Entah karena doyan atau kelaparan, sushi yang dihabiskan Ryujin lebih banyak dari Asahi. Asahi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Namun, ia senang Ryujin makan dengan lahap.
"Sa."
"Hm."
"Lo beneran gak inget Felix?"
"Inget dikit. Akhirnya ada yang bisa luluhin hati lo."
"Menurut gue, sifat, sikap dan kepribadian Felix mirip sama papah. Gue kayak liat papah di dirinya. Dia ada di samping gue pas gue down. Gue bersyukur banget."
"Baguslah. Habis nikah, mau tinggal di sana?"
"Sementara sih gitu. Biasalah soal pekerjaannya."
"Asli, gue masih gak nyangka kalau selama ini ternyata lo di rumah grandma. Padahal grandma bilang lo gak ada di sana. Grandma bohong?"
Dengan cepat Ryujin menggelengkan kepalanya lalu berkata. "Enggak, Sa. Grandma gak bohong kok. Um, jadi gini..."
Dua setengah tahun lalu
Ryujin bangun dari duduknya lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Dapat ia lihat Asahi yang pergi menggunakan motor sport. Setelahnya, Ryujin masuk kembali ke dalam kamar.
Di dalam kamar, Ryujin berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah. Ia bingung dan takut. Namun, dikarenakan perasaannya sedang kalut. Akhirnya Ryujin memilih untuk pergi.
Sebelum keluar dari kamar, Ryujin menuliskan sesuatu dalam secarik kertas yang ia simpan di atas kasur. Lalu, Ryujin keluar kamar tanpa membawa banyak barang. Ia hanya membawa tas yang biasa ia pakai.
Sesampainya di lantai bawah, Ryujin keluar rumah melewati pintu belakang. Lalu, ia berjalan masuk ke dalam ruang penyimpanan yang di sana juga merupakan ruang untuk memantau cctv.
"Entahlah."
Ryujin berkata sembari mulai menghapus file cctv yang memperlihatkan dirinya keluar rumah dan masuk ruangan cctv. Ia juga mematikan cctv dan membawa hardisk file cctv tersebut agar tidak ada yang mengetahuinya.
"Selamat tinggal," ucap Ryujin sembari melihat kearah rumahnya. Kini ia sudah berdiri di dekat gerbang.
"Gue gak bisa di sini," lanjut Ryujin sembari keluar dari gerbang rumahnya.
Tak lama datanglah sebuah taksi dan Ryujin segera masuk ke dalam taksi tersebut. Setelah Ryujin masuk, seperti biasa sopir taksi berbicara pada penumpangnya.
"Tujuannya benar ke bandara, mbak?"
"Iya, pak."
"Baik."
Saat ini sudah pukul 21. 50 malam, Ryujin baru sampai di bandara. Setelah membayar ongkos taksi, ia segera memasuki area bandara. Ryujin berjalan menuju area pemberangkatan internasional. Jadwal penerbangannya pukul 22.35 malam, masih ada cukup waktu.
Ryujin duduk di kursi tunggu. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, tidak ada notifikasi apapun. Termasuk dari Asahi.
"Apa gue text Asa, ya," batin Ryujin sembari membuka aplikasi pesan singkat.
Setelah mengetik, tiba-tiba Ryujin menghapusnya kembali. Ia menghembuskan nafas panjang lalu memejamkan matanya sejenak.
"Gak tau, gak tau, gak tau," masih batin Ryujin.
Sejujurnya Ryujin sadar atas perbuatannya ini. Pasti akan menimbulkan kekacauan karena ia kabur dari rumah begitu saja. Namun, perasaannya benar-benar kacau. Ia tidak bisa berada di rumah yang penuh kenangan bersama Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Twin - Asahi Ryujin
Fanfictionft. Yoongi Bagaimana jika kamu bersama saudara kembar yang kamu benci, dikirim liburan ke sebuah desa yang jauh dari ibu kota, susah sinyal dan hanya menggunakan fasilitas terbatas? Begitulah yang harus dijalani oleh Asahi dan Ryujin selama libur ku...