46. Tentang Perhatian dan Rindu

26.1K 1.6K 640
                                    

Matahari sudah hampir naik ketika Arfisyha terbangun dari tidur panjangnya. Dengan gerakan pelan ia mengerjapkan mata berusaha menyesuaikan diri dari sinar matahari yang masuk lewat celah jendela yang terbuka.

" Minum dulu Syha." Tawar Amy setelah melihat Arfisyha mulai bisa menyesuaikan pandangannya. Menyodorkan segelas air putih, Amy membantu Arfisyha untuk minum.

"Terimakasih Bu." Sahut Arfisyha setelah menyeruput sedikit minumnya.

"Gimana masih pusing?"

"Enggak Bu" jawab Arfisyha sambil mengelengkan kepalanya.

" Alhamdulillah kalo gitu, Ibu lap dulu yaa badannya mau? Atau mau sarapan dulu?"

" Kok ibu disini, mas Idan kemana Bu?"

" Kamu ini kok lama-lama kaya mas mu tho Nduk, kalo ditanya malah gantian tanya." Gemas Amy pada menantunya.

Sedikit memperlihatkan giginya, Arfisyha menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Mas Idan tadi pagi telfon ibu buat nunggu kamu, katanya dapat tugas dadakan yang ngak bisa di tunda. Sebenarnya tadi juga mau pamit tapi kamunya belum bangun jadi ibu yang suruh mamitin."

" Lama Bu, perginya?"

"Katanya tadi, jam 12 mungkin sudah selesai." Jelas Amy kemudian diangguki oleh Arfisyha.

"Gimana mau di lap sekarang atau mau sarapan dulu nduk?"

" mandi dulu aja Bu." Jawab Arfisyha diikuti senyumannya.

~R&A~

Seharian hanya berbaring dan berdiam diri di kamar inapnya ternyata cukup membuat Arfisyha merasa bosan. Memang ia tak sendirian, ada ibu mertuanya yang selalu bersamanya, tapi tetap saja, rasanya Arfisyha ingin pulang sekarang.

Hari menjelang malam, dan Arfisyha kembali di buat semakin gusar karna Raydan yang kata ibu akan datang setelah Zuhur malah tak juga menampakkan batang hidungnya sama sekali, apa suaminya itu lupa cara menggunakan atau bertukar pesan dengan ponselnya. Batin Arfisyha sedikit kesal.

Semakin merasa bosan, juga kesal, Arfisyha hanya membolak balikkan badannya yang tak juga menemukan posisi nyaman.

"Kamu kenapa to nduk, ibu liat dari tadi kamu gerak-gerak terus. Masih ngerasa pusing, apa mau muntah?, Ibu panggil dokter yaa."

" enggak usah Bu, Fisyha udah sehat kok, cuma bosen aja, Fisyha kangen rumah pingin pulang."

" Yaa sabar to nduk, kan hasil lab nya belum keluar." Ujar Amy sambil mengusap-usap kaki Arfisyha.

" Bu.." panggil Arfisyha setelah sempat hening beberapa saat.

" Kenapa nduk?" Sahut Amy melangkah mendekat ke arah Arfisyha.

" Kata ibu tadi, mas Idan pulang habis Zuhur, kenapa sampai malem belum ke sini?"

" Tugas tentara mana ada yang bisa di prediksi nduk. Sudah jangan terlalu dipikirkan bentar lagi pasti mas Idan dateng. Kenapa, kamu kangen yaa?" Goda Amy pada Arfisyha yang mulai bersemu merah.

Apa sejelas itu perasaannya. Batin Arfisyha sambil menangkup kedua pipinya malu.

~R&A~

"Assalammualaikum" salam laki-laki berseragam PDL yang sejak siang tadi dinanti kedatanngannya oleh Arfisyha. Meski kentara sekali gurat lelahnya, ia tetap menampakkan senyum terbaiknya begitu melihat ibunya masih terjaga dan menyahuti salamnya.

"Waalaikumsalam mas, kok malem banget baru ke sini?" Sahut Amy menerima uluran tangan Raydan. "Udah makan belum Mas?"

" Iya Bu, maaf. Idan pikir kerjaannya bakal cepet selesai taunya malah sampai malem baru kelar. Udah kok Bu, tadi sama Fadil sebelum ke sini."

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang