13. Kekecewaan Arfisyha

17K 983 23
                                    

Sudah seminggu pasca Arfisyha sembuh dari tragedi luka di kakinya, sebenarnya sudah sejak 4 hari yang lalu istrinya itu telah kembali beraktifitas seperti biasa, Arfisyha juga sudah masuk kuliah dan melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Setelah insiden rusaknya baju dinas Raydan juga sakitnya Arfisyha kemarin, Hubungan mereka tergolong biasa, tidak ada yang berubah dari keduanya, Raydan sibuk dengan persiapan kunjungan Kasad yang hampir menguras seluruh pikiran dan energinya, begitupun dengan Arfisyha yang juga disibukkan dengan tugas-tugas perkuliahnya.

Pagi-Pagi sekali Arfisyha sudah rapi dengan peralatan kuliahnya, ransel besar, buku gambar juga tabung hitam yang selalu dibawanya. " Mas Idan.. Fisyha berangkat" pamitnya ketika berpapasan dengan Raydan yang baru saja keluar dari kamar mandi. " Fisyha cuma sempet goreng telur buat sarapan, maaf yaa mas" lanjutnya lagi dengan muka nyengir"

" Kamu sudah sarapan?"

"Nanti di kampus aja.. keburu telat, ohh iya Fisyha lupa bilang, Mas.. Rabu sampai Kamis besok Fisyha diajakin muncak sama temen-temen kelas ke Merbabu, boleh ikut yaa.."

" kamu mau naik gunung? Kenapa mendadak bilangnya"

" iya, soalnya Mas Bian juga baru bilang kemarin sama Fisyha,"

" Muncaknya sama laki-laki?"

" mayoritas Anak seni kan laki-laki Mas.. tapi ada perempuannya juga kok, nanti"

" Tapi Rabu besok mau ada kunjungan Kasad, jadi kamu gak bisa pergi Syha.."

" Tapi Mas, Fisyha kan udah janji bakalan ikut.."

" Apa gak bisa ditunda dulu, kunjungan ini penting Syha, kamu itu wajib ikut kegiatan sama ibu-ibu persit".

" masak ditunda, yaa gak bisa dong mas.. ini rencana udah dari lama dirancangnya dan belum dapet waktu yang pas, dan Kebetulan Rabu besok dosennya kosong, anak-anak juga udah setuju jadi bisa pergi.

" Syha, tapi kamu sudah menikah sekarang, saya minta bersikaplah dewasa dan jangan seperti anak kecil, harusnya kamu paham, prioritas mana yang lebih penting untuk didahulukan, kunjungan seperti ini belum tentu akan ada lagi, sedangkan kamu dan teman-teman mu hanya akan main, dan masih bisa dilakukan lain waktu, jadi saya minta tolong, untuk kamu paham dengan situasi ini"

Kata-kata Raydan yang menuduhnya tidak dewasa dan kekanakan, tak sengaja membuat Arfisyha tersinggung, ia merasa kecewa dan kesal, apa seperti itu yang ada dalam pikiran Raydan selama ini batinnya.

" Mas..bukan Fisya yang gak paham tapi, Mas Idan yang gak bisa paham sama Fisyha, Fisyha memang anak kecil Mas, kalo mas Idan lupa.." marahnya.

" Syha.. dengarkan saya dulu.. bukan seperti itu maksud saya, selama ini kamu sudah mendapat dispensasi dari komandan kan, apa belum cukup kebebasan yang diberikan buat kamu itu, jadi sekali ini tolong saya.. jangan kekanakan" kata Raydan hampir frustasi menjelaskan maksudnya pada Arfisyha.

" Mass.." kata Fisyha melemah dan tak jadi dilanjutkan" Raydan yang berdiri didepannya juga masih diam menunggu Arfisyha melanjutkan bicaranya,

" terus mau Mas Idan apa sekarang? Fisyha harus dewasa yang kaya gimana? harus ikut kegiatan.. OK.. terserah Mas Idan, kalo gitu.."

" Maaf.. sudah memaksa kamu, Syha"

Tampa menjawab permintaan maaf Raydan, Arfisyha malah berpamitan akan berangkat kuliah.

" kalo gitu Fisyha berangkat.., mungkin sampai malem nanti pulangnya mas, ada tugas kelompok.. asalammualaikum" pamitnya dengan sedikit nada yang kentara kesal kemudian, berlalu pergi.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang