29. Situasi Melelahkan

16.5K 1.4K 205
                                    


Meremas kesepuluh jari tangannya, Arfisyha merasa benar-benar gusar karena Raydan belum juga mengajaknya bicara.
Sejak berangkat ke rumah sakit sampai keduanya selesai menebus obat di apotik tempat Arfisyha memeriksakan cideranya, seingatnya, Raydan hanya bicara pada dokter yang memeriksanya, sisanya lagi laki-laki itu seakan mengunci mulutnya.

Melewati lorong rumah sakit, Raydan memilih berjalan terlebih dahulu didepan, sedangkan Arfisyha tertinggal beberapa meter dibelakangnya dengan langkah yang terseok-seok berusaha menyamakan langkahnya dengan Raydan.

Arfisyha sadar dirinya bersalah karena tidak terus terang perihal insiden jatuhnya tempo hari pada Raydan, ia pikir hal itu tidak begitu penting untuk diceritakan karena menurutnya, hanya akan mengganggu Raydan bertugas waktu itu. Tapi ternyata apa yang dilakukannya itu ditangkap berbeda oleh Raydan. Terlihat jelas dari raut wajah suaminya yang sangat marah dan kecewa ketika tau hasil dari ulah kecerobohan dirinya.

Sepanjang lorong rumah sakit Arfisyha merutuki dirinya yang bodoh, seharusnya ia jujur saja seperti yang ibu mertuanya katakan, bagaimanapun Raydan pantas tau keadaannya sekalipun ia sudah tidak apa-apa. Tapi karena egonya kini semuanya sudah terlanjur, Raydan kecewa dan laki-laki itu kini mendiamkannya.

Menghela nafas berat Arfisyha terus berusaha mengejar langkah Raydan yang semakin jauh, Hingga tiba-tiba saja tubuhnya menabrak dada bidang Raydan yang berdiri menjulang didepannya sampai ia sedikit terhuyung kebelakang.

" Maaf Mas" lirih Arfisyha, mendongakkan kepalanya ke atas meminta maaf pada Raydan. Tak mendapatkan respon apapun dari Raydan, membuat Arfisyha salah tingkah dan memundurkan kakinya selangkah.

Tapi lagi-lagi kecerobohannya, membuatnya hampir celaka, karena salah satu kakinya menyandung kaki senbelahnya lagi yang cidera, hingga membuat keseimbangan tubuhnya goyah, dan hampir jatuh jika lengan Raydan tidak buru-buru menangkapnya.

Reflek, Arfisyha langsung mencengkeram kuat baju bagian depan Raydan, mencari perlindungan. Jantungnya terasa hampir saja lepas.

Belum selesai mengkondisikan degup jantungnya, kini Arfisyha kembali terpekik kaget karena gerakan tiba-tiba Raydan yang menempatkan tangannya di belakang punggung juga bawah lututnya kemudian menggendongnya, Raydan membawanya ke arah parkiran mobil .

" Masss..." Pekik Arfisyha panik, dan langsung mengalungkan tangannya ke belakang leher Raydan, ia terkejut sekaligus malu, Siang itu rumah sakitnya sedang ramai.

~R&A~

Sepanjang perjalanan ke Rumah dinasnya, Arfisyha hanya duduk diam di kursi depan sebelah Raydan. Setelah aksi Raydan yang mengendongnya di sepanjang lorong rumah sakit hingga dalam mobil. Laki-laki itu masih tak mengeluarkan sepatah kata pun padanya, bahkan saat Arfisyha berterima kasih pun, Raydan sama sekali tak merespon, ia hanya menoleh sekilas kemudian kesmbali fokus menyetir, menjalankan kendaraannya. Lagi-lagi reaksi Raydan itu mambuat Arfisyha semakin merasa tidak nyaman.

Menolehkan wajahnya ke jendela disampingnya, Arfisyha kembali teringgat kata-kata Raydan pagi tadi, tentang dirinya yang kekanakan. Mungkin dulu ia pernah sangat marah ketika Raydan mengatainya begitu, tetapi tidak dengan pagi tadi. Kemarahan dan kata-kata Raydan untuknya memeng benar, ia yang terlalu kekanakan, dan juga ceroboh. Dan karna sifat itu juga Arfisyha sadar sudah sering menyusahkan banyak orang termasuk Raydan.

Arfisyha seharusnya tau diri, sejak awal ia menikah, Raydan tidak pernah menuntut apapun padanya, bahkan ketidak becusannya dalam mengurus rumah pun Raydan tidak pernah protes sama sekali. Justru malah dirinya yang sudah cukup banyak menuntut dan merecoki kehidupan Raydan selama ini.

Susah payah Arfisyha menahan laju air matanya yang hampir tumpah, Arfisyha binggung harus bagaimana ia berdamai dengan Raydan. Suaminya bilang ia tidak butuh maafnya, Raydan hanya ingin ia mengerti, lalu Arfisyha harus mengerti yang seperti apa?, Jika saat Ia bicara pada Raydan, laki-laki itu hanya diam saja.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang