Hari ini Zeta dan Vio berencana untuk mengantarkan Bela periksa kandungannya dikarenakan Rey sangat sibuk bahkan jadwal operasinya penuh. Bela yang tak tega lebih baik periksa sendiri. Saat ini Zeta dan Vio sudah berada didepan rumah Manda, Bela tinggal disana ikut dengan Rey.
Zeta memencet bel dan keluarlah tante Manda yang langsung menyuruh mereka untuk masuk kedalam. Zeta dan Vio menunggu Bela yang tengah bersiap-siap diruang tamu bersama dengan Manda.
"Zeta, ini siapa?" tanya Manda menunjuk Vio.
"Ini Vio, temanku." Zeta memperkenalkan Vio kepada Manda.
"Hai tante, aku Vio." Sapa Vio ramah.
Manda tak kalah ramah membalas senyum Vio, tak lama Bela datang dan menghampiri mereka. Manda berdiri disusul dengan Zeta dan Vio. Manda memberi wejangan supaya Bela menjaga kesehatannya. Walaupun Rey dan Bela menikah hanya karena kecelakaan pasti mereka akan saling mencintai. Apapun keputusan yang Rey buat Manda akan selalu mendukungnya.
Bela, Zeta dan Vio pamit untuk segera berangkat. Dan kini mereka bertiga sudah ada di dalam mobil, Vio sendiri sudah akrab dengan Bela. Bahkan mereka mengobrol selayaknya teman yang sudah lama kenal. Mereka sama-sama duduk dibangku belakang yang sangat muat untuk tiga orang.
"Coba tebak, nanti dedek bayinnya laki-laki atau perempuan?" tanya Vio.
"Laki-laki," balas Zeta semangat.
"Laki-laki atau perempuan ngak masalah, yang terpenting lahir dengan sehat tanpa kekurangan satu apapun," ucap Bela dengan segera Zeta dan Vio mengaminkannya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan mereka sampai didepan rumah sakit. Langsung saja mereka masuk kedalam. Kini kandungan Bela tengah di USG, mereka memperhatikan layar kecil yang berwarna hitam kabur-kabur. Disana terdapat janin dengan ukuran sangat kecil.
"Calon bayinya sehat, jangan lupa jaga kesehatan ya," pesan dokter kandungan itu kepada Bela.
"Kalian bersahabat yah?" tanya dokternya.
"Iya," jawab mereka semua.
"Kapan nih nyusul?" goda dokter itu.
"Calonnya aja nggak punya bagaimana mau nyusul hahaha," Zeta tertawa menanggapi ucapan dokternya.
"Kalian sangat cantik, mana mungkin nggak punya pacar. Atau mau sama anak saya?" tanya Dokter itu menggoda.
Mereka tertawa bersama-sama, dokter itu sangat lucu dan gampang bergaul padahal umurnya sudah tak muda lagi sepantaran dengan Manda. Setelah cek kandungan, 3 perempuan itu memutuskan untuk jalan-jalan. Kini mereka sudah berada di taman yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.
"Twins mana Ze?" tanya Bela, yang kini duduk dibangku panjang.
"Ama bapaknya," jawab Zeta semabari menjilati eskrim.
"Kamu udah nikah Ze?" tanya Vio terkejut.
Zeta langsung tersedak, wajahnya memerah mendengarkan penuturan yang dilontarkan oleh Vio. Menikah? Yang benar saja, twins bukan anak kandungnya. Dirinya memang belum bercerita mengenai twins kepada Vio makannya sekarang dia tak tau tentang twins.
"Belum lah! calon aja nggak ada," jawab Zeta dengan nada tak santai
"Terus twins itu siapa?" tanya Vio bingung.
"Nanti kamu juga tau sendiri," balas Zeta, dirinya sangat malas jika harus bercerita tentang twins apalagi tentang Albi yang nyebelin itu.
***
Sementara dikantor Albi memijat pelipisnya dikarenakan twins yang minta bertemu dengan Zeta. Bahkan pekerjaannya menumpuk saking tak bisa fokus gara-gara mendengarkan ocehan Syika dan Nathan. Zeta? Dimana sekretarisnya itu berada? Apakah dia lupa kalau sudah bekerja dengannya?. Mengapa Zeta seenaknya, kadang masuk kadang tidak.
"Jangan bertanya tentang itu lagi, apa adek nggak capek?" tanya Albi dengan nada lembut.
Seketika Syika menggeleng tegas, "Mau mama, kemana mama?" tanyanya.
Albi menghela nafas, "Bisa Syika ngertiin papa? Papa lagi bekerja sayang. Nanti kita cari mama kamu," ucapnya memberi pengertian namun dengan nada yang lembut. Dirinya tak akan pernah membentak sang anak hanya karena masalah sepele seperti ini.
Syika menundukkan kepalanya dalam-dalam, lagi-lagi Albi hanya bisa mengusap rambutnya. Lelaki itu tak tau harus berbuat apa, Zeta juga! Dimana perempuan itu apakah dia tak tau jika pekerjaannya disini banyak? Ditambah lagi dengan twins yang rewel seperti ini.
"Cali mama," ucap Syika.
"Sama om Cakra saja yah," bujuk Albi, pekerjaannya benar-benar banyak mana mungkin ia tinggalkan.
Tak lama pintu ruangannya terbuka, munculah sosok Zeta yang langsung dipeluk oleh Syika. Akhirnya Albi bisa bernafas lega, dirinya bisa fokus sekarang. Zeta datang kearahnya dan langsung ia tatap dengan tajam.
"Apa kau lupa jika sudah berkerja dengan saya? Mengapa kau datang seenaknya? Atau kau sudah tak tahan bekerja dengan saya? Dengan begitu kau tak usah bekerja lagi denganku. Kau tau pekerjaan saya disini juga banyak, kedua anak saya terus mencari mu membuat saya tak fokus dalam bekerja!" Albi berujar tanpa ekspresi.
"Maaf," ucap Zeta menunduk.
Albi langsung pergi dari sana tanpa mengucapkan kata-kata lagi. Zeta menghela nafas, ini memang salahnya yang sudah datang terlambat tanpa memberi kabar Albi.
"Papa malah," celetuk Syika di ceruk leher Zeta karena memang ia tengah digendong oleh Zeta.
"Apakah Syi mempunyai ide supaya papa tak marah?" tanya Zeta, ia melihat kearah Nathan yang asik dengan iPadnya.
"Bagaimana kalau kita membuat kue?" usul Syika.
"Ide bagus," ucap Zeta menyetujui ide dari Syika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Storie d'amore[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...