31. 4 Hari tanpa Raydan

12.8K 1.1K 133
                                    

Setelah malam dimana Raydan menyuruhnya untuk ikut ibu, maka terhitung dua hari sudah, Arfisyha tinggal dirumah Amy.

Seharusnya Arfisyha senang karena ibu mertuanya begitu memanjakannya, mulai dari matahari terbit hingga kembali terbenam, ia sama sekali dilarang bekerja apapun, malah yang ada Amy akan uring-uringan apabila Arfisyha berniat membantunya.

"Jangan sentuh apapun Arfisyha, kamu mending nonton TV, dan bersantai saja. Di sini sudah ada yang kerja, jadi kamu tak perlu repot" omel Amy tiap kali Arfisyha ingin membantu.

" Fisyha bosan bu, biar Fisyha bantu yaa" rengek gadis itu pada ibu mertuanya.

" Di asrama kan kamu sudah kerja sendirian, jadi disini waktunya kamu istirahat, kalo perlu pergi belanja atau jalan-jalan sana"

" Buu.. "

" Sudah ayo mending sekarang kita sarapan dulu" sahut Amy saat Arfisyha merengek ingin membantu mengangkat makanan ke meja makan.

Jika sudah seperti ini Arfisyha bisa apa, meski dengan tidak bersemangat akhirnya ia mengikuti Amy yang mulai melangkah menuju ke meja makan.
Arfisyha berharap hari cepat berganti Kamis dan Raydan segera menjemputnya serta membawanya pulang. Bukan karena tidak suka tinggal bersama ibu mertuanya, hanya saja ia merasa kurang nyaman terus diperlakukan istimewa oleh ibu mertuanya seperti ini.

~R&A~

Keduanya sudah duduk berdampingan di meja Makan. Beberapa menit awal baik Amy maupun Arfisyha tidak ada yang berinisiatif memulai percakapan, hingga membuat suasana menjadi hening, kecuali dentingan Alat makan milik Amy yang saling bersahutan, sedangkan Arfisyha sendiri hanya sibuk mengaduk-aduk makanannya tanpa minat.

Amy yang melihat menantunya terus memainkan makanan, akhirnya ikut menghentikan sarapannya.
Meletakkan sendok dan garpunya diatas piring, Amy mengamati raut wajah Arfisyha. "Magh kamu, nggak lagi kambuh kan Syha?, ibu lihat selama kamu disini nafsu makan kamu jelek sekali, kenapa?, masakannya kurang cocok yaa, atau kamu kangen sama mas Idan?" Tanya Amy penasaran.

Masih mengaduk-aduk makanannya tanpa minat, Arfisyha mendongakkan kepalanya, kemudian menyahuti pertannyaan Amy " Enggak bu masakannya enak kok" jawab Arfisyha sekenanya kemudian ia tutup dengan senyum kecil.

"Mas Idan kapan pulang Syha?" Tanya Amy lagi, mencari obrolan.

Arfisyha mengangkat kepalanya lagi dari makanan yang ia aduk tanpa minat, kemudian mulai menatap wajah ibu mertuanya yang juga sedang menatap ke arahnya. " Kemarin, mas Idan telfon, bilangnya hari kamis mau jemput Fisyha bu"

" Ohh Mas Idan sudah ngasih kabar Fisyha?"

" Iya kemarin sore Mas Idan telfon Fisyha, tapi cuma sebentar"

Melihat respon menantunya, Amy tersenyum, ia kembali teringat dengan dirinya dulu saat muda, yang tidak beda jauh dengan Arfisyha, baru 1 Minggu menikah Amy sudah harus ditinggal tugas operasi oleh Rahardian.

"Jangan terus-terusan sedih, ibu tau perasaan kamu. Anggap saja ini tantangan untuk kamu sebagai istri prajurit" hibur Amy mengusap punggung menantunya.

"Iya bu" sahut Arfisyha lirih dengan suara yang mulai bergetar, entah karena apa tapi sejak pagi perasaannya mendadak lebih sensitif dari biasanya.

" lhoh kok malah nangis ndhuk?"

" enggak bu Fisyha nggak papa, cuma kelilipan aja ini" sangkal Arfisyha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tak ingin terlihat cengeng di depan ibu mertuanya.

"Sudah jangan nangis, bentar lagi kan, mas Idan pulang untuk jemput Fisyha" hibur Amy lagi, masih mengusap pundak Arfisyha sayang.

"Iya bu, terikasih ibu sudah baik sama Fisyha, Fisyha sayang Ibu" pepuk Arfisyha pada Amy.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang