Derap langkah kaki terdengar ditelinga beberapa orang yang berada di ruangan itu. Di sana Zio berjalan dengan gagahnya menuju meja dimana terdapat beberapa orang berdiri. Zio duduk di meja paling ujung dan seketika orang yang berada disana kembali duduk.
Kali ini Zio akan meeting dengan kliennya, sekitar ada 5 orang laki-laki dan perempuan disini. Mejanya tak terlalu besar dan jarak mereka hanya satu lengan saja. Masing-masing dari mereka membawa laptop, dan juga ada beberapa berkas yang bertumpuk apik sana.
"Bisa kita mulai meetingnya?" ucap salah satu diantara mereka. Zio mengangguk sekilas tanpa ekspresi membuat beberapa orang menelan ludah kasar, berhadapan dengan Zio harus berhati-hati. Jika tidak katakan selamat tinggal kepada perusahaan mereka.
Beberapa orang mulai berbicara bergantian. 1 jam kemudian meeting selesai, Zio bersalaman dengan mereka dan pamit untuk pergi terlebih dahulu. Kini Zio dan Hans berada didalam lift, suasana hening seperti biasanya dikarenakan Zio orangnya dingin jadi jika Hans melawak seperti orang gila nantinya.
"Setelah ini kau mau kemana? Sudah tak ada jadwal meeting lagi setelah ini ada lagi sore nanti," ucap Hans.
"Zeta," Zio menjawab singkat, untung saja Hans paham apa yang dikatakan bosnya itu.
Mereka keluar dari dalam lift lalu berjalan menuju dimana mobil mereka terparkir. Kali ini Hans yang menyetir, tak seperti biasanya hari ini tak ada bodyguard yang mengikuti mereka. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, perjalanan mereka kali ini ditemani kesunyian. Hans sangat tau jika Zio menyukai sepi dan sangat benci dengan yang namanya bising.
"Zeta berada dimana?" tanya Zio memecah keheningan.
"Dia berada di taman," jawab Hans tanpa melihat kebelakang. Tadi ada bodyguard yang mengabari jika Zeta berada di taman seorang diri.
Setelah percakapan singkat itu suasana menjadi hening, beberapa menit kemudian mereka sampai di depan area taman. Zio turun dan masuk kedalam, ia mencari ke sekeliling. Pandangannya tertuju kepada seorang perempuan yang duduk di bangku taman menghadap kedepan. Langsung saja Zio menghampirinya dan duduk disebelah perempuan yang ia yakini itu ialah Zeta.
"Mengapa duduk sendirian?" tanya Zio.
Zeta terperanjat kaget, "Sejak kapan kau berada disini?" tanyanya.
"Sejak kau melamun," jawab Zio.
"Mengapa kau tak menemuiku lagi? Aku sangat rindu kepadamu," ucap Zeta dengan nada kesal.
Zio tertawa kecil dan mencubit pipi Zeta pelan, "Bagimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Zio.
Zeta mengangguk antusias, dengan segera Zio menarik tangan Zeta supaya berdiri. Mereka berjalan menuju mobil Zio yang terparkir tak jauh dari tempat duduk Zeta. Kini mereka sudah berada didalam mobil, kali ini Zio lah yang menyetir. Hans sudah ia suruh untuk menelfon bodyguard supaya menjemputnya.
"Mengapa kau berada di taman seorang diri?" tanya Zio.
"Sebenarnya aku sedang suntuk saja, hari ini kerjaku libur." Zeta menjawab seadanya.
Dirinya ingin bermain dengan twins namun mereka ikut Albi keluar kota, alhasil ia hanya sendiri di apartemen. Sedangkan Vio berangkat ke restaurant, ketimbang bosan ia memutuskan untuk pergi ke taman saja menikmati udara segar. Namun baru juga duduk 5 menit Zio datang membuat dirinya senang karena bertemu kembali dengan sang kakak.
"Kita mau pergi kemana?" tanya Zeta heran.
"Suatu tempat yang akan kau sukai," jawab Zio.
Zio menepikan mobilnya ke pinggir jalan lalu keluar dari mobil. Lelaki itu membuka bagian belakang mobil dan mengambil sesuatu dari sana, setelah selesai ia menutupnya lalu kembali ke mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romantizm[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...