10. Menghadap Komandan Bataliyon

14.4K 838 33
                                    

Sesuai perintah, malam ini Raydan dan Arfisyha pergi mengunjungi rumah komandan, juga beberapa senior di bataliyon. Setelah sebelumnya berkunjung terlebih dahulu ke rumah Kapten Wisnu dan Kapten Fatir, sekarang keduanya tengah berada di rumah komandan satuan Raydan berdinas, yaitu Pak Anindito dan ibu Anindya.

Wajah Pak Anindito, memang sudah tidak asing lagi bagi Arfisyha, karena sudah pernah bertemu sebelumnya, tapi dengan ibu ketua, bu Anindya baru sekali ini Arfisyha bertatap muka, sehingga membuatnya merasa canggung dan segan, tapi ternyata tak beda dengan sifat suaminya, Ibu Anindya ini ternyata sangat ramah dan baik. Arfisyha merasa senang karna malah seperti memiliki orang tua baru, kakak juga teman baru disini.

Berbeda sekali dengan kunjungannya dirumah senior Raydan sebelumnya, di rumah Kapten Fatir dan Ibu Renata, Arfisyha hanya bisa diam dan sesekali mengangguk mengiyakan dengan siap wejangan-wejangan dari istri Kapten Fatir itu. 

Mbak Renata, ia memanggilnya jika tidak dalam keadaan dinas itu tipe orang kaku dan agak sombong menurutnya, ia mengganggap senior junior dan atasan dan bawahan diatas segalanya, dari cara bicaranya Arfisyha merasa jika mbak Renata ini sangat ingin dihormati, dan entah kenapa Arfisyha merasa jika Mba Renata ini bukan orang yang baik untuk berteman.

"duhh Omm Raydan, pantesan ini istrinya baru dibawa kesini , lha wong cantik kayak gini makanya disembunyiin terus" canda Ibu Anindya.

"Siap salah mba'" Sahut Raydan.

"Halo ini Dek Arfisyha yaa.. beneran cantik ini Omm Idan, pinter deh milihnya, giamana dek, tinggal di asrama betah kan ?"

Arfisyha mengangguk canggung, ia hampir lupa saat ini ia tengah berhadapan dengan seniornya,
"Maaf, mohon ijin sebelumnya ibu, iya saya betah tinggal disini" sahut Arfisyha gugup.

"Kok kaku banget sih dek, jangan takut sama saya, saya nggak gigit kok, jadi santai saja" seloroh Ibu Anindya yang memancing gelak tawa keempat orang disana.

"mohon ijin menghadap ndan" ujar Raydan tegas pada Pak Anindito.

"Mari silahkan duduk, ini dek Arfisyha yaa, saya nggak salahkan?" Sahut Pak Anindito sambil menjabat tangan Raydan dan Arfisyha.

"Mohon ijin benar Bapak, Saya Arfisyha"

Lama keempatnya terhanyut dalam pembicaraan, dari dalam rumah, muncul seorang anak perempuan berumur 4 tahun dengan rambut dikuncir dua, yang terlihat lucu seperti boneka.

"Mahh, gambarin ayam" seloroh bocah kecil itu pada ibunya, yang otomatis menghentikan pembicaraan ke empat orang di sana.

"Ehh Asyha.., tuh liat ada siapa itu kak' yang datang.."

" Yeiyy.. ada O..Omm Idan" teriaknya girang meloncat-loncat kemudian berhambur ke arah Raydan.

"ini anak saya dek Arfisyha, namanya Asyiana, tapi sering dipanggil Asyha, katanya biar gampang gitu" kekeh Ibu Anindiya menjelaskan

" Salim juga sama tante Arfisyhanya kak' " kata ibu Anindya.

Asyha mengikuti perintah ibunya, setelah salim dengan Raydan ia salimi tangan Arfisyha dengan tangan munggilnya.

"Hallo.. cantik, Asyha yaa namanya" bocah itu mengangguk, " wah.. ini gambarnya kok bagus, tante boleh liat"

Asyha memperlihatkan gambarannya pada Arfisyha, sambil menceritakan apa saja yang ada di buku gambarnya itu.

"ohh yaa.. jadi ini rumah ayam punya Asyha"

"iya tapi Asyha gak bisa gambar ayam tante,"

" Gambar Ayam yaa.. mau tante bantu gambar ayam nggak?.."

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang