Zeta berada dirumah Manda, tentu saja twins ikut bersamanya. Rey tak ada dirumah, lelaki itu sedang bekerja dirumah sakit. Tadi, Rey meminta untuk dia menemani mamanya dirumah. Dengan senang hati Zeta menerima permintan lelaki itu. Kini Zeta tengah mengobrol dengan Manda diruang keluarga.
Twins main dilantai yang beralaskan karpet berbulu. Manda sengaja membeli mainan untuk twins supaya mereka betah berada dirumahnya. Mereka melihat tv ditemani beberapa camilan dan juga teh hangat sebagai pelengkapnya.
"Dimana soal, Zio?" Tanya Manda.
"Masih sama." Jawab Zeta lesu, terakhir ia bertemu dengan kembarannya dikantor Zio dan sejak saat itu Zeta tak bertemu lagi dengan sang kembaran.
Manda mengengam tangan Zeta, "Dulu mama kamu pengen banget bisa peluk, Zio. Bahkan sewaktu dia lahir mama kamu hanya memeluknya selama beberapa menit saja." Ungkapnya.
"Aku akan bawa dia kemakam mama. Aku sendiri yang akan membujuk Zio." Ucap Zeta yakin.
Manda tersenyum melihat kegigihan yang ada didalam diri, Zeta. Perempuan berusia setengah abad itu pergi mengambil sesuatu dan menunjukkanya kepada Zeta.
"Apa ini?" Tanya Zeta tak mengerti, ia membuka amplop yang nampak usang itu. Ternyata didalamnya berisi kertas yang terlipat. Kini kertas nampak ada tulisan yang tak terlalu panjang.
"Jagain, Zio dan bilang kalau aku amat sangat sayang kepadanya. Bawa Zio kepadaku, aku ingin memeluknya. Sampai kapanpun Zio akan tetap menjadi anakku."
Begitulah kira-kira tulisan yang ada dikertas, Zeta yakin kalau itu tulisan mamanya. Dipojok kertas ada tanda tangan dan nama mamanya.
"Surat itu dikasih mama kamu kepada tante, satu hari sebelum dia dan suaminya pindah kedesa. Tante tak bisa mengabulkan permintannya karena Zio selalu menghindari tante." Ucap Manda, ia tersenyum kecut. Wanita itu merasa bersalah karena tak bisa mengabulkan permintan sang sahabat, dan sekarang sahabatnya sudah tenang dialam sana.
"Mama pasti beruntung banget punya sahabat seperti tante." Ucap Zeta, ia tak bisa membayangkan bagaimana dekat nya mereka dulu.
Mereka mengobrol hingga tak terasa hari sudah mulai sore. Zeta pamit untuk pulang, Manda mengantarkan Zeta sampai didepan pintu saja. Perempuan itu membuka pagar rumah Manda, matanya menyipit kala ada orang berbaju hitam berjejer disana. Orang itu yang datang keapartment tadi pagi, twins bersembunyi dibelakang punggungnya. Mereka meremas jaket panjang yang ia kenakan.
"Kok kalian kesini?" Tanya Zeta, ia sangat hapal bagaimana wajah orang-orang tadi pagi.
"Kami ditugaskan untuk mengantar anda, nona muda dan tuan muda pulang." Jawab salah satu dari mereka.
"Saya akan pulang sendiri." Ucap Zeta.
"Tidak bisa nona. Kita harus memastikan anda selamat sampai Apartment." Balasnya, 2 orang menghadang Zeta yang ingin pergi.
Zeta mengangguk pasrah, ia masuk kedalam mobil yang sangat mewah. Twins sedari tadi hanya diam, mobil sudah berjalan. Perempuan itu melihat kebelakang, ada 2 mobil jeep berwarna hitam mengikuti mobil yang ia tumpangi sekarang. Mungkin mobil itu berisi sisa orang-orang tadi, karena dimobil ini hanya ada dirinya, twins dan satu orang supir.
"Paman, apakah kau akan membawaku pulang?" Tanya Nathan tiba-tiba.
"Tidak. Tuan muda bisa pulang kapanpun." Balas sang supir tanpa menoleh.
Zeta berfikir, sebara kaya keluarga twins sampai-sampai menyuruh banyak orang untuk menjaga mereka. "Om, emang orang tua twins kaya ya?" Tanya Zeta polos, ia memanggil dengan sebutan "om" Karena sepertinya orang didepannya lebih tua darinya.
Sedangkan orang yang Zeta tanyai tertawa pelan, "Tuan Albi mempunyai banyak bisnis, perusahaannya ada dimana-mana. Bisa dibilang ia sukses diusianya yang masih muda." Jawabnya.
Zeta mengangguk paham, pantas saja twins tak pernah makan mie. Mana ada orang sekaya itu makan mie. "Mengapa orang tua mereka tak menjemput twins?" Tanya Zeta.
"Untuk itu saya tak menjawab." Balasnya tak enak hati.
"Paman bilang sama papa, jangan menjemputku dan adik. Kami bahagia belsama mama." Ucap Nathan, Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia takut orang itu mengadu kepada orang tua kandung twins, tentang sebutan "mama" Yang di ucapkan oleh mereka.
"Baik tuan muda." Ucapnya.
Setelah percakapan suasana dimobil menjadi hening. Zeta sibuk menahan kepala Syika yang tertidur supaya tak jatuh. Sementara Nathan, ia bermain iPad yang entah dari mana ia peroleh. Begitu kayanya mereka sampai-sampai, Nathan memencet salah satu tombol dan seketika layar muncul dari balik kursi. Zeta hanya bisa menganga melihatnya, ia merawat anak orang kaya. Untung saja twins tak sombong, kalau sombong bisa pusing tujuh keliling dirinya.
*******
Tembusin 100 Vote, langsung update 5 bab lebih jika target vote terpenuhi
Kalau udah 100 vote kabarin ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romantizm[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...