Tittle : Ucapan Terakhir Dyira
Happy Reading🌻
Lalu Bu Luna mempersilahkan untuk para teman-temannya Dyira memeluknya dan menangis bersendu-sendu dihadapan Dyira.
"Guys... Ma-maaf ka-kalau gu-gue pu-punya sa-salah sa-sama ka-kalian" kata Dyira sambil menangis.
"Kakk lu gak boleh ngomong kayak gitu" kata Najwa yang memeluk erat kakaknya itu.
"Iya Dyirr lu gak boleh ngomong kayak gitu... Gue yakin lu pasti kuat kok" kata Gibran yang menangis melihat muka Dyira pucat dan di penuhi darah.
"Dyirr gue yakin lu pasti kuat... Gue mau nerima lu apa adanya kok... Gue mohon lu bertahan yaa" kata Sendri yang menangis sambil memeluk Dyira.
"Guee... Yakin... Lu pasti... Akan nerima gue... Apa adanya... Tapi maaf... Gue bener-bener sakit banget... Gue harus pergi" kata Dyira sambil menangis.
"Dyirrr lu gak boleh gituu... Lu harus kuatt" kata Sendri yang menangis histeris.
"Iya Dyirr gue mohon lu bertahan yaa" kata Salsa dan Angel.
"Maaf yaa... Gu-gue ga-gak bi-bisa" kata Dyira yang terus menangis.
"Sen... Rell... Gu-gue ni-nitip ke-keluarga gu-gue ke-kalian ya... Gu-gue ju-juga ni-nitip Na-Najwa ke elu Rell" kata Dyira yang mencoba menahan tangisannya.
"Kakk... Lu gak boleh kayak gituu" kata Najwa yang terus menangis.Disini lain Bu Luna sudah tidak sabar ingin menusukan pisau itu ke tubuh Dyira... Disaat mereka semua lengahh... Tiba-tiba Bu Luna menusukan pisau itu ke tubub Dyira.
Jlebb...
Sontak mereka yang ada didekat Dyira pun terkejut ketika pisau itu menancap di tubuh Dyira.
"KAK DYIRAA" kata Najwa yang teriak dan menangis histeris.
"DYIRAAA" kata para teman-temannya yang ikut teriak dan menangis histeris.
"Akhirnya tugas gue udah selesai... Saat nya gue pergi" kata Bu Luna.
"BU LUNA JAHAT DAN KEJAM" kata Najwa. Tetapi Bu Luna tidak memperdulikan ucapan Najwa.Ketika Bu Luna mau pergi... Tiba-tiba ada 5 orang polisi yang langsung menangkap Bu Luna.
"Apa-apaan ini... Lepasin saya... Siapa yang sudah melaporkan saya?" kata Bu Luna yang panik ketika tangannya di pegang oleh polisi.
"Lepasinn" kata Bu Luna yang memohon kepada polisi itu.
"Anda bisa ikut saya untuk menjelaskan semuanya di kantor polisi" kata polisi yang memegangi Bu Luna.
"Tapi saya gak bersalah" kata Bu Luna.
"Nanti bisa anda jelaskan di kantor polisi. Sekarang anda ikut saya" kata polisi itu lagi.Lalu empag orang polisi membawa Bu Luna dan anak buahnya ke dalam mobil polisi. Sedangkan satu polisinya lagi sedang mendekat ke arah mereka semua yang menangisi kepergian Dyira.
"Dek... Bapak mohon ikhlas kan kepergian dia yaa" kata polisi itu.
"Tapi pak saya masih belum ikhlas atas meninggalnya kakak saya yang tragis ini" kata Najwa.
"Iya Pak saya juga masih belum ikhlas atas kepergian Dyiraa" kata Sendri dan disusul oleh para teman-temannya.
"Kalian harus mengikhlaskan kepergian Dyira ya... Kalau tidak nanti Dyira tidak akan tenang di alam nyaa" kata polisi itu.
"Tapi pak~" kata Najwa yang kata-katanya terpotong oleh polisi itu.
"Nak kamu itu juga keliatan pucat dan dahi kamu berdarah... Lebih baik kamu pergi ke Rumah Sakit sekarang yaa" kata polisi itu.
"Saya tidak mau pak... Saya mau menemani kakak saya" kata Najwa yang keras kepala.
"Iyaa tapi kamu harus diobati dulu luka kamu dan nanti kakak mu akan saya bawa ke Rumah Sakit ya sama dengan mu" kata polisi itu.Lalu polisi itu menelpon ambulan agar segera datang ke rumah Bu Luna untuk menolong Najwa dan juga Dyira.
Setelah mobil ambulan itu datang... Para tenaga medis pun langsung membawa Najwa dan Dyira masuk ke mobil ambulan... Sedangkan yang lainnya mereka membawa mobil yang mereka bawa saat ke rumah Bu Luna.
Sesampainya mereka di Rumah Sakit... Najwa, Darrel, dan Ali pergi ke ruang IGD untuk memeriksa keadaan Najwa. Sedangkan Sendri, Gibran, Angel, dan Salsa mereka menunggu di depan ruang jenazah untuk menunggu Dyira keluar dari ruang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Guru IPA
TerrorHallo... Happy Reading🌻 "JADI APA MAU IBU SEKARANG?" tanya Dyira. "Sabar dong sayang... Kamu sepertinya sudah tidak sabar yaa" kata Bu Luna yang langsung memerintah 2 anak buahnya membawa Dyira masuk ke dalam suatu ruangan lagi. "Aishh lepasin bodo...