🥬🥬BAB 44🥬🥬

16.4K 888 0
                                    

Kini Zeta berada di hotel, tempat Bea menginap. Tadi setelah dari restaurant ia menyuruh Zio mengantarkan dirinya dan Bea kesini. Sekarang Bea dan Zeta duduk bersender dikasur. Disana juga ada Bia, kembaran Bea. Sedangkan kedua temannya yang lain tak ikut kesini, mereka mendapat pekerjaan diluar negeri.

Zeta sedih bercampur senang, sedih karena tak bisa mengantar Ais dan Lisa ke bandara. Namun disisi lain ia senang karena mereka berdua mendapatkan pekerjaan dinegara yang paling mereka impikan. Beberapa menit yang lalu Zeta menceritakan tentang Zio kepada Bia dan Bea. Yang paling semangat mendengarkan ialah Bea.

"Bia! Tadi dia lap bibir aku," ucap Bea dengan ekspresi yang terkesan lebay.

"Jangan lebay!" Bia menoyor jidat kembarannya. Dirinya muak mendengar cerita dari Bea, menurutnya kembarannya seperti orang gila. Namun dirinya merasa malu, mengapa Bea tak ada jaim-jaimnya jadi perempuan.

"Mungkin Zio suka sama kamu," ucap Zeta yang semakin membuat hati Bea berbunga-bunga.

"Bantulah temenmu ini menggapai pujangga hati wahai calon kakak ipar," ucap Bea dengan sedikit diselingi nada.

Baik Zeta maupun Bia hanya bisa memutar bola matanya malas. Mengapa Bea menjadi seperti ini, padahal Zeta tadi hanya berbicara asal. Namun jika Zio tak suka dengan Bea? Bisa-bisa sahabatnya jadi gelandangan jika mengetahui hal itu. Lalu mereka memutuskan untuk menonton film ketimbang mendengarkan celotehan yang keluar dari mulut Bea, tentu saja itu tentang Zio.

Slimut membungkus setengah tubuh mereka, Zeta sangat rindu momen seperti ini. Andai saja sahabatnya lengkap, Bea dan Bia berada disini dikarenakan mereka sudah lulus. Mereka berdua memilih untuk bekerja di Jakarta saja, sekalian bertemu dirinya. Zeta tentu senang mendengar fakta itu.

***

Malam harinya Zeta masih berada dihotel Bia dan Bea. Tadi dirinya sudah mengabari Vio jika akan menginap dihotel sini. Saat ini mereka tengah makan mie instan kuah, ditemani dengan ayam goreng crispy. Mereka makan sembari melihat drama korea, Bea sendiri membuat mie 2 porsi sekaligus.

Andai saja Zio tau, betapa maruknya orang yang mencintai dia. Namun tak apa, bukankah cinta itu apa adanya? Semoga saja Zio bisa memahami sifat Bea yang cantik ini.

"Kalian tau?" tanya Bea.

"Enggak." Zeta dan Bia menjawab secara bersamaan.

Bea berdecak sebal, "Lupakan! Kamu kerja apa disini?" tanyanya kepada Zeta.

"Sekretaris CEO," jawab Zeta sembari menggigit ayam gorengnya.

Bea dan Bia yang mendengarkannya langsung tersedak, Zeta memberikan mereka berdua minum. Bea mengambil tisu dan mengelap air matanya, omongan Zeta membuat dirinya langsung tersedak.

"Bukannya kamu kuliah jurusan psikologi? Itupun belum lulus. Mengapa sekarang malah jadi sekretaris CEO?" tanya Bia tak paham.

Zeta tak tau harus bercerita mulai dari mana, mungkin awal mula ia bertemu dengan Albi dan twins saja. Lalu mengalirlah cerita itu dari mulut Zeta, sedangkan Bea dan Bia mengangguk paham. Namun ada pertanyaan yang ada dibenak mereka, mengapa Zeta langsung diterima? Untuk pertanyaan itu Zeta tak bisa menjawabnya, bahkan ia sendiri tak tau.

Zeta mengira jika Albi menerima dirinya kerja dikarenakan sudah merawat twins yang berstatus sebagai anak Albi. Tapi entahlah, itu hanya perkiraan Zeta saja. Namun dirinya bersyukur bisa mendapatkan kerja dengan mudah.

"Kalian sendiri kerja dimana?" tanya Zeta.

"Rumah sakit Bunga Indah," jawab Bea, memang dirinya dan sang kembaran kuliah dengan jurusan kedokteran. Sekarang mereka bisa bekerja dirumah sakit yang cukup terkenal di kota ini.

"Kita jarang ketemu dong," ucap Zeta lesu.

"Kita akan sering kasih kabar dan juga kalau ada waktu luang kita akan ketemuan," ucap Bia dan mendapatkan anggukan dari Bea.

***

Jika Zeta tengah berkumpul dengan teman-temannya, lain lagi dengan Albi yang kini jalan-jalan di pinggir trotoar dengan menggendong Syika. Nathan dan Cakra? Mereka tak ikut dikarenakan Nathan tak enak badan. Albi menikmati angin malam bersama dengan sang anak perempuannya.

"Syi kangen mama," ucap Syika menatap mata Albi.

"Mengapa adek manggil dia mama?" tanya Albi, sebenarnya ia takut jika Zeta risih akan panggilan itu.

Syika menggeleng, "Syi seneng aja manggil kakak Ze mama. Dengan begitu Syi bisa ngelasain lasanya punya mama," ujarnya polos.

Albi berhenti berjalan, dirinya melihat ada bangku di bawah pohon. Langsung saja Albi duduk disitu dengan tetap menggendong Syika. Albi terenyuh mendengar penuturan yang dilontarkan sang anak. Apakah Syika akan tetap memanggil Zeta dengan sebutan mama disaat dia sudah tau siapa mamanya yang sebenarnya?.

"Bagaimana kalau kita kembali pulang?" tanya Albi.

Syika mengangguk, "Syi juga udah ngantuk," ucapnya disertai uapan kecil.

___

Kita tinggalkan percakapan kecil antara Albi dengan Syika, kita beralih kepada Cakra dan Nathan yang saat ini berada diruang televisi. Tentunya ini dikamar hotel Cakra, Nathan sengaja ingin berada disini. Cakra asik makan snacknya, sedangkan Nathan tiduran disofa.

"Apa om tau kalau aku udah ketemu sama mama?" tanya Nathan sembari melihat kearah Cakra.

"Apa kau marah dengan mamamu?" Cakra bertanya balik.

"Ya! Dia pergi disaat aku dan Syika masih kecil, dan sekarang dia kembali saat kita sudah punya mama Ze!" ujar Nathan dengan aura nya yang khas.

"Pasti ada sedikit rasa rindu dengan dia, apakah sama sekali kau tak merasakan hal itu?" tanya Cakra. Bukankah sebenci-bencinya seorang anak kepada orang tua, pasti ada setitik rasa sayang. Walau hanya setitik, yang penting ada.

"Aku merasakannya, disaat dia menciumku dan memelukku. Namun aku benci dengan dia, dulu Syika selalu menangis ketika melihat anak seumuran kita jalan-jalan lengkap dengan kedua orang tuanya. Sedangkan kita hanya dengan Om atau baby sitter saja," jelas Nathan. Nathan memang anak kecil, namun jangan salah. Bukankah tingkat kedewasaan seseorang diukur dari caranya bertindak dan berprilaku?.

Cakra diam selama beberapa saat, yang Nathan ceritakan benar adanya. Bahkan ia juga pernah melihat skaligus menenangkan Syika yang menangis meminta mamanya untuk datang dan mengajaknya bermain. Waktu itu Albi sedang sibuk, Syika selalu menyalahkan Albi perihal tidak adanya seorang mama di keluarga mereka. .

Cakra langsung memeluk Nathan, "Jangan ceritakan pertemuanmu dengan dia kepada Syika," peringkatnya.

"Aku tak akan membiarkan adikku mengetahui siapa mama kandung kita!" ucap Nathan pasti.

Cakra melepaskan pelukannya dan tersenyum kearah Nathan. Didikan Albi memang luar biasa, Nathan tumbuh menjadi anak yang kuat dan tak gampang mengeluh. Betapa beruntungnya Zeta disayang oleh dua malaikat kecil yang sangat berharga ini. Namun jika Zeta menikah apakah dia akan tetap menyayangi twins? Entahlah, biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang