42. Rumor Tidak Sedap

8.8K 1K 72
                                    

Koordinasi pelaksanaan pameran terus dilaksanakan. Mendekati hari H seluruh panitia mulai semakin sibuk dengan tugas masing-masing. Termasuk juga Arfisyha yang terus memonitor seksi-seksinya dalam bekerja.

" Makan dulu Lo Syha, liat tuh muka udah kayak banci kebanyakan bedak, pucet amat." seloroh Ferdian salah satu teman kelasnya yang mengurus seleksi karya.

Beberapa kali, saking terlalu sibuknya Arfisyha mengurus banyak hal, memang membuat jadwal makannya sedikit berantakan, bahkan maghnya juga sempat kambuh meski tidak terlalu parah.
Beruntung Arfisyha memiliki teman-teman yang sangat perduli dengannya.

" Iya bentar lagi ini, nanggung."

" Makan dulu sana takut oleng kaya kemarin." Kali ini Galang dan Medina ikut menyahut bersamaan kemudian tertawa.

"Iya ihh bawel amat sihh jadi temen. Ini juga mau makan."

" Gunanya temen kan emang gitu saling mengingatkan seyenggg." Medina kembali bicara.

" iyaaa, terimakasih qaqa, tanpamu aku bukan siapa-siapa melainkan remahan peyek di dasar kaleng roti."

" Lebai lu Syha, jijik gue." Kali ini gantian Galang dan Ferdian yang menyahut.

" Hahahahaha.." tawa Arfisyh terdengar sumbang."

~R&A~

Selain persiapan pameran yang memang tinggal 2 minggu lagi. Arfisyha tampaknya juga di sibukkan lagi dengan kegiatan persitnya. Bahkan kadang ia harus kucing-kucingan dalam membagi waktu.

Seperti hari ini, pagi ia kuliah, sinagnya harus mengecek persiapan pameran, dan sore mau tidak mau ia harus mengikuti giat bersama ibu-ibu Persit. Kadang jika tidak terlalu kemalaman Arfisyha akan kembali ke kampus untuk membantu teman-temannya mengurus pameran.

Kebetulan kegiatan Persit sore ini adalah rapat pembuatan laporan tahunan kemudian di lanjutkan dengan membesuk salah satu anggota yang sedang sakit. Maka Arfisyha tidak bisa kembali ke kampus lagi.

Setelah membesuk salah satu anggota, saat Arfisyha akan menghubungi Raydan tiba-tiba ia di panggil oleh ibu ketua untuk menemuinya sebentar.

Tanpa merasa curiga karena hanya dirinya yang dipanggil, Arfisyha mengikuti langkah Anindiya.

" Dek Fisyha, habis ini punya agenda tidak?"

" Mohon ijin ibu, tidak Bu."

" Panggil mba aja kaya biasa dek, habis ini ikut ke rumah saya sebentar yaa dek."

" Iya, mohon ijin tapi ada apa yaa mba." Sahut Arfisyha santun.

" engak ada apa-apa cuma mau ngobrol sebentar, tapi agak pribadi jadi ngak enak kalo disini."

"Ohh iya mba, saya mohon ijin memberitahu mas Idan sebentar yaa mba."

"Oke kalo gitu, nanti sekalian naik mobil saya aja dek, biar ngak repot."

" Tapi apa tidak papa mba saya ikut mobil mba Anin."

"Yaa nggak papa lah, memang kenapa. Udah yuk itu omm Januar udah siap."

~R&A~

"Silahkan duduk dulu dek." Sila Anindya setelah keduanya sampai di rumah.

"Iya terimakasih Mba."

" Santai aja. Ohh iya sebentar yaa saya kedalam sebentar dek."

"Iya mba silahkan."

" Ayo ini sambil di minum sama dicicipin kue keringnya dek Fisyha." Anindya kembali mempersilahkan Arfisyha setelah keluar dari dalam rumah membawa minum dan beberapa cemilan.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang