Tampak motor dan mobil berlalu lalang, suara klakson saling bersahutan menyapu indra pendengaran seorang perempuan dan 2 anak kecil. Disamping mereka berada ada beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Perempuan itu, Zeta ia dan twins tengah menunggu bis dihalte.
Mereka sibuk bercerita tak peduli raut wajah aneh dari orang-orang yang lewat didepannya. Banyak dari mereka yang secara langsung bilang jika Zeta gila karena tersenyum terus. Zeta hanya menganggapnya angin lalu, baginya senyum itu ibadah.
"Mama, mana bisnya?" Tanya Syika kesal, hampir 15 menit mereka menunggu bus namun tak kunjung datang.
Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebentar lagi." Jawabnya, ia sendiri bingung mengapa bisnya datang nya lama sekali.
"Nathan ingin naik, mama." Ucap Nathan.
"Emang kalian tak pernah naik bus?" Tanya Zeta, mereka menggeleng polos. Perempuan itu menepuk jidatnya, ia melupakan fakta jika twins anak orang kaya.
***
Dilain tempat, tepatnya dikantor milik Albi. Kini Cakra tengah dimarahi habis-habisan oleh atasanya, siapa lagi kalau bukan Albi. Cakra hanya berdiri sembari menatap kebawah, Albi sendiri duduk dikursi kerjanya.
"Waktunya kerja ya kerja! Bukan malah keluyuran." Ujar Albi, lelaki melemparkan polpen kearah Cakra.
"Maaf." Ucap Cakra penuh rasa bersalah.
Cakra dimarahi habis-habisan bukan karena sebab, lelaki yang menjabat sebagai asisten Albi itu telah melakukan kesalahan besar. Pagi tadi ia disuruh langsung pergi menemui Albi. Namun ia malah menggoda janda yang mangkal didepan post satpam terlebih dahulu. Alhasil sekarang Albi marah karena telat menemuinya.
"Dimaafin ngak nih?" Tanya Cakra menaik turunkan alisnya.
Albi memutar bola matanya malas, ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Untuk dia sahabatnya kalau tidak sudah ia buang ke amazon. Albi menyuruh Cakra untuk duduk.
"Temui anakku." Ucapnya mutlak.
"Bersama?" Tanya Cakra, bapaknya siapa eh malah dia yang disuruh untuk menemuinya.
Brak..
Albi menggebrak meja, "Sendiri." ucapnya tajam.
Cakra mengangguk hormat, ia langsung pergi dari ruangan itu ketimbang menyaksikan ngamuknya macan jantan. Eh? Canda macan!.
Kini Cakra sudah berada didalam mobil, ia menyetir sendiri atas perintah sang bos. Matanya meyipit melihat kearah Halte, ternyata disana ada twins dan Zeta. Lelaki itu menepikan mobilnya dipinggir jalan, ia keluar dari mobil dengan gaya keren berharap ada wanita yang melirik dirinya. Namun sialnya sama sekali tak ada yang melihat kearahnya, semua wanita sekseh sibuk dengan hpnya. Oke Cakra, lupakan soal wanita sekseh fokus lah ke tugas yang sangat penting, batin lelaki itu lalu berjalan kearah twins dan Zeta.
"Hai." Sapa Cakra, ia duduk disamping twins. Nathan dan Syika langsung pindah tempat menyadari keberadaan, Cakra.
"Orang ganteng gini amat nasibnya." Batin Cakra miris melihat twins tak mau duduk disebalahnya.
Sedangkan Zeta kaget karena ada orang asing yang tiba-tiba duduk disebelah twins. Orang asing itu takmpak tersenyum tak jelas membuatnya bergidik ngeri.
"Siapa ya?" Tanya Zeta mencoba bersikap tenang walau hatinya sedang was-was.
"Perkenalkan nama saya Cakra Adiguna bukan guna-guna." Ucap Cakra, ia mengangkat tangannya sebagai tanda perkenalan diri.
Zeta ingin membalas jabatan tangan Cakra namun tangannya ditahan oleh Nathan, ia melihat kearah Nathan karena merasa tak enak kepada Cakra. "Ngak boleh gitu, Nath." Peringat Zeta.
"Mama jangan dekat-dekat dengan om Cakla." Bukan Nathan yang berbicara namun Syika.
"Kalian kenal?" Tanya Zeta.
Twins mengangguk, "Dia yang bikin papa kelja telus." Adunya kepada Zeta. Cakra hanya mengelus dadanya sabar, sudah biasa menghadapi anak temannya yang sialnya menjadi bosnya sekarang.
Zeta menoleh kearah Cakra "Panggil saja, Zeta." Ucapnya memperkenalkan diri.
Cakra mengangguk, ia menatap Syika yang tengah menatapnya sinis, "Syi ngak kangen om?" Tanyanya.
"No! Om Cakla nagapain kesini. Mau jemput Syi sama kakak? Engak yah Syi ngak mau pulang." Tuduh Syika.
Cakra tersenyum paksa, mereka punya dendam apasih kepadanya hingga menuduhnya seperti ini?. "Om ngak ngajak kalian pulang-" Ucapan Cakra terpotong.
"Mening om pulang aja." Potong Nathan cepat.
Zeta yang mendengarnya langsung mencubit pipi mereka pelan, "Harus sopan kalau bicara sama orang dewasa." Peringat Zeta.
"Maaf, mama." Twins menunduk merasa bersalah. Cakra tersenyum penuh kemenangan akhirnya anak bosnya bisa luluh juga.
Cakra mengajak mereka jalan-jalan, awalanya Zeta menolak karena ia tak bisa percaya dengan orang asing. Namun Cakra membujuknya dan memberikan ia bukti kalau dia dekat dengan twins. Zeta langsung percaya, dan menaiki mobil yang dibawa oleh Cakra tadi. Zeta juga melarang pengawal keluarga twins mengikuti mereka, bukan tanpa sebab ia hanya risih saja melihat mereka yang bermuka datar semua. Cakra menyetujui ucapan Zeta, yang terpenting dia mau bersamanya dan Albi tak akan memotong gajinya. Mungkin besok ia akan meminta bonus dalam jumlah yang besar kepada Albi karena ia bisa menyelesaikan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...