🥬🥬BAB 45🥬🥬

17.5K 935 12
                                    

Beberapa hari kemudian Zeta sudah mulai kembali bekerja. Selama libur ia menghabiskan waktu dengan Bea dan Bia, kini waktunya untuk kembali bekerja begitu juga dengan teman-temannya itu. Saat ini Zeta berada didalam taksi, dirinya tak sabar bertemu dengan twins.

Selama Albi liburan ia tak diperbolehkan untuk menelfon twins, tentu saja Albi lah yang melarang dirinya. Sekarang ditangan Zeta terdapat kantung kresek yang berisikan kotak bekal untuk twins, dirinya memasak itu semua sejak pukul 5 pagi. Karena twins masuk pukul 8 pagi dirinya berangkat kerumah Albi sejak pukul 7 pagi.

Baru pertama kali Zeta membuatkan twins bekal, dan juga 2 kali ini Zeta berkunjung kerumah Albi. Beberapa menit kemudian Zeta sampai di depan rumah mewah dan megah. Langsung saja perempuan itu turun dan masuk kedalam, tak lupa mengucapkan terimakasih kepada supir taksinya.

"Pak?" panggil Zeta kepada satpam yang berjaga.

"Iya, apa apa yah neng?" balas satpam itu lalu keluar dari tempatnya berjaga.

"Albi sama twins udah berangkat?" tanya Zeta.

Satpam itu menggeleng, "Belum neng. Oh iya tadi den Nathan bilang kalau neng Zeta datang suruh masuk aja," ucapnya.

Zeta mengangguk, "Saya masuk kedalam yah pak, terimakasih." Setelah menunduk hormat Zeta masuk kedalam.

Zeta mengetuk pintu namun ada yang membukanya. Sampai akhirnya Zeta membuka pintunya sendiri, tak dikunci. Perempuan itu masuk kedalam dan melihat kesegala arah mencari keberadaan twins dan juga Albi. Zeta mencoba memanggil Albi namun tak ada jawaban.

Tiba-tiba saja ada salah satu pembantu Albi yang datang menghampirinya dan berbicara jika Albi berada dikamarnya. Zeta disuruh untuk keatas, tepatnya kekamar Albi. Dengan ragu Zeta mengiyakan saja, dirinya mulai menaiki satu persatu tangga dengan tetap membawa tas yang berisi bekal.

Tok

Tok

Tok

Zeta berdiri tepat didepan pintu berwarna hitam yang ia yakini merupakan kamar Albi. Tak lama pintu terbuka, munculah sosok Albi dengan memakai kemejanya. Perempuan itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sebab Albi menatapnya intens.

"Twins ada? Maaf aku datang kesini," ucap Zeta canggung.

"Masuk!" singkat Albi lalu masuk kedalam. Zeta mengangguk saja, lantas dirinya melangkahkan kakinya memasuki kamar Albi yang cukup luas.

Zeta meletakkan tasnya keatas meja dan saat ingin berbalik ia menabrak punggung kokoh Albi. Dirinya meringis dan memegang jidatnya, mengapa Albi berdiri seperti seorang patung? Dan lihatlah, lelaki itu tak merasa bersalah sama sekali dan malah bersikap tak acuh.

"Mengapa kau berdiri disitu? Jidatku sakit!" ucap Zeta dengan sedikit ngegas.

"Suka-suka saya!" jawab Albi ketus membuat Zeta ingin mencakar-cakar wajahnya.

Zeta berkeliling mencari keberadaan twins, dan ya mereka keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk membungkus tubuh mereka. Seperti jajanan sempol sekarang, Zeta tertawa kecil lalu menyuruh twins untuk mendekat kearahnya. Dapat ia hirup bau twins yang sangat wangi dan segar.

Dirinya membantu twins memakai sragam sekolahnya sedangkan Albi nampak sibuk dengan hpnya. Setelah semuanya rapi, Zeta menyemprotkan sedikit parfume ke baju twins.

"Sudah siap," ucap Zeta, lalu dirinya menaruh 2 kotak bekal ke masing-masing tas twins.

"Terima kasih mama," ucap Syika dan Nathan bebarengan.

Zeta mengangguk lalu tersenyum, lantas dirinya menggandeng tangan twins keluar dari kamar ini. Albi senantiasa mengikuti mereka dari belakang sembari memakai jasnya. Mereka langsung berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu, pasalnya twins harus segera berangkat dan juga di sekolah twins akan mendapatkan jatah makanan.

__

Sudah sampai disekolah twins, seperti biasa Zeta akan turun dan membuka sabuk pengaman twins. Zeta berjongkok menyamakan tingginya dengan twins. Lalu merapikan sedikit rambut mereka yang berantakan.

"Sekolah yang bener, mama sayang kalian." Zeta mencium pipi mereka satu persatu begitu juga dengan Albi.

Albi dak Zeta menatap punggung twins yang mulai menjauh. Setelah benar-benar tak terlihat, mereka masuk kedalam mobil. Selama diperjalanan hanya ada keheningan, Albi merasa ada yang aneh dengan Zeta. Biasanya perempuan itu akan mengoceh disepanjang jalan namun mengapa kali ini hanya diam saja?.

30 menit kemudian

Zeta dan Albi sudah sampai dikantor, kali ini Zeta bekerja di ruangan yang sama dengan karyawan lain. Kursi kerjanya bersebelahan langsung dengan Cakra, jadi ketika ada yang tak ia mengerti bisa langsung bertanya kepada Cakra.

Ruangan ini hanya terisi 4 orang saja, 2 diantaranya perempuan semua. Zeta tak tau nama mereka semua, dikarenakan tadi mereka sudah menunjukkan raut wajah tidak suka akan kehadiran dirinya. Jadi lebih baik ia diam dan bekerja dengan fokus tanpa mempedulikan tatapan sinis dari dua orang perempuan itu.

"Apakah ini harus Albi yang tanda tangani?" tanya Zeta kepada Cakra.

Seketika Cakra mengalihkan pandangannya kearah Zeta dan melihat apa yang perempuan itu tujukan, "Iya," jawabnya seraya mengangguk.

"Bagaimana kalau kamu yang minta tanda tangan Albi?" tanya Zeta sedikit berbisik.

Cakra kembali menatap Zeta, "Kenapa?" tanyanya heran.

Mendapati Zeta yang hanya diam membuat Cakra mengangguk saja, lantas dirinya mengambil berkas itu dan pergi dari sana. Zeta bernafas lega, setidaknya Cakra tak bertanya lagi. Dirinya kembali fokus kepada layar laptop.

"Sok-sokan ngak mau pegi diruang pak Albi," cibir salah satu perempuan yang ada disana.

"Belagu banget, dikira kalau kesana pak Albi akan terpesona?" sahut yang satu lagi.

Zeta tak memperdulikannya, jadi mereka mendengarkan pembicaraannya dengan Cakra?. Lihatlah, sekarang mereka berani ketika tak ada Cakra. Tadi saja mereka tak begitu, benar-benar muka dua.

"Kalau ada yang ngomong dengerin!" ucap perempuan itu sedikit membentak, sebut saja dia bernama Lira.

"Masih jam kerja, dan jangan menganggu saya!" balas Zeta tanpa ekspresi.

"Sok teladan nih," ucap teman Lira dengan tawa sinis, sebut saja dia bernama Reni.

"Apakah ada urusannya dengan anda? Disini saya bekerja, bukan untuk meladeni orang-orang seperti kalian!" ucap Zeta menohok.

Brak!

Lira menggebrak meja, "Awas aja, baru sehari berada disini udah bikin masalah aja!" ucapnya.

Zeta memilih tak memperdulikannya, ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda gara-gara dua orang itu. Mereka diam ketika mendengar langkah kaki Cakra, sekarang Zeta tau jika mereka tak akan berani menindas nya ketika ada Cakra.

***

Masih nyambung enggak sih?

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang