8. Ingin Pulang

16.1K 1K 39
                                    

Menghela napas gusar, Arfisyha kembali merubah posisi rebahannya menjadi sedikit miring ke kakanan. Sejak Raydan pergi apel 2 jam yang lalu, ia sama sekali tidak melakukan aktifitas apapun selain berguling-guling tidak jelas sambil menganti-ganti saluran televisi di kasur lipat depan TV.

Disaat seperti ini, Arfisyha benar-benar merasa bosan sekaligus kesal, suasana rumah yang sepi dan tidak ada teman bicara membuat perasaan sensitifnya meningkat drastis, ia kesepian dan tidak tau harus apa. mengandalkan Raydan pun rasanya percuma.

Tampaknya belum banyak perkembangan yang siknifikan dengan hubungan keduanya. Terhitung sejak insiden malam tadi sampai keduanya bangun subuh, mereka hanya bicara saat Raydan mengajak Arfisyha berjamaah sholat Subuh, dan ketika berpamitan akan berangkat apel. Sementara Arfisyha sendiri juga tidak berinisiatif mengajak Raydan bicara duluan, selain menjawab pertanyaan yang diajukan Raydan padanya. Jujur Arfisyha merasa malu juga canggung pada Raydan karena kejadian semalam.

Kembali melihat jarum jam yang masih menunjukkan pukul 8 pagi, membuat Arfisyha semakin gusar dan mulai mengacak rambutnya kasar.

" kenapa jamnya ngak gerak-gerak sihh" keluh Arfisyha kesal.

Ia merasa semakin bosan karena tidak ada kegiatan yang bisa dilakukannya. Ternyata berada di lingkungan baru yang belum mengenal siapa-siapa, cukup membuanya merasa tidak nyaman, belum genap satu hari ia ikut tinggal dengan Raydan rasanya sudah membuatnya ingin pulang kembali ke rumah orang tuanya, lalu bagaimana dengan hari-harinya kedepan jika Raydan pergi bekerja dan ia libur kuliah seperti hari ini, pasti akan banyak hari-hari membosankan yang akan dilaluinya.

Di tengah lamunannya tiba-tiba saja terdengar suara dering ponsel yang menbuat Arfisyha terkajut dan sadar dari lamunannya.Tertera nama mamanya disana, buru-buru Arfisyha mengangkat panggilan itu kemudian mulai menegakkan badannya dan menyandarkannya pada dinding disebelahnya.

"Hallo mah, Fisyha kangen" cerocos Arfisyha.

" Husss.. Salam dulu Syha.. kebiasaan deh kamu.." sahut Farah menginggatkan.

" iya Mah maaf, Asalammualaikum mah"

" Waalaikumsalam sayang, Gimana kabarnya Fisyha sama Mas Idan sehat kan?" tanya Farah kembali.

genggaman pada ponselnya sedikit mengerat, " iya, Alhamdulillah sehat mah?"

" Syukur kalo gitu, kamu baru apa?, mama nggak ganggu kan?"

" enggak lah mah, lagian ganggu apa sih, kerjaanku dari pagi cuma guling-guling nggak jelas"

" Mas Idan kemana Syha? nggak libur?"

Masih dengan malas, Arfisyha menyahut. " Mas Idan belum pulang, ada apel tadi pagi Mah."

" Sabtu gini apel, ngak beda jauh sama papa deh" kekeh Farah setengah melucu. " gimana tinggal di asrama, seru kan Syha?, kamu udah kenalan sama tetangga belum, inget disana keluarganya Fisyha selain mas Idan itu cuma ada tetangga lho, jadi harus rukun"

Saat mendengar nasehat mamanya, suaranya sedikit tersendat, tiba-tiba perasaan sensitifnya kembali muncul. Arfisyha ingin menangis, karena rindu mama juga rumahnya. " Mah.. Fisyha pingin pulang.." sahut Arfisyha lirih tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya.

" Ehh kok pulang sih, nggak boleh gitu dong, masak baru semalam udah minta pulang, tadi malam bisa tidur nggak?, kamu kan suka susah tidur kalau ditempat baru?"

" Disini sepi, sama nggak ada temen ngobrol, tidurnya juga agak susah, semalem aja Fisyha baru bisa tidur sekitar jam 1an"

" dibetah-betahin yaa disana, itu bukannya kamu nggak ada temen tapi belum ketemu aja, tunggu nanti mas Raydan ajak kamu berkunjung kerumah senior pasti dapet temen. Oh iya jangan ngerepotin Mas Idan terus lho yaa, kalo bisa malah bantu-bantu apa aja, kamu juga harus inget disana nggak ada mama sama papa, jadi harus belajar mandiri" kembali Farah mengingatkan putrinya.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang