24. Hari Tanpa Raydan

12.1K 1K 121
                                    


Tak terasa tinggal tersisa 1 hari lagi sebelum kepulangan Raydan dari tugas latihannya. Masih teringat oleh Arfisyha tentang perbincangan terahirnya dengan Raydan 2 hari yang lalu, melalui sambungan telefon Raydan mengatakan jika dirinya telah sampai Magelang dengan selamat, meski terdengar kaku, suaminya itu juga sempat menanyakan kabarnya.

Jeda beberapa saat sebelum terdengar suara helaan nafas Raydan yang terasa berat dan hal itu tak luput dari pendengaran Arfisyha. Menunggu tak kunjung ada suara dari sebrang telefon, Arfisyha memulai percakapan kembali dengan menanyakan suasana tempat Raydan latihan, sebatas basa-basi mencairkan percakapan keduanya yang terasa kaku.

Hingga di akhir percakapan mereka, Raydan akhirnya menyampaikan jika untuk 3 hari kedepan ponselnya akan dimatikan, mengingat latihan yang akan dilaksanakannya ini sangat membutuhkan konsentrasi dan tingkat keseriusan yang tinggi, maka demi memfokuskan setiap prajurit dalam berlatih maka segala alat komunikasi dan hal-hal yang sekiranya dapat menganggu fokus setiap prajurit akan diputus sementara hingga latihan usai dilaksanakan. Tak lupa Raydan juga memberikan nomor telfon darurat yang bisa dihubungi kalau-kalau memang ada suatu hal yang sangat penting, setelah berpesan untuk rajin makan dan mengucap salam Raydanpun memutus sambungan telefonnya.

Terasa berat memang, tapi mau bagaimana lagi bukankah resiko menjadi istri prajurit itu harus seperti ini, Arfisyha tak percaya bagaimana bisa mama juga ibu mertuanya mampu sekuat itu mendampingi Papa dan Ayah mertuanya sampai saat ini, jika baru dimalam pertama Arfisyha tanpa Raydan saja sudah membuat gadis itu merasa uring-uringan bahkan sampai terjaga semalaman karena menangis tidak bisa tidur.

Arfisyha sadar dia tidak tau jelas dengan perasaannya tapi beberapa bulan terakhir hidup dan menghabiskan banyak waktu bersama Raydan, Sekarang ia mulai banyak belajar dan memahami sifat masing-masing, saling berbagi, bahkan pertengkaran-pertengkaran antara keduanya juga memberinya ilmu tentang kehidupan barunya saat ini. Tidak mudah memang mengingat mereka adalah 2 kepala berbeda yang harus hidup bersama, Namun hal itulah yang malah membuat Arfisyha terbiasa satu orbit dengan Raydan.

~R&A~

Menginjak hari ke-3, perlahan Arfisyha mulai membiasakan diri dengan kesendiriannya, meskipun tidak sepenuhnya sendirian, karena Amy ibu mertuanya sudah 2 hari ini akan datang menginap di rumah dinasnya, untuk setiap malam hingga pagi sebelum ia berangkat kuliah.

Merepotkan memang tapi siapa lagi dalang dari semua itu kalo bukan Raydan, entah camera CC TV atau mata-mata yang sudah Raydan pasang di sekelilingnya Karena laki-laki itu bisa tau jika ia sama sekali tidak tidur malam itu.

Sudah sempat Arfisyha menolak dengan alasan kasian dan akan sangat mereportak jika ibu mertuanya itu harus bolak-balik ke Asrama, tapi apa boleh buat Raydan dan perintahnya memang sulit ditakhlukkan.

Tak ingin memperpanjang masalah Arfisyha memilih mengalah, toh ia jadi merasa tidak kesepian menginggat Mamanya yang kemarin menelfon akan berkunjung setelah pembukaan latihan selesai, tiba-tiba batal dan tidak jadi mengujunginya, Papanya mendadak mendapatkan tugas lain yang mau tak mau mengharuskan kedua orang tuanya kembali terbang ke Kalimantan hari itu juga. Sedih sudah pasti tapi mau bagaimana lagi 5 menit terakhir memang menentukan segalanya.

Sambil terus menghitung waktu mundur sebeum kepulangan Raydan, Arfisyha memilih menyibukkan dirinya dengan tugas-tugas kuliahnya, kebetuan beberapa hari ini ia sedang dipusingkan dengan banyaknya tugas kuliah praktik yang mempunyai dateline pengumpulan hampir bersamaan, sampai-sampai membuatnya harus rela lembur tiap malam demi mengumpulkan tepat waktu.

Berbeda dengan tugas-tugas praktik sebelumnya yaitu gambar ilustrasi dan disain interior yang bisa dengan mudah diselesaikannya, kali ini Arfisyha sedikit merasa kesulitan mengerjakan tugas gambar Anatominya, simpel memang tugasnya hanyalah membuat gambar anatomi wajah pria dengan bantuan foto, tapi masalahnya dosennya kali ini meminta para mahasiswanya untuk mengambarkan wajah sempurna dengan tampak depan sehingga semua anatomi wajah seperti mata, hidung, mulut dan telinganya terlihat jelas, sedangkan Arfisyha sendiri tidak memiliki satupun gambar atau foto raferensi untuk tugasnya kali ini. Dan kabar buruknya lagi adalah paket internetnya sedang habis, hingga membuatnya tak bisa mendonloat gambar.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang