30. Berdamai

18.3K 1.4K 195
                                    

Memasuki hari ke 5 aksi diam-diaman Arfisyha dan Raydan, ternyata setelah malam dimana laki-laki itu mbuatkannya jahe madu dan memijatnya masih belum juga ada perubahan yang siknifikan dari hubungan keduanya. Arfisyha pikir Raydan telah kembali, tapi nyatanya, suaminya masih tak banyak bicara.

Pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, Arfisyha langsung masuk kekamarnya dan merebahkan tubuhnya begitu saja diranjang tanpa repot mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Moodnya sedang benar-benar buruk, Badannya juga terasa tidak enak, sejak pagi kepalanya memang sudah terasa berat, mungkin karena perubahan cuaca yang begitu ekstrime dari kemarau ke penghujan, membuat daya tahan tubuhnya melemah.

Menelentangkan tubuhnya menghadap langit-langit kamar tidurnya, Arfisyha menerawang. Ternyata di diamkan oleh Raydan itu rasanya melelahkan sekali. Mau tak mau kini ia harus melakukan apa-apa sendiri, walaupun biasanya juga sendiri, hanya saja sekarang beda, biasanya ada Raydan yang menemaninya, membantu seandainya ia kesulitan, juga mengajaknya bicara, tapi beberapa hari ini tidak lagi, ia benar-benar merasa kesepian.

Menengok jam dinding yang masih menunjukkan pukul 2 siang, Arfisyha menghela nafasnya lega, masalahnya sore nanti ia mendapat tembusan untuk mengikuti olah raga voli rutin dilapangan Mako. Rasanya Arfisyha malas sekali, tapi mau bagaimana lagi, sebagai istri perwira, ia memang dituntut untuk menjadi contoh juga panutan yang baik dengan ikut aktif dalam kegiatan.

Kembali menghela nafas beratnya, Arfisyha memijit keningnya yang terasa semakin berdenyut. Matanya juga mulai mengembun, kapan semuanya selesai batinnya.

Beberapa bulan belakangan, Arfisyha mengira hubungannya dengan Raydan sudah semakin dekat, meski pernikahan yang dijalaninya ini masih jauh dari kata normal, namun setidaknya Arfisyha patut bersyukur telah dipertemukan dengan orang-orang baik seperti Raydan yang meski kadang dingin dan kaku tapi sebenarnya laki-laki itu perduli dengannya, juga ibu dan ayah mertuanya, yang begitu baik merawat juga memberikan perhatian berlimpah, sebagai pengganti orang tuanya yang berada jauh darinya.

Tapi sayang hanya karna kebodohan dirinya yang ceroboh malah membuat hubungannya dengan Raydan kembali merenggang lagi. Arfisyha tidak suka berada disituasi seperti ini. ia ingin semuanya segera usai, dan kembali normal seperti beberapa minggu belakangan. Arfisyha capek ia tidak mau terus-terusan seperti ini.

Larut dengan masalahnya yang tak kunjung usai juga prning di kepalanya yang semakin terasa, membuat Arfisyha lama-kelamaan mulai memejamkan mata dan akhirnya tertidur.

~R&A~

Bangun dari tidur singkatnya, Arfisyha mengeliat sebentar dan terkejut ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 3 lebih 10 menit. Buru-buru menuruni ranjang, ia mengambil handuk beserta baju ganti, kemudian segera pergi mandi.

Tidak sampai 15 menit Arfisyha kini sudah siap dengan pakaian olahraganya lengkap dengan sepatunya.
Tak lupa membawa tas kecil berisi dompet juga ponselnya, Arfisyha bersiap berangkat, tapi baru saja membuka pintu kamar, tak sengaja ia melihat Raydan yang sedang membungkuk melepas sepatu diruang tamu. Memundurkan kakinya selangkah Arfisyha berusaha tidak terlihat oleh Raydan.

Ia bimbang antara harus pamit dulu pada Raydan atau pergi begitu saja, masalahnya mereka masih saling diam-diaman dan Arfisyha takut pada Raydan yang  dalam mode dingin itu. Beberapa menit bergulat dengan pikirannya sendiri, akhirnya Arfisyha memilih mencari jalan aman dengan pergi melewati pintu samping yang langsung mengarah ke garasi tempat ia akan memgambil motor. Jujur Arfisyha masih tak punya nyali untuk menyapa Raydan terlebih dahulu. Ia takut kecewa lagi, saat ternyata Raydan tidak menyahutinya seperti beberapa waktu lalu.

~R&A~

Saat tiba di Mako, ternyata lapangan sudah dipenuhi oleh para ibu-ibu juga para supporter yang siap mberikan semaangaat untuk para pemain, bahkan Arfisyha melihat sebagian sudah mulai ada yang melakukan pemanasan di lapangan. Merasa tidak enak karena datang terlambat, Arfisyha segera berjalan mendekati kerumunan istri-istri perwira untuk bergabung.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang