Waktu makan siang tlah tiba, Zeta bangkit dari duduknya menuju kearah dapur. Dikantor Albi setiap makan siang akan ada orang yang mengantarkan makanan untuk para karyawan. Karena Zeta malas keluar jadi lebih baik ia ikut makan nasi kotak bersama dengan yang lain. Zeta mengambil 1 buah nasi kotak dan air mineral yang berada didalam botol.
Di kursi terlihat beberapa karyawan yang tengah makan dengan candaan ringan. Zeta ingin gabung namun dirinya belum mengenal mereka dan juga malu. Sampai akhirnya Zeta memilih untuk duduk dikursi paling pojok, setiap meja terdapat 3 kursi. Meja yang Zeta duduki sama sekali tak ada siapa-siapa.
"Boleh gabung?" Suara seseorang mengagetkan Zeta, ternyata ada karyawan perempuan berdiri didepannya.
"Boleh," balas Zeta tersenyum. Lalu perempuan itu duduk, mereka berdua makan diselingi keheningan. Percayalah, Zeta tengah canggung berada di situasi seperti ini. Dirinya takut jika perempuan di hadapannya mempunyai sifat yang sama dengan Lira dan Reni.
"Siapa nama kamu?" tanya Zeta, tak ada salahnya akrab dengan karyawan lain.
"Panggil saja Jeni," jawab perempuan yang Zeta ketahui bernama Jeni.
Setelah makannya habis, Zeta membuang kotaknya ke tempat sampah. Dirinya mengisi botol nya air putih yang berada di dispenser. Namun saat ingin berbalik badan Zeta menabrak seseorang hingga botol yang semua dirinya bawa jatuh, sehingga air didalamnya berserakan ke lantai.
"Jalan hati-hati!"
Dapat Zeta dengar jika orang itu membentak dirinya. Dari suaranya Zeta sudah tau jika itu Lira dan Reni. Tak ingin ribut, Zeta mengambil botolnya dan menutup genangan air menggunakan keset. Namun saat ingin pergi, lagi-lagi tangannya dicekal membuat dirinya membuang nafas. Dalam hatinya ia membatin, semoga saja ia bisa tahan dengan sikap kedua orang ini.
"Saya mau kembali kerja, permisi!" pamit Zeta lalu pergi, namun kakinya tersandung mengakibatkan ia oleng kedepan.
Sialnya Zeta berpegangan kepada kursi yang sama sekali tak bisa menahan tubuhnya. Hingga ia memejamkan matanya, 5 detik kemudian mengapa ia tak merasakan sakit?. Lantas ia membuka matanya dan terkejut mendapati wajah Albi berada di depan wajahnya langsung.
Zeta langsung berdiri dan merapikan sedikit bajunya, tatapannya beralih kepada Lira dan Reni yang saat ini tengah tersenyum tak jelas. Zeta beralih menatap Albi yang saat ini melihat kearahnya.
"Terima kasih atas pertolongannya," ucapnya, tanpa menunggu jawaban lagi dirinya pergi dari sana.
Sedangkan Albi menatap kearah 2 karyawannya, "Kalian pikir saja tak melihat kejadian yang sebenarnya? Untuk saat ini saya bisa menoleransi perbuatan kalian, jika saya melihat tindakan bodoh kalian lagi. Maka saya tak segan-segan untuk memecat kalian!" ujarnya lalu pergi menyusul Zeta. Sedangkan Leni dan Reni mengepalkan tangannya, mereka marah dengan Zeta dikarenakan perempuan itu mereka kini dimarahi oleh Albi.
Albi berlari menyusul Zeta yang mulai menjauh, sebenarnya tadi ia berniat ingin menemui Cakra namun di dapur ia melihat perdebatan. Tanpa disangka-sangka ia melihat kaki Zeta yang disandung oleh karyawannya, langsung saja ia berlari dan menahan tubuh Zeta supaya tak jatuh kebawah.
Sementara Zeta berjalan cepat menuju ruangan tempat dirinya bekerja. Zeta tau jika Albi mengejarnya, namun ia tak ingin bertemu dengan Albi dan ingin cepat-cepat sampai didalam. Hingga tangannya dicekal oleh Albi, ia mencoba memberontak namun tenaganya tak sebanding dengan Albi.
"Lepas Albi!" ucap Zeta sembari mencoba melepaskan cekalan tangan Albi di pergelangan tangannya.
"Mengapa kau menghindari saya?" tanya Albi menuntut, dirinya merasakan perubahan Zeta semenjak dimobil tadi. Bukan hanya itu saja, Zeta juga tak mau mengerjakan tugasnya diruangan miliknya. Bahkan tanda tangan tadi seharusnya Zeta yang memberikan kepadanya bukanya malah Cakra.
"Aku tak menghindarimu," jawab Zeta tanpa melihat kearah Albi.
Albi semakin mempererat cekalan tangannya, "Kau berubah Zeta!" ujarnya dengan menatap tajam Zeta.
"Sakit," rintih Zeta, mungkin sekarang pergelangan tangannya memerah akibat cengkraman yang Albi berikan.
Seakan tersadar, Albi langsung melepaskan cekalan nya. Dirinya terbawa emosi dan tak sengaja menyakiti Zeta. Lihatlah, air mata Zeta sedikit keluar membuatnya merasa bersalah. Zeta langsung pergi masuk kedalam ruangannya meniggalkan Albi yang termenung menatap kepergian Zeta.
"Saya tak suka melihat kamu seperti ini. Maafkan saya," batin Albi lalu pergi dari sana, dirinya buka siapa-siapa Zeta jadi mengapa ia tak suka melihat perubahan Zeta?.
Zeta duduk diruangannya, disamping juga ada Cakra. Sedangkan Cakra melihat keanehan dari Zeta, mengapa perempuan itu terlihat diam tak seperti biasanya?. Tak mau ambil pusing, Cakra kembali melihat kearah laptopnya.
***
Albi berada didalam mobil, kini ia tengah berada didepan gedung tempat twins bersekolah. Biasanya ada Zeta yang menemani dirinya, namun sekarang tak ada perempuan itu menjadikan suasananya sepi. Tak lama twins terlihat keluar dan berjalan kearah mobilnya, langsung saja Albi keluar dan membukakan pintu untuk sang anak.
"Mama kemana?" tanya Syika, ia mengedarkan pandangannya segela arah mencari keberadaan Zeta.
"Dia sibuk," jawab Albi lalu mengangkat tubuh Syika kedalam mobil. Setelah selesai, Albi kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Sesekali dirinya melirik kearah twins dari kaca atas.
"Mau langsung pulang?" tanya Albi.
Syika menggeleng, "Mau ke tempat kelja papa," jawabnya.
Albi mengangguk saja, pasti Syika ingin bertemu dengan Zeta. Setelah setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai. Albi turun dari dalam mobilnya dan beralih membuka pintu belakang. Dirinya menurunkan twins satu persatu.
Setelahnya ia masuk dengan satu tangan menggendong Syika dan satu tangannya lagi mengandeng Nathan. Mereka masuk kedalam lift, didalam Albi menurunkan Syika dan melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sesampainya di depan ruangannya Syika langsung turun dan berlari masuk kedalam.
"MAMA?" teriakan Syika masuk kedalam indra pendengaran Albi.
"Dia tak ada disini," balas Albi lalu duduk dikursi kerjanya.
"Kemana?" kali ini Nathan yang berbicara.
"Di ruangan para karyawan," jawab Albi singkat.
"Papa, Syi pengen beltemu dengan mama." Syika menarik-narik ujung kemeja yang Albi kenakan.
"Lebih baik kalian main saja," ucap. Albi.
Mereka menggeleng dan terus membujuknya untuk pergi menemui Zeta. Sampai akhirnya ia menelfon Cakra dan menyuruhnya untuk datang kesini. Tak lama Cakra datang, langsung saja ia menyuruhnya untuk membawa twins ke Zeta.
Dengan senang hati Cakra menyetujuinya. Dirinya menggandeng tangan twins dan berjalan keluar ruangan Albi. Sesampainya di depan, Syika langsung turun dan berlari masuk kedalam.
"MAMA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...