya hati-hati, nak."
Asahi membungkukkan badannya sebelum berjalan pergi. Baru beberapa langkah, Asahi memutuskan menemui bapak itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Twin - Asahi Ryujin
Fanfictionft. Yoongi Bagaimana jika kamu bersama saudara kembar yang kamu benci, dikirim liburan ke sebuah desa yang jauh dari ibu kota, susah sinyal dan hanya menggunakan fasilitas terbatas? Begitulah yang harus dijalani oleh Asahi dan Ryujin selama libur ku...