🥬🥬BAB 18🥬🥬

29.9K 1.8K 8
                                    

Kini Zeta, twins dan Cakra berada disalah satu restaurant Jepang yang cukup terkenal. Mereka akan makan siang, Zeta heran siapa sebenarnya orang tua kandung twins mengapa batang hidungnya tak nampak. Malah asistennya yang nampak, tapi Zeta juga bersyukur karena waktunya dengan twins akan semakin banyak.

"Mau pesan apa?" Tanya Cakra.

"Ramen aja." Jawab Zeta, mereka berbicara sudah tak canggung lagi. Menurut Zeta, Cakra orangnya humoris dan bisa bikin orang tertawa karena tingkahnya. Tadi, Cakra yang selalu membuka topik pembicaraan dimobil. Satu hal yang Zeta tau, jika Cakra tak suka suasa sepi. Didalam mobil dia bernyanyi solah-olah Zeta adalah teman lamanya. Tak ada rasa malu sedikitpun.

Beberapa saat kemudian makanan mereka datang, twins makan sendiri mereka tak mau merepotkan Zeta. Biarlah perempuan itu menikmati makanan yang dia pesan terlebih dahulu.

"Om, Syi ingin minum." Ucap Syika.

Cakra tersenyum lalu mengangguk, "Adek harus makan banyak, biar cepet besar." Ucapnya mengacak rambut, Syika gemas.

"don't call me, adek! . (Jangan panggil aku, Adek!)" Ucap Syika sebal.

Cakra mengenyritkan alisnya bingung, "why? (Kenapa?)" Tanyanya.

"Me and Nathan ale the same age. (Aku dan Nathan seumuran.)" Jelas Syika, walapun ia cadel cara bicara bahasa inggrinya masih terdengar bagus untuk anak seusianya.

Lebih baik Cakra mengangguk saja ketimbang nanti Syika menangis dan dia potong gaji? Bisa tak tidur satu hari satu malam dia. Sedangkan Zeta, perempuan itu mendengarkan ucapan Syika. Pintar sekali mereka, pujinya dalam hati.

"Kakak tak mau pulang?" Tanya Cakra, ia hanya mengetes saja tak berniat membawa anak bosnya pulang beneran.

Nathan menggeleng, "Nath masih mau disini, om suluh kelja telus aja papa." Ucapnya menggebu-gebu, sepertinya Nathan masih marah dengan Albi.

Cakra meringis, twins kira ia bosnya? Yang benar saja. Malahan Albi lah yang selalu menyuruh-nyuruh dirinya. Mana ada seorang asisten menyuruh-nyuruh bosnya? Bisa-bisa digantung dia.

"Bilang sama orang tua mereka jangan kerja terus, sampai-sampai anaknya ngak diurus." Ucap Zeta yang juga ikut sebal.

"Mungkin dia akan menemuimu." Ucap Cakra seadanya.

"Ya.. Akan kucincang-cincang karena dia udah nelantarin anak selucu mereka dijalanan." Ucap Zeta.

Cakra tersenyum puas, entah bagaimana nasib sahabatnya yang satu itu setelah bertemu dengan Zeta. Ia jadi tak sabar menunggu waktu itu.

****

Ditempat yang sama, Rey berada disana. Rey menyaksikan kedekatan Zeta dan lelaki itu, tempat duduknya memang jauh. Namun udara seolah panas padah restaurant ini ber AC, apakah dia cemburu? Entahlah. Niatnya ingin makan dengan tenang, eh malah melihat pemandangan yang tak mengenakkan.

"Apa hubungan Zeta dengan lelaki itu?" Batin Rey, ia membuka kancing atas kemejanya karena merasa sesak.

Andai ia tau kalau disini ada Zeta pasti ia tak akan kesini, namun terlanjur sudah karena restaurant ini yang paling dekat dengan rumah sakit tempat ia bekerja. Alhasil Rey makan dengan gigi bergemuruh. Sesekali ia mengipas-ngipaskan tangannya diwajah tampannya. Yang membuat udara semakin panas adalah suara tertawa Zeta dan twins.

"Mungkin aku salah jika menyuakaimu?!" Batin Rey, ia memutuskan untuk pergi karena jam makan siangnya sudah habis. Dengan perasaan berkecamuk, ia ingin mencegah Zeta dekat dengan laki-laki lain. Namun ia sadar, jika dirinya hanya orang asing yang kebetulan masuk kedalam kehidupan perempuan itu.

***

Pukul 7 malam Zeta berada ddidam Alfamart. Perempuan itu ingin membeli snack dan es krim. Tentu saja twins ikut bersamanya, ia jalan kaki dari apartment karena letak Alfamartnya sangat dekat.

"Mau sesuatu?" Tanya Zeta.

"Es krim." Jawab mereka dengan menampilkan gigi rapinya.

Zeta mengangguk lalu menuntun twins menuju tempat es krim berada. Perempuan itu mengambil lebih dari 5 eskrim, karena ia sendiri juga sangat menyukai jajanan dingin itu. Setelah semuanya lengkap ia menuju kekasir untuk membayar.

Zeta keluar dari Alfamart dengan menenteng 1 kresek yang berisi berbagai macam snack dan dosis, jangan lupakan ada es krimnya didalam. Kini mereka berjalan diatas trotoar, pupil mata Zeta melihat kearah mobil yang berhenti. Sepertinya mobil itu sehabis menabrak tiang listrik, terbukti dari bagian depan mobil yang penyok.

"Kita kesana ya, takutnya ada orang didalam." Ucap Zeta, ia menujuk mobil itu. Twins mengangguk, Zeta khawatir jika didalam mobil masih ada seseorang.

Ia menggandeng twins berjalan kedepan, sesampainya disamping mobil ia mengetuk kacanya. Dengan nada tak santai.

Tok

Tok

Tok

"Ada orang didalam?" Tanya Zeta, ia menempelkan matanya dikaca mobil guna melihat keadaan didalam. Namu nihil, kaca itu gelap ia tak bisa melihat apa-apa disana.

Zeta mendengarkan suara rintihan dan batuk, ia yakin suara itu berasal dari dalam mobil. Perempuan itu semakin keras mengetuk kaca dan mencoba meminta tolong namun sama sekali tak ada orang yang berlalu lalang jalanan ini cukup sepi dan juga gelap.

"Hey, buka kacanya." Ucap Zeta namun tak ada sahutan, ia mencoba membuka pintu mobilnya namun tak bisa.

Setelah cukup lama mengedor-gedor akhirnya kaca terbuka. Mata Zeta membola saat mengetahui siapa yang ada didalam mobil. Lidahnya kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Dia? Mengapa bisa seperti ini? Batin Zeta bertanya-tanya.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang