19. Cerita Dimalam Hari

18.8K 1.3K 87
                                    

Hari sudah semakin malam, Sepulangnya kedua orang tua Raydan, kini keduanya kembali terjebak dalam keheningan yang cukup lama, 15 menit sudah pasangan suami istri itu hanya diam dengan pikiran dan kesibukan masing-masing. Arfisyha dengan posisi menyandar di atas kasurnya, berusaha untuk tidur, sedangkan Raydan sibuk dengan ponsel ditangannya.

Kini suasana rumah sakit mulai terasa sepi, jam kunjung telah habis beberapa jam yang lalu, begitupun jadwal visit para dokter dan suster juga telah selesai sejak tadi, Arfisyha benci situasi seperti ini, suasana sunyi membuatnya bisa mendengar suara apapun termasuk mendengar samar-samar suara rintihan, yang membuatnya merasa takut.

Arfisyha sempat melirik Raydan, tampaknya suaminya itu masih sibuk dengan ponselnya dan tidak tampak terganggu sama sekali, tentara mana yang takut dengan keadaan sepi dan suara-suara aneh pikirnya. Cukup lama Arfisyha berusaha mendoktrin dirinya untuk tidur tapi suara rintihan dari luar kamar inapnya terus mengganggunya, gadis itu kembali merasa tidak nyaman dan ketakutan hingga ia memanggil nama Raydan.

" Mas Idan.." panggilnya lirih.

Merasa namanya dipanggil Raydan yang sedang membalas pesan dari komandannya itu menghentikan kegiatannya sejenak. Ia mengalihkan pandanngannya dari ponsel dan menolehkan kepalanya ke arah istrinya, takut-takut Arfisyha membutuhkan sesuatu, Raydan berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Arfisyha.

" Kamu butuh sesuatu?" yang langsung dijawab gelengan oleh istrinya.

" Fisyha takut.. mau pulang.. Mas.." katanya lirih.

" Apa yang kamu takutkan? Saya disini, sebaiknya kamu istirahat lagi saja" jelas Raydan membenarkan selimut Arfisyha, kemudian kembali duduk ditempatnya semula membalas pesan komandannya yang sempat tertunda.

Ada raut kecemasan diwajah Arfisyha, tapi ia tak mengucapkan apa-apa lagi, bigung merangkai kata hingga yang dilakukan Arfisyha hanya mengangguk dan sibuk membenahi posisinya untuk bersiap tidur.

Raydan tau ia juga mendengar ada samar-samar suara erangan dan rintihan dari luar kamar inap Arfisyha, tapi melihat Arfisyha yang sudah mulai tenang dan bersiap tidur, membuat Raydan kembali fokus dengan benda persegi ditangannya.

10 menit sudah Arfisyha berusaha memejamkan matanya, beberapa kali ia kembali mengubah letak tidurnya dan berusaha memejamkan mata dan menutup telinganya, tapi suara-suara dari luar itu terus membuatnya gelisah, Arfisyha kesal pada dirinya yang seperti ini, matanya mulai memanas, ia ingin menjerit, ia benar-benar tidak nyaman disini dan mau pulang, kenapa Raydan tak peka.

Arfisyha tak sadar selama apa ia bergulat dengan pikirannya yang kacau dan kegelisahannya, saat ia sadar tiba-tiba saja Raydan sudah berada di sampingnya, naik keatas kasur rawatnya yang kosong, ikut berbaring dan mengenggam tangannya. Arfisyha reflek sedikit menggeser tubuhnya, agar Raydan bisa berbaring dengan nyaman.

" Saya disini, sudah.. jangan pikirkan apapun lagi, sekarang pejamkan matamu dan tidur" titah Raydan yang langsung diangguki oleh Arfisyha.

Ternyata kali ini kantuknya sedikit agak sulit datang, padahal Raydan sudah menggenggam tangannya, tapi suara-suara diluar kamarnya terus terdengar diantara heningnya malam. Arfisyha kembali membuka matanya, kepalanya ia dongakkan sedikit keatas untuk melihat Raydan yang ternyata juga memejamkan matanya, Arfisyha merasa posisi mereka terasa sangat dekat, bagaimana tidak, kasur rawat rumah sakit tak seluas kasurnya dirumah hingga mereka harus sedikit berhimpit untuk tidur berdua.

" Jangan berpikir macam-macam, tidur Syha.." Arfisyha terkejut, Raydan memejamkan matanya tapi ia bisa tau dirinya yang masih terjaga. Buru-buru Arfisyha menyurukkan kepalanya ke dada bidang Raydan, juga mengenggam semakin kuat tangan suaminya.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang