🥬🥬BAB 64🥬🥬

13.4K 678 1
                                    

Zeta melihat Zio yang dipukuli oleh mereka, ia mencoba untuk bangkit dari posisinya walau tak bisa. Bahkan sekarang Zio melawan mereka semua seorang diri, tentu saja Zio tak bisa melawan karena jumlahnya yang tak sepadan. Ia merasa menjadi orang yang paling tak berguna di sini.

Bertubi-tubi Zio mendapatkan pukulan dan dirinya melihatnya secara langsung, sampai akhirnya ia berhasil berdiri. Ia mengambil balok kayu di sudut ruangan, kebetulan Ratna dan Feli tak ada di sini. Itu artinya ada kemungkinan untuk dirinya dan Zio selamat dari sini. Setelah mendapatkan balok kayu itu ia mendekat ke arah orang-orang yang memukuli Zio.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Ia memukuli mereka semua hingga membuat mereka tersungkur, ia membuang balok kayu itu dan mendekat ke arah Zio. "Kau tak apa?" tanya Zeta sembari membantu Zio untuk duduk.

Zio terbatuk beberapa kali. "Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu? Ada yang sakit? Maafkan aku yang yak bisa melindungi mu," ujar nya penuh sesal.

"Aku enggak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf karena udah buat kamu seperti ini," balas Zeta pelan.

"Bantu aku berdiri, kita akan keluar dari sini bersama-sama," ujar Zio.

Mereka berdiri bersama-sama, walau sekarang tubuh Zio seolah rasanya remuk. Zio menggandeng tangan Zeta keluar dari sini, langkah mereka sama-sama tertatih. Tanpa mereka sadari 2 orang bodyguard bangun dari pingsannya, mereka berjalan ke arah Zeta dan juga Zio. Di tangan mereka sudah ada balok kayu, mereka saling pandang dan akhirnya ....

Bugh

Bugh

Mereka memukul Zeta dan Zio dari belakang, pukulan itu tak bisa dihindari oleh kakak beradik itu. Zeta dan Zio sama-sama terjatuh, satu bodyguard itu menyeret Zio masuk ke dalam. Sementara bodyguard yang lainnya menyeret Zeta, terhitung ada sekitar 4 bodyguard yang menyeret Zeta keluar dari sini.

Zeta hanya pasrah saja, seluruh tubuhnya seolah mati rasa. Bahkan ia tak bisa hanya untuk sekadar melihat Zio belakang. Tiba-tiba sesampainya di luar tubuhnya di jatuhkan di atas tanah, ia mendengar suara yang sangat tak asing di telinganya. Itu suara Albi, dan Albi berdebat dengan bodyguard itu. Detik itu juga ia mendengar suara tembakan yang membuat dirinya memejamkan mata.

"Zeta? Kau tak apa?" tanya Albi sembari mendekat ke arah Zeta.

"Tolong Zio," pinta Zeta lirih.

Albi membantu Zeta duduk dan menahan tubuh Zeta dengan tangannya. "Bodyguard saya yang akan menyelematkan dia, sekarang saya akan membawa kamu keluar dari sini," ujarnya.

"Tinggalkan saya dan masuk ke dalam, Zio dalam bahaya. Mereka ingin Zio dan aku mati," ujar Zeta dengan air mata mengalir dari matanya yang bengkak.

Albi kembali menyalakan alat di telinganya. "Datang ke posisi saja sekarang, masuk ke ruangan dan bawa banyak orang," ujarnya.

"Saya sudah menyuruh bodyguard untuk ke sini, kau tenang saja. Saya mohon jangan tidur, saya yang akan menyelamatkanmu," jelas Albi dan mendapatkan anggukan singkat dari Zeta.

Albi membersihkan darah yang ada di sekitar wajah Zeta, ia melihat lengan Zeta yang terdapat luka memanjang. Ia mengambil sapu tangan di sakunya dan mengikatnya di lengan Zeta, sementara Zeta sendiri meringis pelan kala Albi mengikatnya cukup kencang agar tak banyak darah yang keluar.

Albi menggendong Zeta dan segera keluar dari sini, tepat saat itu bodyguardnya datang dan langsung masuk ke dalam ruangan yang tadi tempat Zeta keluar. Zeta masih sadar, ia menatap ke arah Albi. Mengapa rasanya lega sekali dia datang ke sini menyelamatkan dirinya? Tapi ia juga takut Albi kenapa-napa karena datang ke sini.

"Kau tak bisa membawa jalang itu pergi, Albi!"

Albi berhenti karena Feli dan Ratna berada di depannya. "Minggir atau kau tau akibatnya, Feli!" ancamnya.

"Kita tak takut denganmu Albi! Lepaskan Zeta dan keluar dari sini, atau kau akan ikut mati bersama dengan Zeta di tangan kita?!" ancam Feli balik.

"Turunkan aku Albi, ancaman Feli tak main-main. Kau pergi saja, mungkin ini sudah takdir aku mati di tangan mereka," ujar Zeta dengan suara pelan.

"Saya tidak akan meninggalkan kamu di sini, saya akan tetap melindungi kamu sekuat saya!" balas Albi dengan sorot mata ke depan.

"Kalian mau menyerah sekarang juga atau menunggu semuanya terungkap baru menyerah?" tanya Albi kepada Feli dan Ratna.

"Kita tak akan menyerah sebelum Zeta mati di tangan kita!" sahut Ratna.

Albi tertawa sinis, ia melirik ke samping. Di sana ada pilar yang cukup besar dan tinggi, lantas ia bejalan ke arah pilar itu. Ia menurunkan Zeta dan menyuruh dia bersandar di sana, saat ingin pergi Zeta memegang tangannya. Tapi ia menganggukkan kepalanya pertanda yakin.

Akhirnya Zeta turut menganggukkan kepalanya dan menyuruh Albi untuk hati-hati. Albi pun berjalan kembali ke arah Feli dan Ratna, sepertinya ia memiliki ide yang sangat bagus. Ia mengambil ponselnya dari dalam saku celananya lalu menyalakannya. Saat ini ia berdiri dengan jarak 2 meter dari Feli dan Ratna.

"Di sini ada bukti kejahatan kalian mau dengar?" tanya Albi pura-pura menjadi orang bodoh.

"Bukti? Kami tak percaya!" balas Feli dan Ratna lalu tertawa bersama-sama.

"Baiklah kalau kalian tak percaya, maka jangan salahkan saya jika menunjukkan ini kepada kalian," balas Albi. Ia menekan video yang tersimpan rapi dalam sebuah file, di mana video itu ialah Ratna yang tengah berkomunikasi dengan seseorang.

"Hilangkan bukti bahwa saya yang sebenarnya membuat pria tua itu koma.

"Bukankah Lixston akan mengambil jantung dari cucunya? Itu sama saja dia kembali hidup."

"Saya akan membunuh semua keturunan Lixston, dengan begitu saya bisa menguasai harta itu sepenuhnya."

"Hati-hati saja, karena bukan hanya mereka yang dekat dengan penerus Lixston musuh mu. Tapi keluarga orang yang kau bunuh beberapa tahun lalu juga mencari mu! Juga jangan lupakan fakta bahwa kau merebut semua yang mereka punya."

Albi sengaja mematikan video itu, tentu saja suara yang video itu keluarkan sangat nyaring. Dirinya melihat Ratna dan Feli yang mulai menegang di tempat. Ia memang mendapatkan video itu sudah cukup lama, selama ini dirinya memang membantu mencari bukti untuk menyelesaikan masalah Zeta.

Menurutnya bukti ini cukup kuat agar tertua keluarga Lixston tahu bagaimana buruknya mereka berdua. Tentu saja ia tau masa lalu Ratna yang nantinya akan menjebak dia sendiri. Inilah waktunya semua terungkap, bahkan sekarang Ratna khawatir dan ingin merebut ponsel darinya. Tapi ia tak membiarkan apa yang Ratna lakukan.

"Berikan ponsel itu!" ujar Ratna.

"Tidak bisa dan sebentar lagi polisi akan datang, kalian akan membusuk di penjara. Saya bukan orang bodoh yang tak bisa dengan mudah mencari bukti atas perbuatan kalian berdua!" ujar Albi sembari tersenyum penuh kemenangan.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang