47. Bahagia Bersama

9.3K 697 195
                                    

" Besok jangan kaya gini lagi yaa mas, Fisyha takut mas Idan pergi tapi ngak ada kabarnya kaya tadi." Sahut Arfisyha memandangi wajah Raydan sebentar kemudian kembali menyuapkan apel kemulutnya.

~R&A~

"Maafkan saya Syha.."

Arfisyha mengangguk kemudian melanjutkan memakan apel madunya.

Situasi kembali hening dengan Arfisyha yang fokus mengunyah dan Raydan yang mengupas apel.

"Mas Idan, Fisyha mau pulang besok boleh?" Tanya Arfisyha memecah keheningan.

Menghentikan aktivitas mengupas apelnya, Raydan mendongakkan kepala menatap Arfisyha yang juga sedang menatap ke arahnya.

" Saya tidak bisa menentukan, kita harus konsultasi dulu dengan dokter, hasil lab kamu juga belum keluar Syha." Jelas Raydan.

" Tapi Fisyha ngak suka di sini mas, besok bilang dokter yaa, hasil lab nya diambil kapan-kapan ngak papakan, lagian Fisyha udah sehat."

"Habiskan dulu apelnya terus istirahat, masalah pulang kita bahas lagi besok." Pungkas Raydan yang telah menyelesaikan kupasan apel terakhirnya.

" Fisyha udah kenyang." Meletakkan kembali potongan apel ditangannya, Arfisyha langsung menaruh piring kenakas, kemudian merebahkan diri membelakangi Raydan. Dan apel yang tadinya begitu nikmat tiba-tiba membuatnya tak berselera. Arfisyha kesal sekali.

" Ini apelnya ngak di habiskan dulu." Heran Raydan.

Tak berniat menjawab, Arfsiyha memilih memejamkan mata berusaha menghilangkan sesak didadanya. Ia tidak tau kenapa jawaban Raydan bisa berefek sedalam ini padanya.

" Syha.." panggil Raydan.
Sadar tak mendapatkan respon apapun, Raydan pikir Arfisyha memang ingin istirahat. Tak ambil pusing, ia segera membereskan piring bekas apel Arfisyha.

Tapi belum selesai ia membawa piring apel Arfisyha ke tempat cucian, pandangannya justru teralihkan dengan guncangan bahu istrinya.

Meletakkan kembali piring yang sudah di bawanya, Raydan berjalan mendekati ranjang rawat Arfisyha.

" Kamu kenapa?" panik Raydan, setelah sadar jika Arfisyha menangis.

" Mana yang sakit? Bilang sama saya!" Panik Raydan berusaha membalik badan Arfisyha menghadap kearahnya.

Tak menyahuti Arfisyha masih sesinggukan di tempatnya.

" Syhaa..." Raydan melembutkan suaranya.

"Fisyha ngak suka di sini, aku mau pulang mas."

Menghela nafasnya sedikit kencang, Raydan lega, ternyata tidak terjadi apa-apa pada istrinya.

"Iya besok saya akan konsultasikan dengan dokter, jangan nangis lagi, sekarang kamu istirahat." Raydan menguaap-usap kepala Arfisyha lembut.

" jangan pergi." Tahan Arfisyha ketika Raydan menjauhkan badannya.

" Enggak saya disini nemenin kamu." Sambil menghapus jejak air mata Arfisyha, Raydan ikut merebahkan diri di samping Arfisyha. " Saya disini, sekarang tidur." Tutup Raydan mendekatkan diri pada Arfisyha kemudian mengecup singkat dahi istrinya, kali ini akhirnya ia berani mencium istrinya dalam keadaan sadar.

~R&A~

"Bu, maaf idan ngerepotin lagi, hari ini harusnya Idan ngambil hasil labnya Arfisyha, tapi ini malah ada brifing mendadak dari Danyon, Idan minta tolong ibu yang ambilkan bisa?"

" Mas ini cuma minta tolong kaya gini aja kaya ke siapa aja, iya nanti ibu ambilkan, kebetulan ibu juga baru besuk anggota ayah di RS mas."

" Makasih yaa Bu. Maaf idan merepotkan ibu."

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang