🥬🥬BAB 29🥬🥬

22.3K 1.3K 15
                                    

Kini Zeta berada didalam mobil milik Zio, ya! Setelah kejadian tadi Zio mengajaknya untuk ikut dengan lelaki itu. Tadi sempat ada perdebatan antara Zio dengan Albi, Zio kekeh ingin membawa Zeta begitu juga dengan Albi yang ingin membawa Zeta dikarenakan dia sekretarisnya dan sudah menjadi tanggungjawabnya.

Namun Zeta lebih memilih pergi dengan Zio, mungkin ini cara supaya ia lebih dekat dengan sang kembaran. Walaupun Albi sempat kecewa namun dia membiarkan dirinya pergi. Sekarang ini Zeta hanya diam dengan pandangan lurus ke depan, perempuan itu memikirkan hal-hal buruk jika saja Zio dan Albi tak datang menolongnya.

Entah mengapa hatinya merasa takut dan gelisah, seolah-olah akan terjadi sesuatu apalagi ia kemarin mendengarkan percakapan antara orang tua mamanya dengan seorang lelaki berbadan besar seperti preman.

"Jangan melamun."

Ucapan yang kelar dari mulut Zio membuyarkan lamunannya. Dengan segera Zeta melihat ke segala arah karena tak mau ketauan bahwa ia tengah menangis.

***

Kini Zeta dan Zio berada di kantor milik Zio. Ya! lelaki itu membawa Zeta kedalam kantornya. Sekarang mereka tengah berada di dalam lift, suasana hening semenjak mereka masuk kedalam sini. Zio merasa ada yang aneh dari Zeta, perempuan itu terlihat sangat diam.

Lelaki itu tak tau harus apa, dikarenakan ia tak pernah dekat dengan wanita. Baru kali ini ia dekat dengan Zeta yang berstatus sebagai kembarannya, jadi dirinya bingung cara menghadapi wanita yang benar seperti apa.

Saat keluar lift, kaki Zeta tak sengaja tersandung sesuatu dengan sigap Zio menahan tubuh Zeta supaya tak terjatuh kelantai. Sementara Zeta masih diam mencerna apa yang terjadi, mengapa sekarang pikirannya ke mana-mana?.

"Kau tak apa?" tanya Zio.

Zeta mengangguk, "Apa kita masih lama, aku ingin istirahat," ujarnya, tak bisa dipungkiri ia merasa capek sekarang bahkan ada barang didepannya ka tak melihatnya sama sekali.

Dengan cepat Zio menggandeng tangan Zeta menuju keruangannya, bahkan Zeta pun masih seperti orang linglung. Sesampainya di ruangannya, Zio langsung memeluk Zeta. Detik itu juga Zeta menumpahkan segala air matanya yang sejak tadi ia pendam.

Perempuan itu menangis sejadi-jadinya, tangannya memukul-mukul dada Zio guna melampiaskan emosi. Tak segan-segan, Zio semakin memperat pelukannya.

"Mengapa semua orang jahat? Hiks hiks aku salah apa? hiks hiks kenapa semua ini terjadi? Aku hampir dilecehkan orang-orang tadi! Hiks hiks mereka jahat," tangis Zeta. Zio tetap diam mendengarkan keluh kesah yang adiknya keluarkan.

"Kau tau? Orang tua mama mengancamku dan menjelek-jelekkan diriku! Hiks hiks aku tak tau salahku apa kepada dia. Bahkan mama anaknya sendiripun dia hina, aku ngak terima hiks hiks," ujar Zeta lagi.

Zio mengepalkan tangannya, ternyata selama ini neneknya sudah berbuat sejauh ini kepada Zeta. Tentu saja ia tak akan membiarkan ini terjadi. Lihat saja, apa yang akan dirinya lakukan terhadap orang munafik itu. Hatinya tentu sakit mendengar sang adik menangis pilu seperti ini.

Beberapa saat kemudian Zeta tertidur di pelukannya karena terlalu lama menangis. Dengan segera Zio menggendong Zeta dan membaringkannya keatas kasur. Lelaki itu menyelimuti sang adik dan mengusap sisa air mata yang ada di pipinya.

"Mimpi indah, kakak janji akan selalu lindungi adek walapun nyawa taruhannya," bisik Zio tepat disamping telinga Zeta, lalu dirinya mencium puncak kepala Zeta lama dan berlalu dari sana untuk kembali bekerja.

***

Sementara di tempat lain, tepatnya dikantor milik Albi diisi dengan suara tangisan milik Syika. Anak perempuan itu menangis kala sang papa kembali tanpa membawa Zeta. Albi sendiri tak tau harus apa, Zeta dibawa pulang lelaki itu dan ia tak bisa berbuat apapun.

"Adek, jangan nangis dong," ujar Albi, sedari tadi lelaki itu berjalan kesana kemari dengan menggendong Syika.

"Mau mama hiks hiks hiks mau mama," tangisan Syika semakin keras.

"Sukurin, Zeta udah direbut. Kalah cepat nih ye," celetuk Albi yang saat ini tengah duduk santai menikmati sebungkus snack.

"Diam atau ku potong gajimu," ucap Albi menatap tajam Cakra, bisa-bisanya asistennya bersantai sedangkan dia sibuk menenangkan Syika. Cakra yang mendapatkan tatapan tajam langsung melihat kesegala arah, Albi memang sudah bercerita dengannya tentang kejadian tadi.

"Nanti Zeta datang Syika," ujar Albi, namun tak ada balasan. Lelaki itu memundurkan badan sang anak, ternyata Syika sudah tertidur. Albi menghela nafas melihat hidung Syika yang memerah. Dengan segera lelaki itu membaringkan sang anak tidur.

Setelah membaringkan Syika, kini Albi duduk diruang kerjanya dan mulai berkutat dengan laptopnya. Dimana Nathan? Dia tengah makan snack bersama Cakra. Untung saja anak lelakinya paham, jadi tak ikut menangis seperti sang adik.

Baby Twins From Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang