🥬🥬BAB 39🥬🥬

18.1K 943 3
                                    

Zeta berada di pinggir jalan, ia menunggu taksi sembari melihat kesegala arah. Jalanan lumayan ramai hingga menimbulkan suara bising. Akhirinya Sera memutuskan untuk duduk di pinggir trotoar bermain HP. Dirinya tadi keluar dari apartemen dengan Vio namun dia lebih dahulu mendapatkan taksi. Tak mungkin ia satu taksi dengan Vio, tujuan mereka beda arah.

"Kemana sih taksinya?" Zeta berdecak sebal, salah satu hal yang membuat dirinya terlambat kerja yah seperti ini.

Namun pandangannya melihat kearah depan dimana disana terdapat seorang wanita yang menyeberang dengan tatapan kosong. Matanya membola sempurna, dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju kencang.

Bruk

Zeta memejamkan matanya saat bunyi keras itu masuk kedalam indra pendengarnya. Perlahan-lahan matanya terbuka mendapati mobil yang sudah menabrak tiang listrik. Sedangkan perempuan yang menyebrang tadi nampak diam di tengah jalan. Segera Zeta menghampiri perempuan itu dan menuntunnya menuju pinggir jalan.

"Kamu tak apa?" tanya Zeta, percayalah ia juga takut apalagi kejadian itu secara langsung berada didepan matanya.

Sedangkan perempuan itu nampak linglung, Zeta membawanya duduk dan mengambil air mineral yang ada ditas miliknya. Lantas ia membantu perempuan itu untuk minum. Setelah dirasa tenang, Zeta bernafas lega.

"Terimakasih sudah menolongku."

"Sama-sama, siapa namamu?" tanya Zeta.

"Hilda." jawab perempuan itu.

Zeta mengangguk, dirinya menepuk keningnya ia lupa dengan keadaan si pengendara mobil itu. Mengingat semua orang nampak tak acuh dengan kejadian ini. Dia pamit kepada Hilda dan dengan cepat dirinya menuju ke mobil itu dan mengetuk-ngetuk kacanya. Bagian depan mobil itu nampak hancur sedikit dikarenakan sehabis menabrak tiang listrik.

Tok

Tok

Tok

"Hei ada orang di dalam?" Zeta mencoba menempelkan matanya kekaca namun ia sama sekali tak bisa melihat keadaan didalamnya. Hingga kaca dibuka, Zeta terkejut ternyata yang berada didalam Albi. Kepala lelaki itu terdapat darah yang mengalir, langsung saja Zeta membuka pintu mobilnya.

"Mengapa kau bisa seperti ini?" tanya Zeta khawatir, ia menyenderkan kepala Albi ke kursi.

"Kau bisa diam? Kepalaku sakit!" ujar Albi sebal.

"Sekarang kita ke rumah sakit saja," ujar Zeta yang masih saja khawatir.

Albi menarik tangan Zeta yang ingin pergi, "Telfon Cakra suruh kesini," suruhnya dengan mengambil hpnya disaku jasnya lalu menyerahkannya kepada Zeta.

Zeta menerima HP yang Albi berikan kepadanya, ia segera mencari kontak Cakra dan menelfon lelaki itu supaya cepat datang kesini. Setelahnya Zeta mengambil tisu dari dalam tasnya dan mengelap darah dipelipis Albi.

Sedangkan Albi sesekali meringis saat tisu basah itu menempel di kulit kepalanya yang terdapat luka. Tadi Albi tak sadar jika ada perempuan yang menyebrang, sampai akhirnya banting stir kesamping hingga dirinya menabrak tiang listrik dan kepalanya membentur stir.

"Masih sakit?" tanya Zeta, kini darahnya yang mengalir sudah dirinya bersihkan. Kini terpampang jelas goresan memanjang yang berada didahi Albi sebelah kiri.

"Bagaimana seseorang yang hampir ketabrak tadi?" tanya Albi.

"Baik-baik saja, apa kau mau bertemu dengan dia?" tanya Zeta.

Saat ingin menjawab Cakra terlebih dahulu datang menghampiri mereka dengan nafas memburu. Dia langsung melihat keadaan Albi dari atas sampai bawah. Tadi setelah mendapatkan kabar bahwa Albi kecelakaan, Cakra langsung pergi padahal ia tengah makan. Demi sang bos ia rela meninggalkan acara makannya yang sangat penting.

"Apa kau baik-baik saja? Siapa yang kau tabrak? Ataukah kita harus pergi ke rumah sakit?" tanya Cakra beruntun.

"Kau bisa diam?" tanya Albi menatap tajam Cakra. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan saja.

Lalu Albi keluar, dan menemui seseorang yang hampir dirinya tabrak. Sedangkan Cakra dan Zeta mengikutinya dari belakang. Sepertinya perempuan itu tak melihat keberadaan Albi.

"Maaf, saya hampir menabrak anda."

Hilda yang mendengar suara seseorang langsung menoleh, dirinya menegang ditempat. Begitu juga dengan Albi yang berjalan mundur, dirinya terkejut setelah melihat wajah perempuan yang hampir dirinya tabrak.

"Hilda/Albi." pekik Alma dan Albi bersamaan.

Dengan emosi yang memuncak, Albi pergi dari sana menuju mobil Cakra. Lelaki itu tak mempedulikan teriakan Zeta yang memanggilnya, bahkan ia menutup pintu mobil dengan suara kencang. Cakra yang ingin menyusul Albi tangannya dicekal oleh Zeta.

"Kenapa Albi?" tanya Zeta tak paham.

"Nanti tanyain sendiri, aku mau nyusul bos dulu keburu marah diannya." Cakra langsung pergi menyusul Albi, Zeta menghela nafas ada apa ini?. Sedangkan Hilda menundukkan kepalanya, akhirnya Zeta duduk disebelah Hilda.

"Kamu kenal dengan Albi?" tanya Zeta kepada Hilda.

"Dia, mantan suami aku." Hilda menjawab dengan lirih.

Zeta terdiam setelah mendengar penuturan Hilda. Jadi mereka mantan suami istri dan juga ibu kandung dari twins. Pantas saja raut wajah Albi terlihat marah setelah melihat Hilda.

***

Sementara di dalam mobil yang disetiri oleh Cakra, Albi terlihat diam tanpa ekspresi. Padahal Cakra sudah mencoba mengajak lelaki itu berbicara namun tak digubris oleh Albi membuat dirinya berdecak sebal.

Pandangan Albi lurus kedepan, dirinya tak menyangka akan bertemu lagi dengan Hilda setelah 4 tahun lamanya wanita itu menghilang. Asal kalian tau, Albi sudah tak mempunyai perasaan terhadap wanita itu namun rasa sakitnya sewaktu twins ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri masih ada.

"Apakah kau masih marah dengan Hilda?" tanya Cakra. Bertahun-tahun dengan Albi membuat ia tau bagaimana masalalu yang menimpa lelaki itu.

"Jika kau berada di posisiku apakah kau bisa memaafkan dia?" Albi malah balik tanya.

Cakra tersenyum paksa, jika ia menjadi Albi pasti dirinya akan marah dengan Hilda. Mana ada seorang ayah yang tega melihat anak-anaknya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu?. Bahkan dirinya pernah melihat seorang Albi menangis dikarenakan twins menanyakan dimana ibunya berada.

"Apa kau tak ingin pergi ke rumah sakit?" Cakra mencoba mengalihkan perhatian Albi supaya lelaki itu tak mengingat masa lalunya.

"Langsung pergi ke kantor saja," jawab Albi. Lagian lukanya tak terlalu sakit dan sudah dibersihkan oleh Zeta.

Cakra mengangguk sekilas, Albi keras kepala. Sekeras apapun ia membujuknya Albi tak akan mau. Namun Cakra tadi melihat kesedihan dimata Hilda, dan juga mengapa Hilda berada di tengah jalan?. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan itu?

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang