44. Badai ke-2

15.2K 1.2K 329
                                    

"Kamu kalo nggak terus-terusan bikin saya khawatir kenapa sih Syha, harusnya kamu sadar posisi kamu itu sebagai istri saya, tapi kenapa kamu lebih memilih teman-teman preman kamu itu, dan mengabaikan perintah saya?.
Saya sudah pernah bilang kalo kamu sedang jadi sorotan karena foto-foto sampah kamu pulang diantar laki-laki, apa kamu tidak jera atau sebenarnya malah kamu bangga menjadi sorotan. Kenapa masih kamu ulangi juga, apa kata-kata saya kemarin tidak bisa kamu mengerti Arfisyha?" marah Raydan sampai nafasnya terlihat terengah-engah.

"Mereka bukan preman mas, mereka teman Fisyha, Fisyha juga nggak ngapa-ngapain, Fisyha cuma pulang dianter mereka karena udah terlalu malam buat Fisyha pulang pakai taxi online. Teman-teman Fisyha jagain Fisyha. Mereka ngak kaya yang mas Idan pikir." Jelas Arfisyha.

"Saya tau posisi kamu, yang saya permasalahkan, Apa kamu nggak bisa bilang ke saya untuk jemput, demi Allah Arfisyha itu tengah malam, hujan deras dan kamu di antar sama beberapa laki-laki yang bukan suami kamu. Mungkin nggak akan jadi masalah buat kamu, tapi bisa tidak, kamu pikirkan perasaan saya, atau paling tidak kamu hargai posisi saya, satu bataliyon kembali ramai karena kejadian itu."

"Kemarin mas Idan bilang ke Fisyha, Mas Piket bataliyon, Fisyha nggak mau bikin mas Idan repot, teman-teman Fisyha juga sekalian pulang, arahnya sama, makanya Fisyha mau ikut sekalian."

"Sudah berapa kali saya bilang, jangan suka menebak-nebak,  Karena pikiran kamu yang suka menebak-nebak itu malah membuat saya lebih repot!"

Tak berani membantah Arfisyha hanya menundukkan kepalanya, sambil menghela nafas beratnya. lirih Arfisyha bergumam "maaf."

"Percuma kamu minta maaf. semuanya sudah terlanjur Syha, berita sampah itu kembali tersebar ke seluruh bataliyon dan apa yang kamu lakukan sama sekali tidak membuktikan jika kamu tidak bersalah.

Kembali menengadahkan kepalanya, Arfisyha kembali menatap mata Raydan.

"Pasti Mba Renatakan yang nyebar gosip nggak penting ini. Dia pasti yang udah bikin semua ini. Aku yaki..."

Belum jadi Arfisyha menyelesaikan omongannya tiba-tiba Raydan menyela.

"Ngak usah nyalahin orang lain. Disini kamu yang membuat ulah."

Mendengar perkataan Raydan, Arfisyha semakin berani menatap Raydan tepat di manik mata, Ia tak menyangka Raydan bukannya membelanya tapi malah menyalahkannya juga.

" Kenapa mas Idan nyalahin Fisyha, Fisyha cuma pulang di antar teman, tapi gara-gara mba Renata yang sejak awal aku di sini, emang nggak suka sama aku, dia manfaatin situasi buat nyebarin gosip ngak jelas kaya gitu." Marah Arfisyha tidak terima.

" Saya rasa kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti, dimana sekarang kamu tinggal, dan diposisi mana sekarang kamu berada. Istri Perwira ngak sepantasnya bertindak rendahan seperti itu."

Menatap Raydan dengan air mata yang semakin deras, Arfisyha tidak menyangka Raydan tega berkata seperti itu. Ingin menjawab pun rasanya percuma. Arfisyha kecewa, hingga air matanya tak berhenti menetes.

"Mas Idan bahkan ngak tau aku di teror orang dengan tuduhan menjijikan juga foto-foto ngak benar. Tapi kenapa mas Idan bisa bilang aku kaya gitu." Lirih Arfisyha hampir tak terdengar.

"Sebaiknya untuk sementara, saya minta kamu tinggal sama ibu sampai liburan semester kamu selesai" putus Raydan akhirnya.

"Ngak bisa kaya gitu mas, Fisyha ngak mau. Fisyha mau disini, Fisyha minta maaf, Fisyha janji nggak Akan ngulangi lagi, Fisyha mohon Fisyha mau disini Mas!"

"Ini untuk kebaikan kamu, dan saya Syha, sementara saya menyelesaikan masalah ini, saya akan tetap antar kamu ke Rumah Ibu"

"Mas Fisyha nggak mau, Fisyha mau disini" tangis Arfisyha, memegangi tangan Raydan memohon agar ia tetap tinggal.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang