27. Kepulangan Raydan

13.8K 1.3K 183
                                    


Tepat pukul 02.20 pagi Raydan tiba di depan rumah dinasnya diantar oleh Fadil, teman selettingnya yang sama-sama dikirim ke Magelang. Berhubung Raydan terlalu lelah membawa motor dinasnya pulang, ia memilih menumpang pada Fadil yang kebetulan membawa mobil.

" Makasih Dil, Aku duluan yaa" pamit Raydan membawa ransel serta helm pancinya turun.

" Iya.. yang mau ketemu istri, semangat banget.. udah rindu berat yaa lo, Dan." kekeh Fadil, " jangan lupa.. cepet kasih ponakan buat gue.. " goda Fadil lagi sebelum membunyikan klakson mobilnya sekali, dan mulai menjalankan kendaraannya pergi.

Tak ingin mengambil pusing omongan Fadil, Raydan segera membalikkan badannya dan bergegas berjalan menuju rumahnya. Seminggu di tempat latihan cukup menguras tenaga juga pikiran, hingga yang terbersit dalam pikirkan Raydan sejak tadi hanyalah cepat-cepat pulang kerumah, dan pergi membersihkan diri kemudian beristirahat di kasur nyaman miliknya.

~R&A~

Raydan mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya yang terlihat sepi, hanya terdengar suara hewan-hewan malam yang bersahutan mengeluarkan suaranya, dengan hawa dingin dan cukup menusuk, mengingat waktu menunjukkan masih dini hari.

Sesampainya ia didepan pintu rumahnya, Raydan yang berniat mengeluarkan kunci cadangan miliknya, mendadak mengurungkan niatnya setelah sayup-sayup ia mendengar suara TV yang masih menyala dari dalam rumah.

Mengira ibu atau Istrinya masih terjaga. Raydan langsung mengetuk pintu rumahnya. Beberapa kali ketukan, ternyata tak ada sahutan sama sekali dari dalam.

Raydan yang merasa sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat tak mau berlama-lama berada diluar, hingga akhirnya mengeluarkan kunci cadangan miliknya. Baru saja melewati pintu masuk, Raydan langsung disambut oleh lampu ruangan yang menyala terang dan suara TV yang cukup kencang.

Penasaran, Raydan segera mengunci kembali pintu rumahnya dan mematikan lampu, kemudian berjalan memasuki ruang tengah yang ternyata dalam keadaan kosong. Tidak ada Arfisyha maupun Ibunya disana.

Mengambil remot TV di atas kasur lipat, Raydan mulai mengecilkan volume kemudian mematikannya. Layar didepannya sudah berubah warna menjadi hitam, tapi Raydan masih mendengar suara yang tidak kalah kerasnya, mempertajam pendengarannya, Raydan melangkah mendekati sumber suara yang ternyata berasal dari dalam kamar tidurnya.

Tak menunggu lama, pelan-pelan Raydan membuka pintu kamar tidurnya, dilihatnya keadaan yang tidak jauh berbeda dengan ruang tamu juga ruang tengahnya, lampu kamarnya masih menyala terang dengan suara musik yang semakin kencang terdengar, ternyata berasal dari ponsel milik Arfisyha.

Semakin mendekati Ranjang, Raydan melihat Arfisyha berbaring dengan membalut seuruh tubuhnya dari kaki sampai kepalanya dengan selimut seperti kepompong. Berusaha tidak membangunkan Arfisyha, Raydan sedikit mencondongkan tubuhnya, mengambil ponsel milik Arfisyha yang tergeletak didekat kepala istrinya dan segera mematikan benda penghasil suara itu.

Baru saja benda persegi itu menghentikan suara musiknya, Arfisyha yang ternyata tidak tidur dan masih bergelung dalam selimut mengulurkan tangannya berusaha mengapai-gapai keberadaan ponselnya.

" kenapa harus mati sih Hpnya" gumam suara parau dalam selimut yang terus berusaha mencari ponselnya.

" Arfisyha.." Panggil Raydan akhirnya melihat tingkah aneh Arfisyha yang masih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hingga kepala tapi tangannya terus bergerak mencari ponsel miliknya yang saat ini berada di tangannya.

" Jangan ganggu.. Fisyha takut" gumam gadis itu dengan suara yang semakin bergetar.

" Arfisyha.. ini saya"

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang