Seorang perempuan berjalan dengan langkah pasti menuju halte yang ada di sebrang sana. Menyapa orang yang berpapasan adalah ciri khas dari perempuan itu. Bahkan ada yang memuji dia secara langsung. Sesampainya disana, perempuan itu duduk mengapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya.
Karena tak mau ambil pusing dia mengambil hpnya, kini jemarinya menari-nari di atas layar HP. Dia bernama Zeta, hari ini Zeta akan benar-benar bekerja menjadi sekretaris Albi. Tadi malam Cakra mengajari dirinya tentang tugas-tugas seorang sekretaris hingga pukul 1 malam. Sekarang Zeta sudah sedikit-sedikit tau tentang tugasnya. Pakaiannya pun sekarang sudah formal, itupun pemberian Cakra karena ia tak punya baju seperti ini.
Zeta mengenakan rok selutut bewarna hitam juga dengan atasan berwarna senada, rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan jepit berwarna hitam menghiasi pinggir kepalanya. Mengapa bus tak kunjung datang? Seharusnya bus sudah datang dari 5 menit yang lalu. Mungkin bus itu sengaja datang telat. Namun mengapa perasaannya tak enak? Zeta menarik nafas guna menghilangkan rasa kegelisahan yang menyerang dirinya.
"Kok aku ngerasa ada yang awasi yah," batin Zeta, ia melihat kesegala arah namun tak menemukan sesuatu yang mencurigakan disini.
Zeta berdiri, ia melihat kesamping. Mengapa tak ada taksi yang lewat. Saat asik berdiri sembari membuka HP, ia tak sadar jika kini ada mobil yang berhenti tepat didepannya. Dengan segera Zeta memasukkan hpnya kedalam tas, seketika kaca mobil itu terbuka. Kalian tau siapa yang ada didalam? Feli. Ya! Dia Feli, Zeta kembali duduk karena tak mau berurusan dengan Feli.
"Lihat aja, kau akan hancur di tanganku Zeta."
Setelah Zeta mendengar kata yang keluar dari mulut Feli mobil itu langsung melenggang pergi begitu saja. Zeta menghela nafas berkali-kali, mengapa semua orang membencinya?. Feli salah paham, dirinya tak ada hubungan dengan Albi.
Mata Zeta menyipit kala ada 2 orang berpakaian hitam berjalan kearahnya. Zeta mencoba tak peduli namun mengapa orang itu semakin mendekat dan menatap tajam kearahnya. Zeta ingin pergi namun tangannya dicekal, ia berteriak minta tolong namun nihil tak ada yang menolong dirinya.
***
Sementara ditempat lain, Zio masih berada di dalam apartemennya. Lelaki itu berdiri didepan kaca yang menampilkan keindahan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Lelaki itu sudah memakai stelan jasnya namun masih betah berada disini. Entah mengapa dirinya teringat dengan Zeta. Terakhir bertemu dengan kembarannya waktu ia mabuk malam itu, setelahnya ia menghindari Zeta.
Zio membuka HPnya yang berbunyi tanda ada pesan masuk. Rahangnya mengeras selepas membacanya, emosinya memuncak setelah mendengarnya. Dipesan itu mengatakan bahwa kembarannya dalam bahaya, dan kalian tau pesan itu dari siapa? Dari neneknya sendiri.
Sial! Mengapa wanita tua itu menghubungi dirinya!. Tanpa menunggu lagi lelaki itu segera pergi dari apartemennya dan mencari keberadaan Zeta. Kini Zio berada didalam mobil, ia mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata. Jujur saja, lebih baik ia tak dilahirkan dibandingkan harus hidup dengan keluarganya yang sekarang. Keluarga? Sepertinya bukan.
"Zeta, tunggu kakak. Kakak sendiri yang akan melindungi kamu dari orang-orang jahat seperti mereka," batin Zio, lelaki itu memencet bel berulang kali saat ada kendaraan yang berada didepannya.
Matanya menyipit kearah Halte, di sana terdapat Zeta yang tengah diganggu oleh seseorang. Dengan segera Zio memikirkan mobilnya dan turun. Zio menendang orang itu dan langsung tersungkur ke belakang.
"Wah siapa nih? Ngak usah ikut campur urusan kita."
"Sok-sok an jadi pahlawan nih."
"Tutup mulutmu sialan!" maki Zio.
Zio yang merasa geram memukul lelaki itu. Mereka berjumlah 3 orang namun Zio tak mau kalah, ia menangkis pukulan-pukulan yang orang itu berikan kepadanya. Zio memukul mereka bak orang kesetanan. Sedangkan Zeta yang melihatnya berjalan mundur, dirinya menggeleng pelan dengan air mata yang mengalir.
Tadi dirinya hampir diperlakukan tak senonoh oleh orang-orang itu. Dirinya takut, karena mereka hampir membawanya ke hotel. Zeta bukan wanita seperti itu. Tiba-tiba salah satu diantara mereka berjalan kearahnya dengan senyum mengerikan.
"Kau tak bisa kabur dariku, ikutlah denganku dan puaskan aku didalam ranjang."
"Pergi," Zeta berjalan mundur hingga akhirnya ia membentur tembok.
Zeta melihat kearah Zio, lelaki itu nampak kewalahan menangkis pukulan 2 orang sekaligus. Zeta tak tau harus berbuat apa, orang itu semakin mendekat dan mulai meraba-raba tangannya.
"Pergi dari sini bajingan," maki Zeta sembari memeluk dirinya sendiri.
"Kau jalang bukan? Ikut denganku sekarang juga, body mulus seksi itu semua ada dibadanmu."
Zeta menangis histeris, Zio yang mendengarnya ingin menolong namun tubuhnya dengan cepat ditarik oleh 2 orang itu. Hingga tiba-tiba orang yang berada didepan Zeta dipukul oleh seseorang. Perempuan itu terkejut mendapati Albi yang berada disini dan menghajar orang itu.
"Mama, Zeta takut," batin Zeta menjerit. Air matanya tak kunjung berhenti, Albi dan Zio nampak kacau. Wajah mereka lebam-lebam, Zeta tak tau harus berbuat apa.
"BISA-BISANYA KALIAN BERBUAT SEPERTI INI DENGAN PEREMPUAN." Bentak Albi penuh penekanan.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Suara pukulan demi pukulan terdengar di telinga Zeta. Perempuan itu jatuh berlutut dengan pandangan kosong kedepan, akhirnya orang-orang yang mengganggunya pergi. Albi dan Zio berjalan cepat kearah Zeta yang hanya diam. Saat Albi ingin meraih tangan Zeta, Zio terlebih dahulu menarik tangan Zeta membuat Albi mengurungkan niatnya.
Saat ini Zeta berada dipelukan Zio, pandanganya kosong dan terus meracau tak jelas. Zio hanya bisa mengelus dengan sayang rambut sang adik. Bahkan dirinya tak memperdulikan darah yang keluar dari sudut bibirnya akibat pukulan orang-orang itu.
"Tenang, kakak akan selalu lindungi adek. Orang itu udah pargi, Zeta aman sama kakak," bisik Zio dengan tangan tak henti-hentinya mengelus punggung Zeta yang bergetar.
"Mereka hampir melecehkanku," ujar Zeta, Zio melepaskan pelukannya dan mengusap air mata yang mengalir dipipi sang adik.
"Terimakasih sudah menolongku," ujar Zeta kepada Albi yang sedari tadi hanya diam. Kondisi lelaki itu juga sama seperti Zio, wajahnya dipenuhi lebam-lebam dan bajunya yang acak-acakan.
Albi hanya mengangguk sekilas, entah mengapa ia tak suka melihat Zeta berdekatan dengan Zio. Ya, dia tentu tau siapa Zio. Bahkan perusahaannya dengan Zio bersaing, bukannya tak suka dengan Zio namun ah!!! Kalian pasti paham.
Tadi dirinya ingin berangkat ke kantor, namun tak sengaja melihat Zeta yang tengah menangis. Tanpa menunggu berlama-lama dirinya langsung keluar dari mobil dan menolong Zeta.
****
Sementara ada seseorang yang melihat kejadian ini dari balik pohon besar, dia adalah Feli. Ya, Feli lah yang menyuruh orang-orang itu untuk mencelakai Zeta. Dan sekarang dia menggeram marah karena rencana tak berhasil dan Zeta ditolong oleh 2 orang skaligus. Yang membuatnya tambah marah ialah Albi yang turut membantu Zeta.
"Untuk saat ini rencanaku gagal, lihat saja akan ku berikan kau kejutan yang tak akan pernah kau sangka-sangka," batin Feli dengan senyum smirk nya.
Feli pergi dari tempatnya berada dengan tangan yang megepal kuat, tak ada yang boleh merebut Albi darinya. Albi hanya untuknya, bukan untuk Zeta. Sepertinya dia akan menyusun rencana tentunya buat Zeta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Lãng mạn[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...