Hari ini adalah hari dimana Zeta mulai bekerja, saat ini perempuan itu berada di halte menunggu taksi yang datang. Twins ikut dengan dirinya, mana mungkin Albi melarangnya membawa twins. Zeta sudah memesan taksi online dan kini hanya tinggal menunggunya.
Twins sendiri asik makan es krim yang Zeta belikan di pedagang keliling. Tak terasa taksi yang Zeta pesan sudah datang, dengan segera Zeta menuntun mereka untuk masuk kedalam. Selama diperjalanan, Syika nampak mengoceh tentang apa yang dia lihat. Zeta pun menanggapinya dengan senyuman, kadang juga ia menjawab jika Syika bertanya.
Syika menarik-narik ujung baju Zeta, "Mau jelly," ujarnya kepada Zeta dengan mata mengerjap polos.
"Beli dimana?" tanya Zeta, pasalnya mereka berada di tengah jalanan kota.
Syika menggeleng tak tau, Zeta menyuruh supir taksi untuk berhenti di Alfamart. Setelah mobil itu berhenti, Zeta segera turun untuk membelikan kemauan Syika. Jika tak dituruti bisa dipecat dia dari kantor Albi. Twins sengaja ia suruh untuk menunggu di mobil, karena ia ingin cepat-cepat.
Zeta menyusuri rak demi rak dan melihat dengan teliti. Banyak sekali merek Jelly. Sampai akhrinya dirinya mengambil beberapa jely dari merek yang berbeda. Saat ingin berbalik badan, dirinya tak sengaja menabrak seseorang membuat Jely yang dirinya pegang jatuh. Dengan segera, Zeta memunguti jellynya dan beralih menatap orang yang ia tabrak barusan.
"Maafkan saya yang sudah menabrak anda," ujar Zeta kepada seorang perempuan yang sudah ia tabrak.
Bukannya menjawab, perempuan itu malah memandanginya dengan tatapan sinis membuat dirinya heran sendiri. Ada apa dengan perempuan itu?.
"Kalau jalan pakek mata, kau bukannya anak dari Airin?" tanya perempuan dengan mata memincing. Zeta mengangguk sekilas.
"Udah gede rupanya anak haramnya," ujarnya membuat hati Zeta sakit.
"Sebelumnya anda siapa, dan kenapa anda menghina saya?" tanya Zeta mencoba untuk bersabar.
"Saya sebenarnya tak sudi mengakui Airin sebagai anak saya. Airin jalang, dan sejak saat itu saya tak menganggap dia sebagai anak saya lagi. Perempuan itu memang tak tau diuntung," ujarnya.
Zeta menegang ditempat, jadi wanita di hadapannya ini orang tua mamanya? Lantas mengapa sifatnya seperti ini. Perempuan itu menghina mamanya, padahal mamanya anak kandung dia. Zeta tak habis pikir dengan hal ini, mengapa omongan orang seperti dia menusuk dihati?!.
"Jangan menghina mama saya," ujar Zeta tanpa ekspresi.
"Itu memang faktanya, atau kau mengikuti jejak Airin sebagai jalang? Berapa bayaranmu satu hari? Sini akan saya beli harga dirimu,"
"Jaga mulut anda," ujar Zeta menunjuk perempuan itu.
"Saya memang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kau sudah di tiduri berapa lelaki? Atau sekarang mau jalan ke hotel?"
Plak
Habis sudah kesabaran Zeta, ia menampar perempuan itu. Hatinya sakit mendengarnya, sampai kapanpun ia tak akan pernah membiarkan kedua orang tuanya dihina seperti ini.
"KAU!" tunjuk perempuan itu kepada Zeta tanpa aba-aba dia menjambak rambut Zeta dan membenturkan kepalanya ke tembok.
"Shh," Zeta memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"BENAR-BENAR TAK DIDIDIK."
Zeta tetap diam, dirinya memejamkan matanya saat perempuan itu ingin menampar dirinya. Namun beberapa saat ia memejamkan matanya, tak ada rasa apa-apa sama sekali. Ia membuka matanya dan melihat jika ada seorang wanita seumuran mamanya tengah menahan tangan perempuan yang berstatus sebagai orang tua mamanya.
"Lepaskan tangan saya."
"Jangan kasar, apalagi ini ditempat umum," ujar wanita yang menolong Zeta lalu menghempap tangan dia.
Zeta berdiri dibantu orang yang menolongnya. Ia beralih menatap perempuan itu yang kini tengah menatapnya dengan nafas memburu. Sebelum perempuan itu pergi, dia sempat memberikan dirinya peringatan.
"Kau tak apa?" Tanya orang itu, Zeta hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Perkenalkan, nama saya Sarah."
" Saya Zeta, terimakasih sudah menolong saya," ujar Zeta tulus.
Sarah mengangguk, niatnya ingin belanja taunya melihat adegan yang tak pantas disini. Dirinya juga mendengarkan omongan Zeta dengan perempuan itu. Menurutnya pantas jika perempuan sudah berumur mengatakan hal seperti itu. Untung saja dia dapat mencegahnya, jika tidak Zeta sudah ditampar oleh dia.
Zeta dan Sarah membayar belanjaan mereka. Sarah langsung pergi setelah pamitan dengan Zeta didepan pintu Alfamart. Zeta menuju taksinya dengan membawa 1 kantung kresek berisi jajan untuk twins. Taksi itu sudah kembali berjalan.
"Mama kenapa?" tanya Nathan, ia melihat keanehan dari wajah Zeta.
Zeta hanya menggeleng sembari tersenyum sebagai jawaban. Kemudian dirinya mengambil Jelly pesanan Syika lalu membukanya dan memberikannya kepada Syika. Nathan hanya diam menatap pipi Zeta yang memerah, dirinya memang masih kecil namun pikirannya sudah dewasa. Dirinya tau jika Zeta ditampar seseorang, dirinya berjanji akan membalas orang berkali-kali lipat.
Ya, pikiran Nathan sudah sedewasa itu. Albi mendidiknya dengan keras, sehingga di umurnya yang ke 4 tahun ini ia bisa menguasai hal-hal yang orang dewasa bisa. Menembak contohnya, dari umur 3 tahun dirinya memang diajari menembak oleh Albi. Mungkin sekarang ia sudah lihai membidik sasaran.
"Kok ngelamun?" Suara Zeta mengagetkan Nathan.
"Nath hanya memikirkan mama saja," ujar Nathan.
Zeta mengacak rambut Nathan dengan gemas, "Bisa aja kamu," ujarnya tertawa geli.
Zeta kembali fokus menyuapi Syika, pikirannya masih tentang kejadian tadi. Dirinya tak tau siapa nama orang tua mamanya, yang jelas ia hanya tau tentang sifatnya saja. Pasti mulut orang itu yang menghasut kembarannya supaya benci dengan sang mama.
Zeta tak habis fikir, mana yang katanya keluarga Lixston terpandang? Semua itu bulshit, pandai membuat topeng dihadapan publik. Tak ada sama sekali rasa menyesal telah menampar wanita itu, dirinya sangat puas. Biarlah dia dikata durhaka, siapa yang terima melihat orang tua kita dijelek-jelekkan?. Apalagi wanita itu juga menjelekkan dirinya dengan kata-kata yang tak pantas.
***
Update jika sudah 80 vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Roman d'amour[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...