23. Keberangkatan Mas Raydan

15.5K 1.2K 115
                                    


Rumah dinas Raydan sejak pagi terasa cukup lengang, karena kedua penghuninya sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Arfisyha dengan kegiatan kuliahnya sedangkan Raydan sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan ia bawa selama latihan.

Setelah melaksanakan sholat Asar, Raydan kini sudah siap dengan pakaian doreng, lengkap dengan sepatu PDL, dan ransel besarnya di punggung, juga helem panci dan senjata laras panjang ditangannya. Jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 15.05 sore, berarti ia masih memiliki waktu sekitar 25 menit lagi sebelum ia mengambil apel persiapan keberangkatan pasukan menuju Magelang.

Menghela nafas berat, Raydan keluar dari dalam kamar, laki-laki bertubuh tinggi tegap itu melangkahkan kakinya ke ruang tamu dan mendudukkan diri di salah satu kursi tamu. Raydan yang awalnya sudah siap dengan pakaian dinas lengkap dengan segala atributnya itu, malah meletakkan laras panjangnya dan helem pancinya ke atas meja didepannya, laki-laki itu juga melepas ransel besar di punggungnya dan menaruhnya didekat kaki.

Lagi-lagi menghela nafas gusar, Raydan mengacak rambut cepaknya. Waktu keberangkatannya tinggal sebentar lagi tapi ia masih merasa berat untuk pergi, padahal jika dipikir-pikir kepergiannya kali Ini bukanlah untuk tugas oprasi, melainkan hanya latihan gabungan biasa yang akan berlangsung selama 3 hari saja, namun entah mengapa untuk pertama kalinya Raydan merasa berat untuk pergi melaksanakan tugasnya.

Memandangi setiaap sudut Rumah dinas tempatnya bernaung selama hampir 3 tahun ini, Raydan kembali bernostalgia dengan kenangan perjalanan hidupnya, rumah yang biasanya dibiarkan kosong begitu saja ketika ia berangkat bertugas, bahkan ke tempat paling jauh sekalipun, Sekarang sudah tidak lagi sama. Raydan tidak sendiri, rumah dinasnya kini bukan hanya miliknya tapi juga Arfisyha, istrinya yang sudah menjadi penghuni lain rumah dinasnya dan tidak bisa ia abaikan begitu saja.

Raydan kembali terhanyut dalam fikirannya mencoba mencari alasan apa yang mampu membuatnya ragu seperti ini, apa karna ia harus meninggalkan Arfisyha sendiri?, mengingat tentang Arfisyha membuat Raydan kembali sadar dari lamunannya, Sudah hampir jam setengah 4 sore tapi gadis yang berstatus sebagai istrinya itu belum juga terlihat pulang dari kuliahnya. Mungkin masih ada tugas batin Raydan menenangkan dirinya kemudian kembali mengecek seluruh perlengkapannya, semuanya sudah lengkap dan tertata rapi, tapi perasaan enggan untuk pergi terus saja membayanginya, tak bisa dipungkiri fikirannya terus melalang buana pada Arfisyha, perempuan manja yang telah bergantung padanya itu.

Sebelumnya Raydan memang sudah berpamitan pada Arfisyha, bersamaan dengan pamitnya kepada kedua orang tuanya semalam, tak lupa ia juga menitipkan istrinya itu pada ibu dan ayahnya selama ia pergi. Bahkan pagi tadi sebelum Arfisyha berangkat kuliah Raydan juga kembali mengatakan tentang jadwal keberangkatan penugasannya ini, mewanti-wanti pada istrinya itu untuk menjaga diri dengan baik dan makan dengan teratur selama ia pergi.

Tapi Raydan masih saja ragu meninggalkan Arfisyha sendirian, pasalnya ketika Raydan menyarankan Arfisyha untuk menginap sementara dirumah orangtuanya, istrinya itu menolak. Arfisyha beralasan akan semakin jauh nanti jarak ia pergi kekampus, meski Amy ibu mertuanya sudah menawarkan supir untuk mengantar jemputnya, tapi istrinya itu masih saja keras kepala.

Sudah berkali-kali Raydan dan kedua orang tuanya berusaha membujuk, tapi Arfisyha masih kekeh dengan pendiriannya, gadis itu masih bersikeras bahwa ia tidak akan ada masalah jika ia tinggal di asrama sendirian, toh kegiatannya cukup padat, jadwal kuliahnya juga sampai sore jadi waktu nya akan ia habiskan diluar rumah dan ketika pulang ia tinggal istirahat, Arfisyha juga beralasan ingin belajar mandiri dan tidak ingin merepotkan ibu dan ayah mertuanya hanya karna mengurusnya nanti.

Tetap saja Raydan masih tak yakin, istrinya ini tipe perempuan ceroboh dan sering berakibat melukai diri, awal mereka tinggal di sini istrinya itu bisa tidak tidur karna takut, belum lagi dulu ketika ia tinggal bekerja Arfisyha sudah ditemukan terkapar oleh kedua orang tuanya karena penyakit maghnya kambuh, beberapa waktu lalu Arfisyha juga baru saja keluar dari rumah sakit, Arfisyha memang sudah sembuh tapi tetap saja ia sulit mempercayai istrinya itu, bagaimana tidak Raydan berada dekat dengan Arfisyha saja seperti itu, bagaimana dengan nanti, Raydan akan pergi selama 3 hari dan sepanjang jumlah hari itu Istrinya tidak dalam pengawasannya.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang