6. Hidup Baru

18.6K 960 20
                                    


Pagi tadi, tepat ketika azan subuh mulai berkumandang, kamar pengantin baru Raydan dan Arfisyha sudah dibuat geger dengan tingkah konyol, dari Arfisyha.

Hanya karna tangan Raydan yang tidak sengaja berada di atas perutnya. Arfisyha, menghempas tangan Raydan kasar dan menarik selimut sampai membungkus seluruh tubuhnya. Ia juga hampir saja berteriak jika Raydan tidak buru-buru menyekap mulutnya.

Beruntung karena reaksi cepat Raydan, teriakan Arfisyha tidak sampai mengemparkan seisi rumah.

Jujur Raydan tidak sadar kenapa tangannya bisa tiba-tiba berada di perut Arfisyha, padahal seingatnya semalam ia tidur dengan posisi terlentang.

Terhanyut, mencari alasan kenapa ia bisa memeluk istrinya, Raydan tidak sadar jika ia masih menyekap mulut Arfisyha hingga hidung.

Merasa hampir kehabisan napas. Arfisyha memukul-mukul tangan Raydan,
Matanya bahkan sampai mengembun, menahan sesak.

Menyadari ulahnya, Raydan langsung melepaskan sekapan tangannya di mulut Arfisyha.

"Maaf, saya tidak sengaja" kata Raydan, bangun kemudian pergi ke kamar mandi.

~R&A~

Suasana keluarga Herlambang pagi ini, sedikit berubah dengan bertambahnya Raydan Saka Wiratama sebagai anggota keluarga baru.

Sejak pagi, Farah sudah sibuk memasak berbagai macam menu makanan untuk menyambut menantu barunya.
Bahkan sampai di meja makan pun Farah masih terus sibuk menawari Raydan dengan berbagai macam hasil masakannya.

Suasana sarapan pagi ini cukup hangat seperti biasanya, selain Farah yang sibuk menawari menantunya makanan, Daffa dan Herlambang juga terlibat beberapa obrolan ringan.

Tapi berbeda dengan ketiganya Arfisyha dan Raydan justru masih saja terlihat kaku dan canggung setelah insiden subuh tadi.

Selepas kepergian Raydan pagi tadi, Arfisya yang juga kaget dan syok, masih diam diatas tempat tidurnya, mencoba menetralkan degup jantungnya yang terasa hampir menjebolkan dadanya.

Bagaimana bisa Arfisyha lupa kalau ia sudah menikah kemarin. Bahkan resepsinya saja baru selesai semalam.

"Arfisyha bodoh" rutuknya sambil memukul-mukul kepalanya pelan.

Tangan Raydan diperutnya tadi, harusnya bukanlah masalah, tapi respon tubuhnya itu kadang suka keterlaluan.
Mungkin saja jika Raydan tadi tidak sengaja karna mengira dirinya adalah guling kan?.

Bertepatan dengan aksi Arfisyha memukul kepalanya, Raydan keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambutnya yang sudah basah dengan air Wudhu.

"Kamu sakit" tanya Raydan singkat, melihat tingkah Arfisyha.

Tertangkap basah telah bertingkah bodoh, Arfisyha cepat-cepat menyangkal dengan mengeleng dan mengibaskan tangannya sebagai tanda jika dirinaya baik-baik saja.

"Eh.. enggak mas, aku nggak papa.. mas Idan' mau sholat yaa? Tunggu aku sebentar!"  tanpa menunggu jawaban dari Raydan secepat kilat Arfisyha turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi.

" Nggak usah Lari.." seru Raydan, lagi-lagi melihat tingkah konyol Arfisyha.

~R&A~

Setelah menyelesaikan solatnya, Raydan mulai membalikkan badan menghadap Arfisya, dan mengulurkan tangannya.

Mengetahui maksud Raydan, Arfisyha langung menyambut untuk salim. Tangan kiri Raydan perlahan mengelus kepala Arfisya kaku. Laki-laki itu berdoa dan perlahan meniup lembut ubun-ubun istrinya.

Siapa yang tau jika dibalik perlakuannya pada Arfisyha, Raydan sebenarnya sedang merasa gamang, harapannya selama ini untuk mendapatkan istri seperti sosok dokter Sinta tidak terkabul, Allah justru mengirimkan gadis muda, didepannya ini sebagai istrinya.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang