Ternyata yang ada didalam mobil Zio, saudara kembarnya. Selepas itu Zeta langsung membawa lelaki itu menuju apartemen dibantu oleh asisten Zio yang kebetulan juga tengah mencari Zio. Sekarang Zeta membersihkan luka Zio, lelaki itu bergerak gelisah didalam tidurnya.
"Zio, tenang." Zeta mengelus lengan lelaki itu yang berbalut dengan kkemeha.
Zio berdiri dengan langkah gontai ia menuju wastafel, Zeta mengikuti langkah lelaki itu. Zio memutahkan isi perutnya, dengan sigap Zeta memijit tengkuk kepalanya. Namun yang dimuntahkan Zio hanya air bening saja membuat Zeta takut.
Setelah dirasa kembarannya tak memutahkan sesuatu lagi, Zeta kembali menuntunnya menuju ke kasur dengan langkah lunglai. Apa yang terjadi dengan dia? Mengapa seperti ini?.
Perempuan itu membaringkan Zio dikasur kamarnya, tak lama hans selaku asisten Zio datang membawa obat yang telah dia beli di apotek.
"Bantu Zio meminum obatnya, dia mabuk berat." Ujar Hans, ia menyerahkan beberapa butir obat yang beli tadi.
Zeta mengangguk ia menahan kepala Zio menggunakan lengannya lalu mulai memasukkan obat itu kedalam mulut lelaki itu. Zio terbatuk, dengan cepat Zeta memberinya minum. Zeta bernafas lega, Zio sudah tertidur dengan nyenyak.
Perempuan itu mengajak Hans untuk keluar membiarkan Zio istirahat. Dan kini mereka duduk diruang tamu, twins sendiri ikut duduk disebelah Zeta.
"Mengapa Zio seperti ini?" Tanya Zeta.
Hans membuang nafasnya kasar, "Perusahaan sedang tak baik-baik saja, Zio stres dan dia memutuskan untuk pergi ke club malam. Disana dia minum banyak sekali, Zio memaksa untuk menyetir mobil dalam keadaan sudah mabuk." Jelasnya. Zeta tak bisa berkata-kata lagi, mengapa sampai mabuk?.
"Bisa tolong temenin twins tidur? aku akan mengompres Zio dahulu." Ujar Zeta.
Hans mengangguk lalu Zeta beralih menatap Nathan dan Syika yang matanya kian memerah mungkin mereka merasa mengantuk, "Nath sama Syi bobo sama om Hans yah?." Ucapnya.
Twins mengangguk, dengan segera Zeta menujuk kamar yang akan twins tempati tidur. Setelahnya dirinya pergi kekamar yang ada Zio nya. Perempuan itu mengambil kursi dan diletakkan di pinggir kasur. Zeta menduduki kursi nya dan menggenggam erat tangan Zio yang terasa dingin.
"Jangan begini, mama pasti sedih disana." Zeta berucap lirih, ia memeras handuk dan menempelkannya diatas jidat Zio.
"Mama." Gumam dengan menggenggam tangan Zeta.
Sedangkan Zeta trsenyum tipis, Zio menyebut nama mama? Pasti sekarang mamanya senang walapun Zio menyebutkan kata itu dalam keadaan tak sadar. Perempuan itu mengelus rahang tegas Zio, jika tertidur wajahnya sangat damai. Lama sekali dirinya tak bertemu dengan Zio, sekarang bertemu dengan keadaan Zio yang begini. Luka di pelipis lelaki itu sudah dirinya bersihkan dan tempel dengan hansaplast.
"Rasanya hangat." Zeta memeluk perut Zio, baru sekarang ia bisa memeluk lelaki yang berstatus sebagai kembarannya. Sangat senang sekali, mungkin jika Zio sadar tak akan mau dipeluk olehnya.
****
Pukul 3 pagi, Zio mengerjapkan matanya perlahan. Pusing, satu kata yang menggambarkan keadaanya sekarang. Dirinya Melihat kesegala arah, dia ada dimana? Ruangan ini terasa asing baginya. Lantas dirinya menoleh kesamping mendapati Zeta duduk dengan kepala berada di senderan kursi.
Dia baru ingat, semalam dirinya mabuk berat dan menabrak tiang listrik. Lelaki itu menoleh kesamping tepatnya diatas nakas, disana sudah ada beberapa obat-obatan dan juga baskom. Jadi semalam yang menolong dirinya adik kembarannya sendiri.
Semalam ia banyak masalah di kantor, belum lagi masalah dimana kakeknya berniat ingin menghancurkan perusahaannya yang ia bangun sendiri. Tadi ia bermimpi bertemu dengan seorang perempuan yang ia yakini sebagai mamanya. Perempuan itu bilang kalau dia sayang kepadanya, setelah itu ia terbangun dari tidurnya.
Lelaki itu menyingkap selimut dan bangkit dari kasur, ia menggendong Zeta dan menaruhnya dikasur. Zio menyelimuti Zeta dan mengelus surai kembarannya dengan sayang.
"Maaf, selama ini sikapku menyakitimu dan terima kasih telah merawatku." Bisiknya tepat disamping telinga Zeta, dikecup nya pipi Zeta perlahan lalu beranjak dari kamar itu.
Dirinya menutup pintu dan melihat satu ruangan dengan lampu yang menyala terang, ia membuka pintu ruangan itu dan disuguhi oleh pemandangan asistennya yang tertidur disofa dan 2 orang anak kecil tertidur dikasur.
Langkahnya menuju ke 2 anak kecil yang tertidur dengan damai, ia tau siapa mereka dan orang tua mereka. Diam-diam dirinya mengawasi Zeta dari jauh, ia akan melindungi kembarannya walau dengan nyawa taruhannya.
Zio beralih menuju sofa dimana asistennya berada disitu, ditepuk pelan bahu asistennya. Tak lama hans terbangun dan mengucek matanya, ia terkejut mendapati Zio yang sudah berada di hadapannya.
"Mengapa kau bangun?" Tanya Hans setelah melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 3 pagi.
"Aku akan pulang ke apartemen." Balas lelaki itu.
"Kau masih dalam pengaruh alkohol?" Tanya Hans, Zio menggeleng dia sangat pusing.
Zio melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Zeta diikuti oleh Hans yang berada dibelakangnya. Dirinya sengaja tak pamitan dengan Zeta, entahlah ia belum siap jika harus berbicara secara langsung dengan dia. Namun momen dimana ia mengelus rambut adiknya akan selalu tersimpan rapi di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...