9. Sehari Bersama Mas Raydan

15.1K 973 45
                                    


Suasana rumah dinas Raydan yang biasanya sepi, pagi ini terasa semakin sepi setelah insiden menangisinya Arfisyha semalam. Sejak bangun hingga kini jarum jam telah menunjukkan pukul 06.30 pagi, Raydan maupun Arfisyha seakan kompak mengunci mulutnya masing-masing.

Seharusnya sesuai kesepkatan mereka kemarin, hari ini Raydan akan mengantar Arfisyha berbelanja ke pasar tradisional dekat asrama, tapi aksi tutup mulut keduanya agaknya membuat Raydan kebinggungan memulai percakapan dengan Arfisyha. Belum lagi ia yang harus segera mengantar tugas yang semalam dikerjakannya pada Kapten Fatir membuat pikiran Raydan terasa semakin semrawut.

cukup lama berfikir akhirnya Raydan memberanikan diri menghampiri Arfisyha yang sedang menata piring di dapur.

"Syha.., " panggil Raydan.
" Jadi mau pergi ke pasar?" Tanya Raydan hati-hati, yang kemudian dibalas anggukan oleh Arfisyha. "kamu siap-siap dulu, nanti saya antar berbelanja, saya pergi sebentar mengantar berkas ke rumah Kapten Fatir" Pamit Raydan canggung sambil, membawa tumpukan berkasnya kemudian berlalu pergi, meninggalkan Arfisyha.

Tidak disangka Raydan yang hanya berniat mengantar tugas semalam kemudian pulang, malah diajak berdiskusi cukup lama oleh Kapten Fatir hingga kini tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 8 lewat 20.

Setelah Kapten Fatir menyelesaikan diskusinya, cepat-cepat Raydan berpamitan untuk pulang, tapi ternyata kesialannya tidak berhenti sampai di situ karena sebelum, Raydan benar-benar pergi Renata istri Kapten Fatir kembali mencegatnya dan berpesan untuk segera membawa istrinya menghadap komandan juga senior-senior yang lain untuk perkenalan. Tak ingin mengulur waktu lagi Raydan hanya mengiyakan bahwa ia dan Arfisyha akan secepatnya menghadap. Setelah itu Raydan segera melesat pulang kerumahnya.
Masalahnya ia sudah janji pada Arfisyha malah ia yang terlambat.

"Assalammualaikum," salam Raydan ketika memasuki rumah. " Kamu sudah siap? Tanya Raydan pada Arfisyha yang sedang menonton TV. "Maaf tadi saya diajak diskusi sama Kapten Fatir dulu jadi agak lama" jelas Raydan lagi merasa tidak enak.

Masih dengan ekspresi datarnya Arfisyha menyahuti Raydan " nggak papa, berangkat sekarang aja kalo gitu mas" yang langsung diangguki oleh Raydan.

"Ayo"

Hanya 15 menit perjalanan, Kini keduanya telah sampai di pasar tradisional yang Raydan maksud. Selesai memarkirkan kendaraan, Raydan dan Arfisyha segera masuk kedalam pasar, tapi rupanya kesialan memang sedang menghampiri mereka. Ternyata didalam pasar sudah sangat sepi, para pedagang dipasar itu hanya tinggal beberapa gelintir saja, bahkan sebagian malah sudah memberesi sisa dagangannya dan bersiap pulang.

"Mas, kayanya kita kesiangan" seloroh Arfisyha mengedarkan pandangannya ke penjuru pasar.

"Kalo gitu, saya antar kamu ke mall yang kemarin saja, ayo.." tanpa banyak bicara Arfisyha hanya mengekor di belakang Raydan yang berjalan mendahuluinya.

Didalam mobil yang hening itu, sambil meihat jam ditangannya, Arfisyha kembali mengeluarkan suaranya.

" baru jam segini, mallnya belum buka, Mas"

" Terus mau kamu gimana?"

" nggak tau" geleng Arfisyha.

" Mau muter-muter dulu ngabisin waktu sambil nunggu Mallnya buka?" Raydan kembali bertanya.

" muter-muter kemana?"

" Ngikutin jalan aja, gimana mau?"

"Terserah Mas Idan Aja, Fisyha ikut"

Meski sedikit aneh dengan respon Arfisyha yang berbeda dari biasany , Raydan mencoba memahami, salahnya juga semalam membuat istrinya ketakutan sampai menangis.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang