39. Dua Hati Jadi Satu

20.5K 1.4K 347
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul 03.30 pagi ketika Raydan mulai menggeliat dari tidurnya.

Sempat terkejut karena letak tidur Arfisyha yang terlalu dekat dengannya. Raydan tak sadar jika bukan Arfisyha yang terlalu dekat dengannya tapi ia yang memang sedang dalam keadaan memeluk Arfisyha.

Sedikit memundurkan tubuhnya, Raydan memandangi wajah polos Arfisyha yang masih tertidur pulas dalam gulungan selimut tebalnya. Cantik, batin Raydan mengulurkan tangan menelusuri wajah damai Arfisyha.

"Maafkan saya, sempat pernah meragukan mu, Arfisyha" Lanjut Raydan mendekatkan tubuhnya, mengecup singkat dahi Arfisyha kemudian mengusapnya lembut.

"Terimakasih sudah bertahan bersama saya" tutup Raydan membenarkan letak selimut Arfisyha, kemudian melangkah menuruni ranjang, menggambil handuk juga pakaian gantinya, bersiap membersihkan diri.

Raydan memang sengaja belum membangunkan Arfisyha, karena ia pikir mungkin Arfisyha masih perlu istirahat sebentar sembari ia menyelesaikan urusan bersih-bersihnya.

~R&A~

"Kamu sudah bangun Syha?" Tanya Raydan yang baru saja masuk kedalam kamar tidurnya. Melihat Arfisyha yang hanya merespon dengan anggukan singkat, membuat Raydan melangkah mendekati Arfisyha.

"Saya tidak akan meminta maaf untuk apa yang sudah saya lakukan ke kamu tadi malam Syha" Jelas Raydan mendudukkan dirinya di sebelah Arfisyha.

" Saya justru berterima kasih, karena kamu telah menjadikan saya sebagai laki-laki pertama untuk kamu". Lanjut Raydan mengusap kening dan mengecup singkat dahi Arfisyha yang masih diam tak berani memandang ke arahnya.

" Sebentar lagi sholat subuh, kamu nggak bersih-bersih" Raydan kembali bicara.

Hening tak ada sahutan, hingga beberapa menit kemudian barulah suara Arfisyha mulai terdengar memanggilnya.

"Mas Idan.." gumam Arfisyha lirih sambil memainkan selimut di pangkuannya.

"Kenapa?"

" Fisyha takut. Ini sakit" lirih Arfisyha lagi, dengan pipi memerah dan masih menunduk tak berani menatap Raydan sama sekali. "

" Mana yang sakit?, Penyakit magh kamu kambuh? " Panik Raydan, belum paham maksud pembicaraan Arfisyha.

Arfisyha menggeleng lemah. Mendengar respon tak terduga Raydan, Arfisyha yang sejak awal sudah ketakutan dengan rasa sakit yang dirasakanya juga rasa malu untuk menjelaskan pada Raydan, semakin down, Arfisyha ingin menangis sekarang, ia mau ada mama atau ibunya disini bukannya Raydan yang tidak peka.

Melihat mata Arfisyha yang mulai berkaca-kaca, Raydan memegang dagu Arfisyha dan membuat wanita itu memandang ke arahnya.
" Kenapa kamu malah nangis, apa rasanya sakit sekali?, kalau bukan magh kamu yang kambuh, Bagian mana yang sakit, bilang sama saya Syha!"

Kembali menundukkan kepalanya, Arfisyha tak sanggup lagi menjelaskannya pada Raydan, level rasa takut juga malunya ada di tingkat tertinggi sekarang, hingga yang ia lakukan hanya menggeleng lemah.

" Kenapa kamu menangis, kalo nggak sakit" tampaknya Raydan masih belum paham juga maksud dari Arfisyha.

Menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, Arfisyha kini malah menutup wajahnya dengan tangan, Kenapa Mas Raydan tak paham juga maksudnya, keluh Arfisyha dalam hati semakin membuatnya kesal. Ia tak bisa lagi menahan laju air matanya yang mulai meleleh.

"Kalo nggak sakit kamu nggak akan nangis Arfisyha, bagian mana yang sakit bilang sama saya, kalo kamu nangis gimana saya bisa tau, di mana yang sakit." Tekan Raydan yang semakin bingung dengan maksut Arfisyha.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang