Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.
Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya.
"Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio.
"Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta.
"Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba untuk sabar.
"Aku mau sekarang, tolong izinkan aku," pinta Zeta. Karena dirinya benar-benar ingin bertemu dengan Albi untuk menyampaikan sesuatu.
Zio menghela nafas pasrah. "Kamu tunggu di sini, biar kakak bawakan kursi roda untuk kamu. Kamu akan ke sana bersama dengan kakak," ujarnya pada akhirnya.
Zeta menganggukkan kepalanya, tak apa dengan Zio yang terpenting ia bisa bertemu dengan Albi. Tak lama kemudian Zio datang dengan membawa kursi roda, ia disuruh untuk duduk di kursi roda dan dirinya menurut. Zio meletakkan infusnya ke tempat yang telah di tentukan dan mendorong kursi roda Zeta keluar dari ruangan ini.
Zio menutup pintu dan dirinya benar-benar menjauh dari sini, Zeta sendiri melihat lorong rumah sakit, cukup sepi mungkin karena hari sudah mulai larut malam. Sampai akhirnya mereka berdua sampai di depan sebuah ruang rawat yang dijaga beberapa bodyguard. Zio memberikan kode kepada bodyguard Albi dan akhirnya mereka membuka pintu.
Zeta mulai masuk ke dalam, sesampainya di dalam Zio meletakkan Zeta di samping tempat tidur pasien yang di atasnya terdapat Albi lalu dirinya pergi. Di ruangan ini hanya Zeta dan Albi yang menutup mata, Zeta sedikit heran apakah tidak ada yang menjaga Albi di sini? Air matanya menetes, Albi masih saja memejamkan matanya.
"Apakah kau tak bangun? Aku di sini, aku mau minta maaf. Ayo kita baikan, aku janji enggak akan ajak Nathan ke mana-mana lagi."
"Apakah kau marah kepadaku karena aku membawa Nathan kepada Hilda? Jika iya, maafkan aku, janji tak akan mengulanginya lagi. Tapi kau bangun hiks hiks."
"Jangan tidur hiks hiks, maafkan aku yang membuat kamu seperti ini. Hiks bangun dong, jangan gini. Aku takut hiks hiks."
"Kalau bangun aku akan jujur sama kamu, aku jujur kalau aku sayang kepada kamu. Eh tapi enggak deh, tapi enggak apa-apa mumpung kau lagi tidur. Tapi aku benar sayang sama kamu."
"Saya sudah bangun, dan saya mendengar apa yang kamu katakan."
Zeta yang semula bergelantungan di lengan Albi langsung terperanjat kaget mendengarnya, ia langsung merubah posisinya menjadi duduk sempurna. Perbuatan yang dirinya lakukan membuat kakinya sedikit sakit karena gerakan reflek itu. Ia tak berharap Albi akan bangun, dirinya menelan ludah susah payah.
Ia senang melihat Albi bangun, tapi tidak dengan dia yang mendengar semua apa yang dirinya katakan. Ini tak boleh terjadi, sangat tidak etis sekali jika dirinya mengungkapkan perasaan terlebih dahulu. Sementara Albi tertawa pelan dengan bibir pucat nya melihat wajah Zeta yang malu.
"Tidak usah khawatir, saya juga sayang dengan kamu. Juga tak usah minta maaf, ini bentuk ketulusan saya kepada kamu," ujar Albi.
"Maksudnya?" tanya Zeta bodoh. Lebih tepatnya pura-pura bodoh.
Albi meraih tangan Zeta dengan satu tangannya yang terbebas dari infus. "Saya sayang dengan kamu, dan saya cinta dengan kamu. Sekarang saya ingin menyampaikan bahwa saya ingin menikahi kamu. Maukah kamu menjadi pendamping hidup saya dan menjadi ibu sambung untuk twins?" tanya Albi.
Mendengar hal itu membuat Zeta tersenyum malu dan akhirnya dia mengangguk. "Jadi kita sudah jadian?" tanya Zeta malu-malu.
"Kita akan menikah," jawab Albi sembari tersenyum kecil.
"Yey!" pekik Zeta lalu memeluk Albi. Hal itu membuat Albi meringis kesakitan karena lukanya belum sepenuhnya kering.
Zeta pun juga kesakitan karena ia lupa di tangannya masih ada infus, ia panik kala mendengar ringisan Albi. Sementara Albi sendiri tertawa kecil, sakit memang tapi tak semenyakitkan itu. Tak menyangka jika dirinya akan mengungkapkan perasaan yang telah lama dirinya pendam di rumah sakit dan langsung diterima oleh Zeta.
Ia sangat senang, bahkan air matanya sempat menetes. Beruntung sekali dirinya bisa memiliki perempuan seperti Zeta, ia janji tak akan mengkhianati Zeta. Ia akan menjaga Zeta seperti ia menjaga kedua anaknya, pasti Nathan dan Syika senang mendengar kabar ini. Sebentar lagi Zeta resmi menjadi ibu sambung mereka.
"Terima kasih karena selama ini kamu sudah menemani saya, kamu sudah mau dipanggil mama oleh anak-anak saya. Entah bagaimana saya membalas itu semua," ujar Albi.
"Kau tak perlu terima kasih, aku senang dengan semua yang aku lakukan. Aku tak pernah menyesal sedikit pun," balas Zeta sembari tersenyum manis.
"Kita sudah memiliki hubungan, dan sebentar lagi hubungan ini akan serius. Saya tak sabar menjadikan kamu istri saya," ujar Albi.
"Aku juga tak sabar, kau harus segera sembuh dan aku mau kita berempat jalan-jalan bersama," ujar Zeta.
"Saya sangat sayang kepada kamu," ujar Albi.
"Aku juga sayang kepada kamu," balas Zeta.
Mereka saling pandang dan tersenyum satu sama lain, tak menyangka jika perasaan ini akan tumbuh dan saling mengungkapkan di rumah sakit. Jujur saja jika Zeta sangat bahagia, apakah ini kebahagiaan yang kedua orang tuanya maksud? Bahkan ia tak sabar menunggu waktu di mana ia resmi menjadi ibu twins. Walaupun hanya ibu sambung tak apa.
Sementara masih dalam satu ruangan Zio mendengar apa yang Albi ungkapkan kepada adiknya, jaraknya dengan mereka berdua hanya bersekat tembok saja. Ia meneteskan air mata, adiknya sudah resmi memiliki hubungan dengan orang lain. Adiknya sudah dewasa, dan dirinya tak akan melarang hubungan mereka berdua.
"Kamu sudah menemukan pendamping hidup, semoga dia laki-laki yang tepat untuk kamu. Selamat Zeta, kakak senang jika kamu merasa bahagia. Maafin kakak yang selama ini mencoba untuk memisahkan kalian berdua," batin Zio sembari tersenyum.
Zio keluar dari sini, membiarkan adiknya dan Albi menghabiskan waktu bersama. Ia hanya bisa berharap Zeta akan bahagia di tangan Albi, semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins From Billionaire [END]
Romance[SEBELUM MEMBACA WAJIB FOLLOW] Bagaimana jadinya jika kamu menemukan anak kembar lusuh dan kotor di pinggir jalan? mengadopsi? atau menaruhnya ke panti asuhan? Jika Zeta menginginkan merawat anak itu, tapi anak yang ia pikir lontang lantung di jalan...