Kini Zeta berada dikediaman Sarah yang mana beliau ibu dari Albi. Dunia sempit sekali, dan sekarang Zsta berada disini atas paksaan Sarah. Sebagai anak baik hati dan tidak sombong dirinya mau saja. Sekarang ini mereka semua berkumpul diruang tamu, Cakra tak ikut dikarenakan dia harus bertemu dengan seseorang.
Zeta canggung berada disini, tak hanya ada Sarah namun suami Sarah juga ikut berada disini. Sedangkan Albi? Lelaki itu sibuk dengan hpnya membuat Zeta geram. Sedari tadi dirinya ditanya tentang apapun, mulai dari mengapa bisa kenal Albi sampai dari mana bertemu dengan twins.
Zeta pun menjawab apa adanya, namun Ardi selaku papa Albi mempunyai sifat yang sama dengan Albi. Memang yah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Twins sendiri duduk di karpet berbulu tengah bermain.
Zeta cukup kaget dengan rumah ini, rumah keluarga Evander sangat besar dengan disain mewahnya. Sampai-sampai dirinya tersesat waktu ingin ke toilet, untung saja ada Albi yang tak sengaja lewat di depannya.
"Zeta, bagimana kesan pertama kamu ketemu sama Albi. Dia ganteng kan?" tanya Sarah tiba-tiba, dirinya merasa jika Zeta sangat cocok disandingkan dengan sang anak. Apalagi saat mengetahui Zetalah yang merawat sang cucu, kesenangannya akan Zeta bertambah berkali-kali lipat.
Albi berdecak, "Apa-apaan sih mama," ujarnya. Dirinya jelas malu jika mamanya berkata seperti itu, apalagi di depan Zeta.
Zeta sendiri menggaruk kepalanya yang tak gatal, mengapa pertanyaannya seperti ini?. Dirinya juga bingung ingin menjawab apa, atensi semua orang pun mengarah kepadanya.
"Ya begitulah tante, Albi nyeremin kalau mukanya datar," balas Zeta canggung.
Sarah langsung menatap sang anak dan mencubit lengannya, membuat Albi mengaduh kesakitan. Albi hanya menggerutu tak jelas akibat cubitan maut dari mamanya.
"Akan tante marahin Albi supaya menghilang wajahnya yang datar itu," ujar Sarah sembari melihat Albi dengan tatapan sinis nya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang, Zeta pun turut ikut makan. Jujur saja ia merasa lapar dikarenakan tadi pagi tak jadi makan akibat insiden di restauran.
***
Malam harinya Zeta sudah berada didalam apartemen miliknya, twins tak ikut dirinya pulang karena Albi tak mengizinkannya. Alhasil Zeta pulang menunggu twins tertidur terlebih dahulu. Sekarang Zeta tengah duduk bersender dikasurnya.
Perempuan itu melihat film dari iPad Nathan yang tertinggal disini. Tenang saja, ia sudah meminta izin yang bersangkutan untuk meminjam iPad ini. Perempuan itu menonton drama Korea, walapun sangat susah mencarinya dikarenakan ini iPad khusus untuk anak kecil.
Tiba-tiba saja handphonenya berdering menandakan ada telfon yang masuk. Dengan segera ia mengambil HPnya yang berada diatas nakas. Alisnya mengenyritkan binggung saat tak ada nama di nomor itu.
Dengan ragu ia menjawab panggil itu dan meletakkan HPnya kesamping telinga. Zeta tetap diam menunggu orang itu berbicara terlebih dahulu namun nihil. 1 menit sudah tak ada yang berbicara, perempuan itu melihat HPnya kembali masih aktif.
"Hallo?" Akhrinya Zeta buka suara.
"Twins ingin berbicara dengan mu," ujar seseorang di seberang telfon.
Suara itu Zeta sangat mengenalnya, bagaimana Albi bisa mendapatkan nomor telfonnya?. Ya! Albi lah yang menelfonnya, jadi yang diam sedari tadi ialah Albi?. Benar-benar, lelaki itu membuang waktunya 1 menit untuk menonton drakor.
Lama melamun ia dikejutkan dengan suara Syika yang memekikkan gendang telinga. Reflek ia menjauhkan hpnya dari telinganya. Selepasnya ia kembali mendengarkan ocehan Syika yang katanya kangen dengan dirinya, padahal baru beberapa jam tak ketemu.
***
Sementara dikediaman Evander, kini Syika nampak memegang telfon dengan tangan mungilnya. Tentu saja hpnya lebih besar dari tangannya. Nathan sendiri duduk disebelah sang adik, kini mereka berada dikamar Albi. Dikamar itu hanya ada mereka bertiga. Nathan yang duduknya tak jauh dari mereka hanya memijit pelipisnya lantaran Syika yang berteriak.
"Mama tau? Syi tadi abis makan ayam goleng buatan nenek. Syi tadi udah mandi tapi papa ndak pakein Syi minyak sepelti bunda."
Albi yang mendengarnya melongo, hei! Anaknya membandingkan dirinya dengan Zeta? Yang benar saja. Banyak sekali yang Syika ungkapkan kepada Zeta, contohnya soal baju!. Kata anaknya ia tak paham memilih baju, itu memang benar. Albi hanya memakaikan baju ke mereka yang menurutnya cocok.
Tadi saja dirinya dengan ogah-ogahan menelfon Zeta. Andai Syika tak menangis pasti dirinya tak akan menelfon perempuan itu. Seorang Albi memiliki gengsi yang terlalu besar! Ingat itu!!.
"Papa tak mengelus rambut kita ketika tidur," kini Nathan yang berbicara.
Jedearrr
Bagai tersambar petir dimalam hari, Albi merasa tersindir dengan perkataan sang anak. Memang benar, ia tak akan menyangkal fakta bahwa dirinya belum bisa menjadi ayah dan ibu skaligus bagi mereka. Apalagi kesibukannya dikantor membuat ia tak bisa menghabiskan waktu dengan twins.
Keseharian twins hanya bersama baby sitter mereka saja, ya benar. Albi memang papa yang buruk bagi mereka. Tapi tenang saja, manusia tak ada yang sempurna. Dirinya akan merubah pandangan twins terhadad ia dengan perlahan-lahan. Tak ada yang tak mungkin bukan?.
Untuk saat ini ia masih belum bisa membuka hati untuk siapapun. Bahkan untuk Zeta, ia masih belum mencintai perempuan itu yang sudah mengambil hati kedua anaknya. Albi gay? Bukan! Dirinya lelaki normal, hanya saja ia lebih memilih wanita yang tepat untuk twins. Bukan seperti Zeta yang mirip dengan anak kecil! Eh!. Dirinya berkata jujur, tadi saja perempuan itu akan menjadi sekretarisnya namun pakaiannya seperti seorang yang ingin tamasya.
***
90 vote update lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...