Malam hari ini Zeta dan Vio berada didalam kamarnya, sebenarnya ia ingin berlama-lama dengan Zio namun sepertinya kembarannya itu marah kepadanya dikarenakan ia tak menjawab pertanyaan Zio soal Arsya. Zeta melamun membuat Vio heran, tadi Vio pergi ke restaurantnya dan tak tau apa saja kegiatan Zeta.
"Zeta?"
Panggilan yang Vio lontarkan membuyarkan lamunan Zeta. Perempuan itu langsung melihat kearah Vio dengan alis berkerut, dirinya hampir lupa jika tengah berbicara dengan Vio.
"Kamu kenapa?" tanya Vio heran.
"Aku bingung," balas Zeta lesu.
Sampai akhirnya Zeta bercerita tentang Albi dan Zio yang tak akur dan juga Zio yang menyuruhnya untuk menjauhi Albi. Sementara Vio nampak terkejut mendapati fakta bahwa Zeta mempunyai kemabaran. Namun Vio tetap mendengarkan cerita dari Zeta. Jika dirinya jadi Zeta pasti akan bingung memilih keputusan.
"Aku harus bagaimana?" tanya Zeta frustasi setelah mengakhiri ceritanya.
"Memang kenapa mereka tak akur?" tanya Vio heran.
Zeta menggeleng pertanda tak tau, bahkan ia sempat bertanya tentang itu kepada Zio namun tak dijawab. Apakah Zio dan Albi saling kenal? Entahlah ia sendiri juga tak tau dan tak paham.
Sampai akhrinya mereka memutuskan untuk tidur dikarenakan hari sudah mulai malam. Mereka tidur berdua, untung saja kasur Zeta luas dak mereka tak akan kesempitan nantinya.
***
Pagi harinya Zeta terbangun pukul 6 pagi, ia merubah posisinya menjadi duduk dan merenggangkan otot-otot tangannya. Dirinya melihat kearah samping, ternyata Vio masih tertidur. Lantas dirinya menyikap selimut nya kesamping dan segera mandi.
15 menit kemudian Zeta keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terikat dikepalanya, pagi ini Zeta keramas. Ternyata Vio sudah bangun, lantas dimana sekarang letak perempuan itu?. Zeta keluar dari dalam kamar, seketika ia mencium bau harum dan terdengar suara dari arah dapur. Dirinya berjalan kearah dapur dan benar saja terlihat Vio yang tengah memasak.
"Kamu masak apa?" tanya Zeta yang saat ini berada disebelah Vio.
"Masak udang," jawab Vio tanpa melihat kearah Zeta dikarenakan dia tengah mengoseng udang masakannya.
"Mau dibantu?" tawar Zeta.
Vio menggeleng, "Sebentar lagi selesai, kamu ke sana aja duluan."
Zeta mengangguk saja lantas ia pergi kemeja makan menunggu Vio sembari bermain HP. Beberapa menit kemudian Vio datang dan dia sudah mandi, kini saatnya mereka untuk makan. Di depan mereka sudah ada beberapa masakan Vio dan tentunya nasi yang terletak diatas meja. Mereka sarapan dengan tenang, bahkan Zeta nambah nasi saking enaknya masakan Vio.
"Setelah ini kamu mau kemana?" tanya Zeta kepada Vio.
"Ke restauran mumpung lagi banyak pelanggan," jawab Vio.
"Makan siang kamu ke restauran aku aja, sama pacar kamu." setelah mengatakan itu Vio langsung pergi untuk mencuci piringnya.
Sedangkan Zeta menggerutu tak jelas, pacar lagi? Memang dia punya pacar?. Akhirnya Zeta memutuskan untuk ganti baju, ia akan berangkat lebih pagi. Takutnya Albi membutuhkan bantuannya dikantor mengingat tangan lelaki itu yang masih sakit akibat kecerobohannya.
***
Dikediaman Albi, lelaki itu terbangun pukul 6 lebih. Sekarang dia tengah membangunkan Syika yang masih tertidur, sedangkan Nathan sudah terbangun dan sekarang dirinya tengah mandi bersama babysitternya.
"Adek, bangun yuk." Albi terus saja membangunkan Syika, saat ini dirinya tengah menggendong Syika dengan meletakkan kepala anaknya dipundak miliknya.
"Masih ngantuk papa," gumam Syika dengan suara serak.
"Ngak mau sekolah?" tanya Albi, memang Syika dan Nathan sudah ia sekolahkan namun 1 tahun yang lalu mereka homeschooling dan sekarang waktunya sekolah umum.
"Syi mau sekolah tapi masih ngantuk."
Mendengar penuturan sang putri, Albi tertawa kecil. Lihatlah kedua anaknya tumbuh dengan baik tanpa campur tangan istrinya. Sampai sekarang Albi tak akan memberitahu siapa ibu kandung mereka, bahkan Albi tak akan membiarkan twins bertemu ibu kandungnya. Jangankan bertemu, melihat saja akan dirinya larang.
"Nanti adek sama kakak papa antar sekolahnya," ucap Albi sembari mengelus rambut Syika yang sedikit panjang.
"Benelan?" tanya Syika.
"Iya, papa ngak bohong." Albi mencoba menarik tubuh Syika namun dengan cepat Syika memeluk lehernya jadi ia urungkan niatnya.
"Biasanya papa bohong, dulu aja janji mau ngajak Syi sama kakak main. Tapi telnyata om Cakla yang ajak kita main," ucap Syika setelah mengingat salah satu dari sekian banyak kebohongan yang Albi berikan.
Sementara Albi, mata lelaki itu menyiratkan kesedihan. Memang dirinya jarang ada waktu untuk bermain dengan twins, namun dirinya pikir twins bermain bersama Cakra sama saja dengan bermain bersama dirinya. Namun kenyataannya salah, twins ingin bermain dengannya bukan meminta mainan dengan dirinya.
"Papa janji akan mengantarkan kalian pergi kesekolah," ucap Albi lalu ia menarik tubuh Syika dan mencium pelan pipi gembul itu dengan sayang.
"Sekarang mandi dengan Una, papa juga akan siap-siap." Albi menurunkan Syika, sedangkan anak kecil itu langsung berlari kearah Unaya yang berada di ruangan Nathan. Sekedar informasi, Una adalah panggilan khusus untuk baby sitter mereka berdua.
***
Kini Albi beserta sang anak sudah berada didalam mobil, Albi yang menyetir sedangkan twins duduk dibangku belakang. Albi hanya diam mendengarkan celotehan yang keluar dari mulut Syika.
"Papa," panggil Syika.
"Iya?" tanya Albi, biasanya ia akan berdehem jika ada yang manggil. Namun untuk sekarang dirinya akan menjawab dengan benar demi sang anak.
"Apakah nanti kita punya teman?" tanya Syika, jangan lupakan matanya yang mengerjap polos menambah kesan imut diwajahnya.
"Kalian akan dapat teman jika tak nakal," jawab Albi sesekali ia melirik sang anak lewat kaca yang berada diatas.
Sesampainya didepan gedung yang mana merupakan sekolah twins, Albi turun terlebih dahulu lalu membuka pintu belakang mobil dan membuka sabuk pengaman twins. Lalu Albi menurunkan twins satu persatu, kini twins berdiri dengan segera Albi berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak.
"Jangan nakal, papa akan jemput jika sudah waktunya pulang," ujar Albi dan mendapatkan anggukan dari twins.
"Adeknya dijaga, ingat! Kamu sudah menjadi kakak jika adikmu kenapa-napa kamu yang akan papa salahkan," ujar Albi kepada Nathan dengan suara tegasnya.
"Ya! Aku akan menjaga adikku," jawab Nathan yakin. Lalu twins mencium pipi kanan dan kiri Albi, lantas mereka berdua masuk kedalam area gedung sebab beberapa menit lagi kegiatan akan dimulai.
Albi berdiri dan menatap tubuh anaknya yang perlahan menghilang masuk kedalam gedung. Lantas dirinya masuk kedalam mobil dan melajukannya menuju tempat dimana kantornya berada. Matanya melihat kesamping, dirinya seperti melihat Zeta namun setelah melihat kedepan lagi tiba-tiba.
Bruk
***
Nyambung gak sih? Kalau ada bab ilang komen aja...
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Любовные романы[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...