🥬🥬BAB 14🥬🥬

30.2K 1.8K 10
                                    

Di ruangan yang nampak gelap terdapat seorang lelaki berumur sekitar 25 tahun tengah melihat layar iPad yang berada di atas tangannya. Lelaki itu bernama Albiru, lebih tepatnya Albiru Evander.

Albi seorang CEO di perusahaan terkenal, ia memiliki banyak sekali perusahaan. Albi menikah diusia 21 tahun karena perjodohan, namun setelah istrinya melahirkan buah hati mereka dia pergi begitu saja. Selama ini Albi lah yang merawat anaknya seorang diri.

Nathan dan Syika, mereka adalah anak dari Albi. Lelaki itu sibuk dengan dunia kerjanya sampai-sampai melupakan sang anak yang butuh perhatian darinya. Albi mendengar segala keluh kesah anaknya kepada wanita yang saat ini tengah bersama sang anak. Albi gagal menjadi papa yang baik buat mereka.

Lama merenung pintu terbuka menampilkan seorang lelaki yang umurnya sama dengan dirinya. Lelaki itu duduk disebelah Albi, sebelumnya ia menyalakan lampu. Kini ruangan itu terang, Albi berdecak ia tak suka suasana terang seperti ini. Albi lebih suka gelap.

"Untuk apa kau datang kesini?" Tanya Albi kepada lelaki itu yang berstatus sebagai asisten pribadinya.

"Aku ingin melihat wajah perempuan itu." Ucap lelaki itu yang bernama, Cakra. Cakra merupakan teman Albi sejak SMP, ia memutuskan untuk menjadi asisten laki-laki itu. Karena ia ingin kerjanya santai jadi sangat cocok kerja bersama Albi.

"Tidak." Ucap Albi lalu membelik iPadnya. Albi melihat rekaman CCTV yang ada di apartment milik, Zeta. Jadi Albi tau semua kegiatan perempuan itu bersama dengan sang anak.

Cakra berdecak, "Pelit sekali dirimu." Ucapnya, ia memang tau tentang seluk beluk kehidupan Albi dari yang manis sampai yang pahit sepahit kopi hitam.

"Pantas saja, anaknya tak mau pulang." Gumam Cakra lirih namun masih dapat didengar oleh Albi.

"Kau bilang apa?" Albi menatap datar asistennya.

Cakra menggeleng cepat, "Engak. Mungkin kau salah dengar." Alibinya, bisa saja Albi memotong gajinya jika ia ketahuan mengibahinya.

Cakra merebut paksa iPad dari tangan Albi, ia melihat rekaman CCTV yang menampilkan Nathan dan Syika yang bermain dengan perempuan. Lelaki itu tentu tau siapa nama perempuan itu, ia snediri yang memberikan info tentang perempuan itu kepada Albi.

"Baik juga, Zeta. Padahal Nathan dan Syika bukan anak kandungnya." Batin Cakra.

Bisa Cakra lihat jika twins sangat bahagia disana, beda sekali jika bersama dengan Albi. Lelaki itu hanya memberikan sang anak mainan mahal tanpa mau menemani dengan alasan banyak kerjaan. Ucapan Albi tak salah, namun lelaki itu tak bisa membagi waktu antara kerja dan mengurus anak. Cakra kasihan dengan twins yang tak mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari kecil, mereka hanya dirawat oleh baby sitter saja. Ia sudah pernah memberikan saran supaya, lelaki itu menikah dan memberikan ibu baru untuk twins. Namun lagi-lagi Albi menolak dengan alasan kalau semua perempuan itu suka dengan uangnya saja. Lihat lah akibat dari kegoisnya, twins lebih bahagia disamping orang lain ketimbang dengan Albi selaku papa kandung mereka.

"Kapan kau mengajak mereka pulang?" Tanya Cakra.

Albi menghela nafas, "Mereka akan semakin membenciku." Ucapnya, ia akui caranya membesarkan anak salah. Lelaki itu gagal dan anaknya kini sangat nyaman berada didekat perempuan itu.

"Kau nikahin, Zeta." Ucap Cakra.

Albi tersedak ludahnya sendiri, dengan sigap Cakra memberikan lelaki itu minuman. Albi menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak dan melonggarkan dasinya. Ia menatap tajam sang pelaku yang kini hanya tersenyum tak jelas.

"Ucapanku tak salah kan? Dengan begitu twins ada yang urus dan kau juga. Akan ada yang membersihkan kamarmu, Setiap pagi kau akan dipakaikan dasi-" Ucapan Cakra terpotong karena Albi menyumpalnya dengan tisu.

Albi menatap tajam Cakra, "Mencari istri bukan untuk dijadikan pembantu." Sarkasnya, sejahat-jahatnya dirinya Albi masih memiliki hati untuk menghormati perempuan.

Cakra menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia belum menikah jadi tadi ucapannya hanya tipuan semata supaya Albi mau menikah. Lagi pula benar apa yang dikatakan oleh Albi, kita mempunyai istri bukan untuk dijadikan pembantu.

Sedangkan Albi ia menjadi teringat momen dimana ia dan istrinya yang tak terlalu bahagia karena mereka menikah atas dasar perjodohan. Istrinya lebih memilih karirnya yang saat itu naik daun ketimbang mengurus anak dan suaminya. Karena merasa geram, akhirnya ia menceraikan dia.

"Besok kau temui, Syi. Bilang kalau aku merindukannya." Ucap Albi.

Cakra mengenyritkan alisnya bingung, "Kenapa tak kau saja?" Tanyanya.

"Kau ingin membantah?" Albi bertanya balik.

Cakra menggeleng cepat, lebih baik ia menerutui perintah Albi ketimbang nanti diancam macan-macanm. Lebih parah lagi kalau ia sampai dipecat, kan ngak lucu. Cakra pergi dari sana meninggalkan Albi seorang diri. Lelaki itu hanya menatap datar kepergian Cakra. Sial! Mengapa ia cemburu dengan wanita itu karena bisa dekat dengan sang anak.

Sebenarnya malam itu, Albi tak tau jika twins kabur dari rumah karena ia tengah lembur dikantor. Pagi harinya baby sitter mereka baru bilang jika twins tak ada dirumah, langsung saja Albi mengerahkan seluruh bodyguardnya guna mencari keberadaan sang anak.

Setelah memastikan anaknya berada diorang yang tepat ia langsung menyuruh bodyguardnya untuk mengantarkan baju mereka. Albi tak mau jika twins memakai pakaian yang bahannya abal-abal. Twins sudah terbiasa memakai pakaian bermerk, bukannya sombong tapi itu kenyataan.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang