🥬🥬BAB 5🥬🥬

39K 2.1K 30
                                    

3 hari berlalu, Zeta sama sekali tak pernah keluar dari apartemen. ia memenangkan pikirannya yang amat sangat kacau, HP nya pun sengaja ia matikan dan untung saja ia sudah belanja kebutuhan makanan tempo hari lalu jadinya ia masih bisa makan didalam apartment tanpa harus keluar.

Setelah mengetahui fakta jika ia punya saudara kembar Zeta tak melakukan apapun, otaknya seakan tak bisa ia gunakan untuk berfikir jernih. Supaya Zeta tak salah langkah jadi lebih baik ia memenangkan diri dulu.

Selama di apartemen kegiatan Zeta hanya makan tidur dan menangis, menangis? Ya Zeta menangis membayangkan nasib kembaran berada di antara keluarga yang tak mempunyai Hati.

Pantas saja dulu ia sering melihat mamanya menangis sendiri di kamar dan ketika ditanya kenapa pasti beliau menjawab tidak apa-apa, dan sejak saat itu setiap mamanya menangis Zeta tak menanyakan apa-apa lagi.

Dimana saudara kembarku? Apa dia baik-baik aja? Apa dia dapet kasih sayang disana? Segala pertanyaan menghantui dirinya selama beberapa hari terakhir. Dia ragu apakah saudaranya mendapatkan kasih sayang atau tidak sedangkan orang tuanya tak pernah menemuinya, ia tak akan menyalahkan kedua orang tuanya tentang berpisahnya dirinya dan saudara kembarnya.

Zeta pun mengaktifkan HPnya dan banyak chat dari teman-temannya menanyakan kabarnya dan juga banyak sekali panggilan masuk. Zeta pun menelfon Bia memberinya kabar jika dia baik-baik saja.

Setelah memberi kabar ia memutuskan untuk kerumah tante Manda untuk bertanya-tanya lagi mengenai masa lalu papa dan mamanya. Sebenarnya kemarin tante Manda menyuruh dirinya untuk datang berkunjung namun ia menolaknya dengan alasan tak enak badan.

Zetanjadi penasaran bantuan apa yang mamanya maksud?, dan kenapa tante Manda rumahnya bisa terbilang kecil dari pada rumah orang tuanya. Bisa Zeta lihat dimata tante Manda menampilkan kesedihan namun beliau menutupinya dengan senyum manisnya.

Zeta sudah sampai dikediaman tante Manda, langsung saja ia memencet bel dan keluarlah pemilik rumah namun bukan tante Manda yang membukakan pintu. Hara bingung siapa dia, sebelumnya ia tak pernah melihat orang itu dirumah ini dan dimana tante Manda?.

"Ada apa?" Suara itu membuyarkan lamunan Zeta.

"Eh, tante Manda ada?" tanya Zeta kikuk karena ditatap tajam oleh orang yang berada didepannya.

"Siapa yang datang oh Zeta masuk yuk." Zeta bernafas lega mendengar suara Manda memasuki indra pendengarannya.

"Selamat pagi tante," sapa Zeta mencium tangan Manda. Mereka pun masuk, Zeta dan Manda duduk dikursi.

"Rey mau kemana kamu?" ujarnya menegur seseorang yang membukakan pintu Zeta tadi.

"Kamar." yang ditegur hanya menjawab cuek.

"Oh namanya Rey?!" batin Zeta, jadi yang membukakan dirinya pintu bernama Rey yang sepertinya umurnya lebih tua dia darinya.

"Kamu kenalan dulu sama anak temen mama." Dan ternyata Rey adalah anak dari Manda. Rey pun turun kembali dari tangga dan ikut duduk dengan sang mama.

"Rey kenalin ini Zeta, dan Zeta kenalin ini Rey." Manda menatap satu persatu anak muda didepannya.

"Zeta /Reyasa." Zeta dan Rey berbicara bebarengan membuat perempuan berlesung pipi itu tersenyum kikuk.

"Udah kenal kan?! Zeta tante buatkan minum dulu, kalian berdua ngobrol biar akrab," pamit Manda dan langsung melenggang pergi.

Suasana diruang tamu hening, Zeta pun diam sedangkan Rey sibuk dengan HPnya. Zeta benci suasana canggung seperti ini, apalagi dia baru mengenal laki-laki dihadapannya itu.

"Ada urusan apa sama mama saya?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Rey.

"Saya ingin berbicara penting dengannya," Zeta menjawab jujur.

"Apa kau sudah pernah kesini? Sepertinya mama saya akrab sekali dengan mu." Rey meletakkan ponselnya dan menatap lekat Zeta.

"Beberapa hari lalu saya sudah pernah kesini," jawab Zeta jujur, sedangkan Rey laki-laki itu hanya menganggukan kepalanya pertanda mengerti.

"Berapa umurmu?" tanya Rey, entah mengapa ia sangat kepo sekali hari ini.

"Tahun ini 22 tahun," jawab Zeta, memang dirinya masih berumur 22 tahun.

"Anda?" Zeta bertanya kepada Rey.

"2 tahun lebih tua darimu," jawab Rey.

"Kamu kuliah?" imbuh Rey.

"Saya berhenti kuliah karena ada masalah tertentu," jawab Zeta.

"Maaf atas pertanyaan saya," ujar Rey tak enak hati, sedangkan Zeta menanggapinya dengan senyuman.

"Eh eh udah akrab aja kalian." Manda datang mengejutkan dua manusia berbeda jenis kelamin itu.

"Ma aku ke rumah sakit dulu," pamit Rey tiba-tiba.

"Kenapa? Kok buru-buru!?" tanyanya.

"Ada oprasi mendadak," ucap Rey lalu berlari menaiki tangga dan tak lama dirinya turun dengan tergesa-gesa sembari melipat lengan jas dokternya.

Rey menyalimi tangan mamanya dan langsung pergi, bisa Zeta tebak jika Rey bekerja sebagai seorang dokter.

"Rey dokter yah tan?" tanya Zeta.

"Iya. Dari Kecil Rey memiliki cita-cita menjadi dokter, dan cita-citanya kesampean. Rey sekarang jadi dokter spesialis jantung," jelasnya dan Zeta mengangguk mengerti.

"Oh iya, tan aku kesini mau nanyain tentang kembaran aku," ujar Zeta serius.

Manda bertanya. "Apa yang ingin kamu ketahui?"

"Dimana dia tinggal tan?" tanyanya. Tante Manda tau betul siapa yang dimaksud oleh Zeta.

"Setahu tante dia tinggal di apartemen," ujar Manda menjawab pertanyaan Zeta.

"Kenapa ngak tinggal dengan kakek nenek?" Apa tadi kakek nenek? Apakah Zeta sedang ngelindur? Mereka lah yang membuat orang tuanya sedih dan menyiksa mamanya bahkan Zeta tak sudi mengakui mereka sebagai kakek Neneknya.

"Mereka berdua hanya menceritakan keburukkan Airin dan Dani saja, mereka memfitnah jika mereka telah membuang saudara kamu. Dan saat masuk kuliah, dia memutuskan untuk tinggal sendiri," jelasnya.

"Kenapa tante ngak bilang kalau papa dan mama ngak seperti itu?" tanya Zeta.

"Saudara kamu benci sama tante, mereka menghasut supaya tak percaya apa yang tante bicarakan bahkan mereka bicara yang tidak-tidak tentang tante." Tante Manda tersenyum kecut.

Zeta berujar lirih, "Aku ngak bisa bayangin jadi mamah waktu itu."

"Mama kamu itu manusia paling kuat, bahkan disaat hati dan fisiknya terluka mamamu selalu menunjukkan senyum manisnya. Bahkan sempat hibur tante dikala waktu tante ragu untuk menikah," terangnya, apakah mamanya adalah malaikat yang berwujud nyata?!.

"Kalau boleh tau nama dia siapa yah tan?" tanya Zeta.

"Zionel Lixston, panggilannya Zio. Dia tinggal di apartemen ****," jawabnya.

"Kenapa namanya mirip dengan aku?" tanya Zeta tak mengerti.

"Karena itu nama pemberian Airin dan Lixston adalah marga keluarga Airin," jelas Manda.

"Terimakasih informasinya tan, Aku pamit dulu dan maaf menganggu waktu tante," pamit Zeta.

"Tante malah seneng kamu kesini, rasanya tante lagi bicara sama Airin," ujarnya terkekeh lalu mengantarkan Zeta sampai ke depan pintu.

Zeta menyalimi tangan Manda dan pamit untuk pulang, entah kapan ia akan mencari keberadaan kembarannya yang jelas ia pasti akan mencarinya. Zeta akan terus berusaha supaya kembarannya mau memaafkan kedua orang tuanya dan tak terhasut oleh omongan orang-orang yang benci dengan mamanya.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang