12. Belajar Saling Memahami

16.2K 995 35
                                    

" Yaa Allah Arfisyha.."

Dari pintu depan Amy, Ibu mertuanya reflek langsung meninggalkan semua barang bawaannya begitu saja didepan pintu, kemudian berlari menghampiri Arfisyha yang masih tersungkur di lantai, mengerang menahan sakit di bagian perutnya.

"Arfisyha.. kamu kenapa nduk? Ayah.. Ayah.. tolong Yahh.." teriak Amy panik, memanggil Rahardian suaminya yang masih berada di luar, kemudian pandangannya kembali pada Arfisyha yang terus memegangi bagian perutnya.

" Ibu..." tangis Arfisyha meremas kuat tangan ibu mertuanya.. " sakit.., tolong bu.. obat.." ucap Arfisyha terbata-bata.

Melihat rintihan sakit Arfisyha Amy semakin panik, hingga ia kebingunggan dengan apa yang harus dilakukannya.

" iya sayang.. tahan sebentar.. kita kedokter yaa.. Ayo ibu bantu berdiri yaa"

Dengan langkah yang tergesa-gesa Rahardian yang memang masih memarkir kendaraan juga dibuat kaget mendengar panggilan Istrinya yang terdengar histeris dan langsung berjalan cepat ke tempat istrinya berada.

" ada apa bu..? Yaa Allah Fisyha kenapa ini..?" kaget Rahardian ikut berjongkok, melihat keadaan Arfisyha.

" Ayah.. tolongin ibu Yah.., Fisyha kesakitan yahh.. ayo pindahin Fisyha ke atas dulu ini yah.."

" bu.. kaki Fisyha berdarah banyak sekali ini bagaimana?" Ucap Rahardian bertambah panik.

Setelah mendengar suaminya yang mengatakan jika kaki Arfisyha berdarah, diantara perasaan paniknya Amy mengajak suaminya untuk membawa Arfisyha ke rumah sakit,  tapi Arfisyha mengeleng lemah dan meminta di ambilkan obatnya.

" Yaa Allah Syha kaki kamu juga kenapa ini nduk!!.., Ayah tolong, gimana ini yaahh.. kita kerumah sakit saja ayo"

" sakit Bu, tolong obat bu.. di tas Fisyha, tolong.. Sakit" rintih Arfisyha, terus memegang perutnya juga tangan ibu mertuanya semakin kencang.

" iya sebentar yaa Syha.. tenang buu kita jangan panik, Ayah cari kotak P3K dulu sekalian sama air hangat buat bersihkan luka Fisyha, ibu cobak cari obatnya Fisyaha di kamar".

" iya, tahan dulu yaa Syha.. obat kamu di tas mana, seabar yaa ndukk.. ibu ambil sebentar yaa sayang"

Cepat-cepat Amy masuk kekamar menantunya mencari tas yang dimaksud Arfisyha tadi, setelah mencari-cari baru di tas ketigalah Amy menemukan obat yang dicarinya itu.

" ini nduk' diminum obatnya, duhh kamu piye to jangan sakit.. ibu takut"

Tanpa menyahut perkataan ibu mertuanya Arfisyha segera meminum obat cairnya, tak lama setelah itu Rahardian datang membawa kotak obat juga baskom berisi air hangat ditangannya.

"ini kotak obat sama air hangatya bu.."

Setelah menerima air hangat dan kotak P3K yang diberikan oleh suaminya, Amy langsung membersihkan luka di kaki Arfisyha dengan handuk yang sempat ia ambil ketika mengambil obat milik Arfisyha tadi.

" Syha.. gimana udah enakkan?" tanya bu Amy sambil memasang perban di kaki Arfisyha.

Arfisyha hanya mengaggukkan kepalanya lemah menyahuti pertanyaan ibu mertuanya, ia masih memejamkan matanya dengan posisi tidur menyamping, salah satu tangannya juga masih memegangi perutnya.

" beneran udah baikan Syha?,, apa tidak sebaiknya kita ke dokter saja, atau Ayah telfonkan mas Idan yaa?" usul Rahardian yang melihat Arfisyha masih tergolek lemah.

" jangan Yahh, Fisyha gak papa.., Mas Idan juga sibuk nanti malah ganggu, kasihan".

Sebenarnya alasan Arfisyha menolak hanyalah alibinya saja untuk mencegah agar Ayah mertuanya tidak menelfon Raydan, bagai mana mungkin ia membiarkan Ayah mertuanya itu memberi tau  kondisinya pada Raydan, sedangkan mereka sedang dalam keadaan perang dingin gara-gara ulahnya pagi tadi.

Mas Idan untuk ArfisyhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang