Zeta dan Albi berada dilapangan yang sangat luas. Mereka memakai helm khusus untuk melindungi kepala mereka. Saat ini mereka tengah melihat proyek pembangunan hotel. Dibeberapa tempat banyak sekali alat-alat berat, setiap yang masuk kesini harus mengenakan helm dan rompi khusus.
Tanahnya masih becek, jadi mereka harus hati-hati dalam berjalan. Bahkan Zeta hampir tergelincir, untung saja ada Albi yang menahan tubuhnya supaya tak jatuh. Mereka berjalan ditemani oleh pengurus proyek ini.
"Bagaimana perkembangan proyek ini?" tanya Albi.
"Berjalan dengan normal, pak Albi tak perlu khawatir."
"Jangan sampai proyek ini gagal, kerugian yang ditanggung perusahaan akan sangat besar nantinya," ucap Albi dan mendapatkan anggukan dari lawan bicaranya.
Setelah selesai, Albi pergi dari sana diikuti oleh Zeta. Mereka berjalan menuju dimana mobil mereka terparkir. Mereka masuk kedalam dengan Albi yang menyetir di depan. Sedangkan Zeta nampak sibuk dengan hpnya. Kali ini mereka akan berangkat menjemput twins, selama diperjalanan hanya ada keheningan.
Biasanya Zeta akan membuat suasana menjadi hangat, namun semenjak beberapa hari lalu Zeta berubah dan nampak abai kepadanya. Jika dulu Zeta sangat perhatian kepada twins sekarang sedikit tak acuh.
"Kau saja yang keluar, saya akan menunggu disini," ujar Albi. Kini mereka sudah sampai di depan gedung sekolah twins.
Zeta mengangguk dan keluar dari dalam mobil. Sesampainya diluar ia tersenyum mendapati twins yang sudah keluar tengah tersenyum manis kearahnya. Zeta merentangkan tangannya seraya berjongkok. Langsung saja twins memeluk dirinya sekilas.
"Bagaimana belajarnya?" tanya Zeta.
"Selu," jawab Syika, sedangkan Nathan hanya mengangguk menimpali ucapan sang adik.
"Mari kita pulang," ucap Zeta. Dirinya membantu twins masuk kedalam dan mobil dan memasang sabuk pengaman ditubuh mereka.
Setelah semuanya sudah siap, Albi kembali melajukan mobilnya dengan kedepan sedang. Perjalanan pulang kali ini diisi dengan celotehan twins membuat susana sedikit ramai.
***
Albi berada didalam ruangannya, twins? Mereka tengah makan bersama Zeta diruang kerja Zeta. Dirinya sengaja tak ikut dikarenakan ia merasa Zeta tak suka berada di dekatnya. Lelaki itu tak tau mengapa Zeta berubah menjadi pendiam seperti ini. Tiba-tiba saja Cakra masuk dan duduk didepannya.
"Galau banget, kenapa?" tanya Cakra, dirinya melihat jika Albi tak semangat seperti biasanya.
"Nggak papa." Jawaban yang diberikan Albi membuat Cakra berdecak sebal. Seperti perempuan saja ditanya jawabnya itu-itu aja.
"Zeta?" tebak Cakra. Mau tak mau Albi mengangguk saja, sepertinya Cakra cenayang bisa menebak isi pikirannya.
"Kau tau mengapa Zeta berubah?" tanya Albi, semoga saja Cakra memberikan jawaban yang tepat dan cepat.
Cakra menggeleng, "Aku juga merasa Zeta sedikit menjadi lebih pendiam dari biasanya," balasnya.
Albi terdiam ternyata bukan hanya dirinya yang merasakan, Cakra turut merasakan. Langsung saja ia memundurkan kursinya dan berlalu dari sana tanpa pamit dengan Cakra. Sedangkan yang ditinggalkan hanya mencak-mencak tak jalas, apa susahnya Albi pamitan dengan dirinya?.
Sementara Albi berjalan menyusuri lorong, dirinya mencari keberadaan Zeta. Ia sudah melihat keruangan Zetan, namun perempuan itu tak berada disana membuat ia harus berjalan keliling. Mengapa tak bertanya keberadaan Zeta ke karyawan? Jawabannya nanti malah ada gosip yang tidak-tidak.
Sementara Zeta tengah berada di rooftop, twins main dilantai bawah. Sebenarnya ia rindu dengan kedua orang tuanya, jadi memutuskan untuk berada disini. Angin nampak kencang hingga mampu membuat rambutnya berterbangan. Zeta melihat keindahan gedung-gedung berbeda bentuk.
"Zeta rindu mama papa. Apa kalian tau jika Zio sudah sayang sama Zeta? Pasti mama senang sekarang, semoga mama dan papa tenang dan bahagia disana." Monolog Zeta.
Zeta merapikan sedikit rambutnya, dirinya melihat kearah langit yang nampak berwarna biru. Cuaca lumayan panas namun tak membuat ia beranjak dari tempat itu. Dirinya sangat senang berada disini, apalagi hembusan angin yang menerpa wajahnya. Satu lagi yang paling dirinya sukai dari tempat ini yaitu sunyi seperti tak ada kehidupan.
"Zeta!"
Sepertinya Zeta mendengar ada seseorang yang memanggilnya, langsung saja ia menoleh kebelakang dan mendapati Albi yang kini berjalan kearahnya. Dirinya kembali melihat ke depan dan sedikit menjaga jarak kepada Albi. Mereka berdiri bersebelahan, Albi tetap diam kala Zeta menggeser posisi tubuhnya.
"Mengapa kau menghindari ku?" tanya Albi dengan tatapan melihat ke depan.
"Aku tak merasa begitu," jawab Zeta.
"Jujur denganku Zeta! Apakah kau tertekan berada di sebelah saya?" tanya Albi, dirinya juga ingin tau mengapa Zeta seperti ini.
"Lebih baik kamu pergi, nanti ada fitnah yang enggak-enggak lagi. Satu lagi, seharusnya hubungan karyawan dengan bosnya nggak sedekat ini. Anggap saja kau tak mengenalku begitu juga dengan sebaliknya, tenang saja aku akan terus menyayangi twins." Zeta menatap mata Albi.
Mereka saling bertatapan hingga beberapa detik, hingga Zeta memutuskan pandangannya dan melihat kearah lain. Albi tak bisa berkata-kata lagi, apa katanya? Saling tak mengenal? Bukankah waktu beberapa bulan ini mereka dekat dan dengan seenaknya Zeta berkata seperti itu.
"Berikan saya alasan yang jelas atas permintaan bodoh mu itu!" ujar Albi penuh penekanan, posisi mereka masih sama.
"Aku memang bodoh dan kau tau itu! Apa pernyataan ku tadi kurang jelas? Harus dengan bagaimana aku menjelaskannya kepada mu?" bukannya menjawab pertanyaan Albi, Zeta justru balik bertanya.
"Mengapa kau seperti ini?" tanya Albi sekali lagi.
"Karena aku capek dihina jika terus berada di sekitar kamu! Aku capek dituduh pelakor padahal kita nggak ada hubungan apa-apa," jawab Zeta lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...