Zeta berada di ruang rawat salah satu rumah sakit. Dirinya menunggu korban yang supir taksi itu tak sengaja tabrak. Sedangkan supir taksinya ia suruh pulang dan dirinya yang akan bertangungjawab dengan masalah ini. Kasian sekali jika supir taksi itu harus bertanggungjawab, mengingat fisiknya yang sudah tak muda lagi.
Kini Zeta duduk disebelah brankar, perempuan didepannya ini masih setia menutup matanya. Kata dokter tadi dia hanya shock dan dia juga mendapatkan beberapa luka ditangan dan pelipisnya. Mata Zeta melihat kearah jemari perempuan itu yang bergerak.
"Kamu udah sadar?" tanya Zeta setengah panik. Saat dirinya ingin pergi memanggil dokter, tangannya lebih dahulu dicekal alhasil ia kembali duduk.
"Maafin aku yah udah nabrak kamu," ucap Zeta tulus.
"Tidak apa, aku juga salah nyebrang nggak lihat-lihat."
"Kamu ada yang luka? Atau ada yang sakit?" tanya Zeta beruntun.
"Aku tak apa, oh iya perkenalkan namaku Vio."
"Zeta." Zeta menerima uluran tangan yang Vio berikan.
Mereka berbincang-bincang, menurut Zeta Vio orangnya baik bahkan dia tak mau memperpanjang masalah ini. Bahkan Zeta ingin membayar biaya rumah sakitnya, Vio menolak dan kekeh tetap ingin membayarnya sendiri.
***
Kita beralih melihat kembaran Zeta yaitu Zio. Kini lelaki itu berada di mansion Lixston, sejujurnya ia tak sudi menginjakkan kakinya di neraka seperti ini namun mau bagaimana lagi demi sang adik ia datang kesini.
"Saya ingatkan ke kalian semua, jangan ada yang menganggu adik kembarku." Zio menatap semua orang yang berada diruang tamu. Ada neneknya, Ratna dan juga Feli. Untuk kakeknya ia tak tau pria tua itu pergi ke mana dan dia tak peduli sama sekali.
"Yang sopan Zio, kami yang membesarkanmu!" ucap Ratna dengan nada sedikit tinggi.
"Lagipula kamu ngapain sih bela Zeta, dia udah rebut calon suami aku!" timpal Feli.
"Dia adik kandungku dan kalian semua tak berhak untuk mengatur hidup saya!" ucap Zio tegas.
"Sepertinya jalang itu sudah meracuni otakmu juga, bahkan calon suami Feli juga direbut. Benar-benar jalang yang berkeliaran." Kali ini suara Leni yang terdengar.
Sudah cukup! Zio muak dengan percakapan ini. Lantas dirinya berdiri dan menatap mereka semua bergantian, terutama Feli dan Ratna yang hanya menumpang disini. Menumpang? Ya, Ratna penyebab semua apa yang telah terjadi termasuk kepergian orang tuanya sendiri.
"Jika ada apa-apa dengan adikku kalian lah yang akan ku salahkan terlebih dahulu. Bahkan aku tak segan-segan untuk membunuh sampah seperti kalian!" ucap Zio tajam.
"Yang sopan yah kamu sama orang tua." Ratna berdiri.
"Sopan saya hanya untuk orang tertentu saja, sampah seperti cocok untuk diinjak-injak bukan untuk mendapatkan kesopanan dari saya!" ucap Zio lalu pergi tanpa memperdulikan panggilan dari mereka. Bahkan neneknya menyumpah serapahi dirinya namun tak ia pedulikan.
Zio melajukan mobilnya keluar dari area kediaman Lixston. Berbicara dengan mereka semua membuat emosinya memuncak. Mereka merasa selalu benar dengan memanfaatkan posisi dan juga uang tentunya. Zio memelankan laju mobilnya, ia membuka kaca jendelanya sedikit sehingga semilir angin menerpa wajahnya.
"Maafin Zio yang belum bisa melindungi Zeta, Pa, Ma," batin Zio. Kedua orang tuanya pernah datang kemimpinya hanya untuk sekedar berkata jika mereka sayang kepadanya dan juga menyuruh ia untuk selalu menjaga sang adik.
Zio berjanji akan selalu menjaga Zeta, namun ia sendiri tak tau apakah bisa menepati janji itu?. Namun akan ia coba, kini yang dirinya punya hanyalah Zeta, cuma Zeta yang bisa paham akan kondisinya.
***
Saat ini Zeta dan Vio berada di apartemen milik Zeta. Ya, Vio Zeta ajak ke apartemen miliknya dikarenakan Vio sehabis diusir dari rumah. Awalnya Vio tak mau merepotkan dirinya namun dengan paksaan yang ia berikan akhirnya Vio mau tinggal di apartemen.
Seperti saat ini, kedua perempuan itu tengah menonton TV. Bahkan mereka berbicara selayaknya seseorang yang sudah lama kenal. Sementara Vio sendiri sudah agak mendingan, tinggal masa penyembuhan luka-luka yang ada diluar saja. Mereka menonton TV ditemani sup iga buatan Vio beberapa jam yang lalu.
"Enak banget ini," puji Zeta setelah menyeruput kuahnya.
"Biasa aja." Vio tertawa kecil.
"Emang enak tauk." Zeta tak bohong, sup iga ini sangat enak apalagi dimakan sewaktu hangat-hangat seperti ini.
"Aku dulu hobi masak, makannya sedikit-sedikit bisa masak enak," ucap Vio.
"Tapi orang tuaku nggak setuju aku menjadi chef, mereka maunya aku mengurusi perusahaan mereka yang jelas-jelas aku tak bisa sama sekali," imbuh Vio.
Zeta tak menyangka ada orang tua setega itu. Dirinya memang sudah mendengar tentang pengusiran yang Vio alami. Ternyata perempuan yang baru saja ia temui adalah orang yang kuat. Namun sekuat-kuatnya seseorang pasti akan capek dan lelah hingga memilih untuk pergi contohnya Vio.
"Kamu tinggal disini lebih lama aja, itung-itung aku ada temennya disini." Zeta mencoba mencairkan suasana supaya Vio tak mengingat tentang hal-hal itu lagi.
Vio tersenyum, "Kamu memang sangat baik," ujarnya mungkin Zeta Tuhan kirimkan untuk mendengarkan segala keluh kesahnya. Jujur saja, ia belum pernah bercerita tentang apa yang ia alami ke siapapun kecuali dengan Zeta orang yang baru saja ia kenal.
Mereka memang bertemu dalam keadaan tak sengaja namun dampak mereka ketemu sangat luar biasa, bukan cuma bagi Vio namun bagi Zeta juga. Zeta banyak belajar dari kisah yang Vio ceritakan. Contohnya yang pernah menyerah sama keadaan, capek boleh namun jangan sampai berhenti. Ada waktu kita berhenti namun nanti disaat perjuangan kita sudah mendapatkan hasil.
***
BAB 32 tiba-tiba hilang, enggak bisa sih kalau di ulang. Soalnya udah ada draft bab 45 lebih, kalau hapus and pilah pilih ribet. Semoga aja masih sesuai alur, capek banget besti + Kecewa juga. Udah 2 kali tiba-tiba ilang tengah-tengah, ada saran enggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...